Datar, komunike dari Vatikan untuk Cina
Oleh Reporter ucanews.com, Hong Kong, Cina
Pentahbisan uskup ilegal di Chengde pada November tahun lalu
Komunike terakhir dari Komisi Cina di Vatikan tidak punya kekuatan apa-apa bagi umat Katolik di Cina daratan, sekalipun ada juga yang melihat tanda-tanda pengharapan dalam komunike tersebut.
Seorang uskup dari Gereja “terbuka” mengatakan, poin paling penting dari komunike tersebut adalah “penegasan kembali secara jelas dan definitif tentang prinsip Gereja” yang bertentangan dengan pentahbisan uskup ilegal di Chengde dan Eighth National Congress of Catholic Representatives.
“Mudah-mudahan ini bisa mencegah terjadinya insiden serupa di masa depan,” kata prelatus yang diakui Vatikan dan yang meminta tidak menyebut namanya itu.
Namun, dia juga mengatakan, poin bahwa “ekskomunikasi tidak terkena secara otomatis” itu bersifat ambigu. Itu menunjukkan bahwa Takhta Suci “tidak memahami dan membedakan sejauhmana para uskup yang terlibat dalam tahbisan itu memang ditekan atau malah terlibat secara sukarela.”
Pastor John, seorang imam dari Gereja terbuka di Cina bagian utara, Takhta Suci dalam dasawarsa lalu terlalu mengakomodasi Gereja terbuka dan menuntut Gereja bawah tanah untuk tetap disiplin.
Dulu, komunitas Gereja bawah tanah menikmati banyak keistimewaan dari Takhta Suci untuk merayakan Sakramen-Sakramen, termasuk mentahbisan uskup sekalipun belum mendapat mandat dari paus. Namun semua itu akhirnya hilang, katanya menjelaskan.
“Kinilah saatnya bagi komunitas Gereja terbuka untuk tahu bahwa hukum kanonik itu bukan hanya di atas kertas.
“Jika Vatikan dapat memadukan berbagai kebijakannya dan menjaga checks and balances di antara kedua komunitas Gereja di Cina, maka Vatikan akan memiliki posisi yang menguntungkan dalam negosiasi dengan Beijing,” katanya.
Pastor John Baptist Luo Wen, imam komunitas bawah tanah dari Keuskupan Mindong, mengatakan, tidak ada yang baru dalam komunike dari Vatikan itu.
“Komunike itu tidak artinya apa-apa untuk dialog antara kedua komunitas Gereja di Cina, jika Vatikan tidak meninjau kembali dan menyelesaikan berbagai kesalahan dalam kebijakannya tentang Cina,” kata imam yang juga aktif sebagai blogger itu.
“Karena instruksi yang didasarkan pada mentalitas yang salah dari Vatikan, para oportunis dalam Gereja Cina memanfaatkan semua yang dari Vatikan itu untuk untuk tawar-menawar dengan pemerintah Cina.”
Bersama sejumlah umat Gereja bawah tanah, Paul mengatakan bahwa umat Katolik bawah tanah merasa tertekan ketika membaca komunike tersebut. Jika tidak ada sanksi terhadap pentahbisan ilegal itu maka akan ada konsekuensi-konsekuensi berat yang merusak kesatuan dan persekutuan Gereja, katanya.
“Kami menanggung kesulitan dan penderitaan, tetapi khawatir bahwa Takhta Suci tidak memahami dan mendukung kami.”
“Mereka yang berada dalam Asosiasi Patrotik Katolik Cina merasa senang karena mereka bisa terus mentahbiskan uskup-uskup mereka, karena yakin bahwa pada akhirnya Takhta Suci akan mengakuinya,” Paul said.
Sementara para imam dari kedua komunitas Gereja di cina yang sempat dikontak oleh ucanews.com mengakui bahwa mereka merasa putus asa. Salah satu, dengan menggunakan nama samaran Panshi Peter, meninggalkan pesan di situs CathNews China – sebuah pelayanan dari UCA News – yang mengatakan: komunike yang berisi 11 poin itu menghancurkan harapan terakhir yang mereka pasrahkan ke Vatikan.
“Saya kita, itu sudah cukup. Baiklah kita berhenti di sini. Asaya harap Takhta Suci tidak akan menganggu kami lagi. Kami akan bertanggungjawab atas iman kami sendiri. Goodbye!” tulisnya.
Namun, ada juga yang masih punya pengharapan.
Uaskup Qiqihar, Cina bagian timur laut, Mgr Joseph Wei Jingyi meminta umat untuk berdoa.
“Gereja bisa saja membuat kesalahan. Iti bisa dipahami, karena Gereja juga komunitas manusia, namun segala sesuatu berada di tangan Allah. Saya masih tetap punya pengharapan,” kata prelatus dari Gereja bawah tanah itu.
Di Beijing, Liu Yuanlong, wakil ketua dari Asosiasi Patriotik Katolik Cina yang diakui pemerintah, mengatakan bahwa komunike itu tidak menunjukkan bahwa Takhta Suci sepenuhnya memahami Gereja di Cina secara obyektif.
“Kita butuh lebih banyak waktu untuk meraih komunikasi yang baik dan hubungan yang normal,” kata tokoh awam tersebut.
Dengan akan adanya pentahbisan uskup yang lebih banyak tahun ini, kata Liu, dia berharap bahwa Takhta Suci dapat menyetujui para calon demi evangelisasi dan pengembangan Gereja di Cina.
ucanews.com
Disadur dari : www.cathnewsindonesia.comTanggal publikasi: 20 April 2011
0 comments:
Post a Comment
Syalom. Terimakasih atas kunjungan dan komentarnya.Semoga Tuhan memberkati para Saudara.