Tantangan Kerukunan Ada di Generasi Muda
(Athena 12/4/2011)Tantangan kerukunan dan toleransi dalam masyarakat multikultural yang dihadapi saat ini ialah bagaimana generasi muda melihat perbedaan dari segi positif.
Hal itu disampaikan Rektor Institut Sanata Darma Yogyakarta Romo Dr. J.B. Heru Prakosa, SJ dalam public lecture (kuliah umum, red) yang diikuti 150 mahasiswa Yunani pada Fakultas Theologia, National and Kaposditrian University of Athens, Senin (11/4/2011).
Kuliah umum ini, sebagaimana dituturkan Sekretaris II Widya Sinedu kepada detikcom, adalah bagian dari rangkaian interfaith dialogue, terselenggara atas kerjasama KBRI Athena, Kementerian Luar Negeri RI, Kementerian Agama RI dengan Universitas terbesar di Yunani tersebut.
Romo menyampaikan pengalaman yang dilakukan dalam rangka mengajarkan nilai-nilai multikultural terhadap generasi muda di Indonesia, yaitu melalui upaya peningkatan pemahaman mengenai agama lain dan berusaha menerima perbedaan yang ada.
Menurut Romo, upaya untuk menanamkan pendidikan multikulturalisme telah diterapkan di berbagai perguruan tinggi di Indonesia dengan tujuan mencipatakan generasi muda Pancasilais.
"Selain itu juga dilakukan upaya-upaya demi mendorong kerjasama dan aktifitas beragama yang mempelajari satu dengan yang lain," pungkas Romo.
Selain bagian dari interfaith dialogue, kuliah umum ini juga dalam rangka soft diplomacy untuk memperkenalkan Indonesia melalui empowering the moderates (pemberdayaan kaum moderat, red).
Indonesia sendiri diakui telah berhasil mengembangkan budaya dialog dan mempromosikan toleransi antara pihak-pihak yang berbeda agama, budaya dan latar belakang maupun antara kelompok moderat dan less moderates.
Tradisi Beragama
Sementara itu Prof. Marios Megzos dalam kuliah bertema The Inter-religious Dialogue in an Orthodox Christian Perspective menekankan bahwa dialog merupakan tradisi agama dan menjadi esensi dari pengajaran Gereja Orthodoks dan telah menjadi isu penting saat ini.
"Namun demikian perlu diluruskan bahwa interfaith dialogue tidak dikaitkan dengan isu politik dan ekonomi," tandas Guru Besar Perbandingan Filsafat Agama pada University of Athens itu.
Di akhir kuliah disepakati pemahaman bahwa semua manusia mempercayai adanya satu Tuhan namun refleksi theologis dan ekspresi peribadatannya menjadi pilihan dari masing-masing umat manusia.
Perwujudan atas keyakinan kepada Tuhan bisa menyatu melalui tindakan-tindakan nyata demi kebaikan bersama.
Misi interfaith dialogue oleh Kementerian Luar Negeri RI dan Kementerian Agama RI ini berupaya untuk meningkatkan pemahaman masyarakat Yunani, yang mayoritas beragama Kristen Orthodox, mengenai keberhasilan Indonesia dalam menciptakan keharmonisan beragama yang kompatibel dengan demokrasi.
Disebutkan bahwa Indonesia saat ini dijadikan sebagai model yang mewakili tradisi Islam moderat dan terbukti dapat hidup berdampingan secara damai dengan penganut agama lain.(detikNews)
Disadur dari :www.mirifica.net , 15 April 2011
Hal itu disampaikan Rektor Institut Sanata Darma Yogyakarta Romo Dr. J.B. Heru Prakosa, SJ dalam public lecture (kuliah umum, red) yang diikuti 150 mahasiswa Yunani pada Fakultas Theologia, National and Kaposditrian University of Athens, Senin (11/4/2011).
Kuliah umum ini, sebagaimana dituturkan Sekretaris II Widya Sinedu kepada detikcom, adalah bagian dari rangkaian interfaith dialogue, terselenggara atas kerjasama KBRI Athena, Kementerian Luar Negeri RI, Kementerian Agama RI dengan Universitas terbesar di Yunani tersebut.
Romo menyampaikan pengalaman yang dilakukan dalam rangka mengajarkan nilai-nilai multikultural terhadap generasi muda di Indonesia, yaitu melalui upaya peningkatan pemahaman mengenai agama lain dan berusaha menerima perbedaan yang ada.
Menurut Romo, upaya untuk menanamkan pendidikan multikulturalisme telah diterapkan di berbagai perguruan tinggi di Indonesia dengan tujuan mencipatakan generasi muda Pancasilais.
"Selain itu juga dilakukan upaya-upaya demi mendorong kerjasama dan aktifitas beragama yang mempelajari satu dengan yang lain," pungkas Romo.
Selain bagian dari interfaith dialogue, kuliah umum ini juga dalam rangka soft diplomacy untuk memperkenalkan Indonesia melalui empowering the moderates (pemberdayaan kaum moderat, red).
Indonesia sendiri diakui telah berhasil mengembangkan budaya dialog dan mempromosikan toleransi antara pihak-pihak yang berbeda agama, budaya dan latar belakang maupun antara kelompok moderat dan less moderates.
Tradisi Beragama
Sementara itu Prof. Marios Megzos dalam kuliah bertema The Inter-religious Dialogue in an Orthodox Christian Perspective menekankan bahwa dialog merupakan tradisi agama dan menjadi esensi dari pengajaran Gereja Orthodoks dan telah menjadi isu penting saat ini.
"Namun demikian perlu diluruskan bahwa interfaith dialogue tidak dikaitkan dengan isu politik dan ekonomi," tandas Guru Besar Perbandingan Filsafat Agama pada University of Athens itu.
Di akhir kuliah disepakati pemahaman bahwa semua manusia mempercayai adanya satu Tuhan namun refleksi theologis dan ekspresi peribadatannya menjadi pilihan dari masing-masing umat manusia.
Perwujudan atas keyakinan kepada Tuhan bisa menyatu melalui tindakan-tindakan nyata demi kebaikan bersama.
Misi interfaith dialogue oleh Kementerian Luar Negeri RI dan Kementerian Agama RI ini berupaya untuk meningkatkan pemahaman masyarakat Yunani, yang mayoritas beragama Kristen Orthodox, mengenai keberhasilan Indonesia dalam menciptakan keharmonisan beragama yang kompatibel dengan demokrasi.
Disebutkan bahwa Indonesia saat ini dijadikan sebagai model yang mewakili tradisi Islam moderat dan terbukti dapat hidup berdampingan secara damai dengan penganut agama lain.(detikNews)
Disadur dari :www.mirifica.net , 15 April 2011
0 comments:
Post a Comment
Syalom. Terimakasih atas kunjungan dan komentarnya.Semoga Tuhan memberkati para Saudara.