Renungan Hari biasa Pekan III Prapaskah, Sabtu 2 April 2011
(Fransiskus dr Paola)
Hos 6:1-6, Mzm 51:3-4,18-19,20-21ab, Luk 18:9-14
"Sebab barangsiapa meninggikan diri, ia akan direndahkan dan barangsiapa merendahkan diri, ia akan ditinggikan."
(Fransiskus dr Paola)
Hos 6:1-6, Mzm 51:3-4,18-19,20-21ab, Luk 18:9-14
"Sebab barangsiapa meninggikan diri, ia akan direndahkan dan barangsiapa merendahkan diri, ia akan ditinggikan."
BACAAN INJIL:
Dan kepada beberapa orang yang menganggap dirinya benar dan memandang rendah semua orang lain, Yesus mengatakan perumpamaan ini: "Ada dua orang pergi ke Bait Allah untuk berdoa; yang seorang adalah Farisi dan yang lain pemungut cukai. Orang Farisi itu berdiri dan berdoa dalam hatinya begini: Ya Allah, aku mengucap syukur kepada-Mu, karena aku tidak sama seperti semua orang lain, bukan perampok, bukan orang lalim, bukan pezinah dan bukan juga seperti pemungut cukai ini; aku berpuasa dua kali seminggu, aku memberikan sepersepuluh dari segala penghasilanku. Tetapi pemungut cukai itu berdiri jauh-jauh, bahkan ia tidak berani menengadah ke langit, melainkan ia memukul diri dan berkata: Ya Allah, kasihanilah aku orang berdosa ini. Aku berkata kepadamu: Orang ini pulang ke rumahnya sebagai orang yang dibenarkan Allah dan orang lain itu tidak. Sebab barangsiapa meninggikan diri, ia akan direndahkan dan barangsiapa merendahkan diri, ia akan ditinggikan."
Demikianlah Injil Tuhan bagi kita hari ini.
RENUNGAN:
Bagaimana doa yang berkenan di hadapan Allah? Pertanyaan ini pasti sering muncul karena dalam pengalaman merasa doa-doanya tidak dikabulkan oleh Allah sehingga merasa bahwa doanya tidak berkenan di hadapan Allah.
Perumpamaan yang diberikan Yesus hari ini sungguh menarik. Dia menggambarkan 2 orang yang sedang berdoa di bait Allah. Salah satunya orang Farisi dan yang satu lagi adalah seorang pemungut cukai. Walau dalam injil hari ini tidak digambarkan di posisi mana orang Farisi itu berdoa, tapi sebagaimana lajimnya orang Farisi yang suka berdoa di persimpangan jalan atau di tempat terhormat yang gampang di lihat oleh banyak orang, pasti orang farisi itu mengambil tempat berdoa di tempat paling depan dalam Bait Allah atau di tempat yang paling mudah dilihat orang banyak. Dalam doanya orang farisi itu mengatakan bahwa dirinya adalah orang baik, orang yang taat melaksanakan peraturan dan tidak sama dengan orang lain yang melakukan perbuatan jahat. Dia memberi contoh bahwa dia tidak seperti pemungut cukai yang lagi berdoa di belakangnya, yang karena kedosaannya tidak sampai berani menengadah ke atas. Berbeda halnya pemungut cukai itu, dia pasti mengambil tempat di paling belakang di Bait Allah dan bahkan dia tidak berani menengadah ke langit, juga ia memukul diri dan berkata: Ya Allah, kasihanilah aku orang berdosa ini.
Dari antara dua orang yang sedang berdoa itu, secara sepintas kita pasti menganggap bahwa doa orang Farisi itulah yang berkenan di hadapan Allah karena dalam hidupnya dia hidup baik, sedangkan pemungut cukai itu dalam hidupnya sebagaimana pada masa itu dianggap sebagai pengkhianat karena menarik pajak buat pemerintah dan penjajah, sehingga dianggap seorang pendosa. Namun kiranya pikiran Tuhan lain, justru doa yang berkenan di hadapan Allah adalah doa pemungut cukai itu.
Sehingga seakan bahwa Tuhan tidak berkenan dengan doa orang yang hidup baik, tetapi doa orang pendosalah yang berkenan di hadapan Tuhan. Lagi-lagi itu pikiran kita. Dalam doanya, orang Farisi itu menyombongkan hidupnya dan menganggab hidupnya sudah baik, berlaku benar sehingga punya hak untuk menghakimi orang lain dengan merendahkan pemungut cukai itu. Dalam doanya dia bukannya bersikap rendah hati, bukan ungkapan iman kepada Tuhan, penyerahan diri dan juga permohonan belaskasih dari Tuhan. Beda halnya dengan pemungut cukai itu, dia menyadari kedosaannya di hadapan Tuhan dan memohon belaskasihan dari Tuhan. Pemungut cukai itu sungguh merendah di hadapan Tuhan. Inilah yang membuat doanya berkenan di hadapan Tuhan.
Kita diajak untuk merefleksikan doa-doa kita selama ini. Doa-doa kita seringkali seperti orang farisi itu. Dalam doa kita menyombongkan diri di hadapan Tuhan. Kita seringkali menganggap diri sudah hidup baik, menjadi pengikut Kristus yang baik sehingga seakan kita sudah layak dan pantas untuk didengarkan Tuhan, sudah seharusnya Tuhan mengabulkan doa kita. Hidup baik kita seakan kita lakukan untuk menyogok Tuhan. Doa yang demikian bukanlah doa yang berkenan di hadapan Tuhan. Pada umumnya orang yang demikian akan dengan mudah menghakimi orang lain. Doa yang berkenan di hadapan Tuhan adalah doa seperti pemungut cukai itu, yang senantiasa mengalir dari iman dan selalu bersikap rendah hati di hadapan Tuhan. Kita hendaknya selalu menyadari kerendahan kita di hadapan Tuhan, menyadari kedosaan kita sehingga kita memohon belaskasihan dari Tuhan. Kalupun kita sudah berusaha hidup berbuat buat baik, itu bukan untuk disombongkan di hadapan Tuhan, tetapi bersyukur kepada Tuhan karena semuanya itu bisa kita lakukan hanya karena belaskasih-Nya kepada kita. Doa yang rendah hati, juga akan bersikap rendah hati di hadapan sesama. Oleh karena itu, semoga kita berdoa karena iman, ungkapan syukur dan permohonan belaskasih dari Tuhan. Amin.
Dan kepada beberapa orang yang menganggap dirinya benar dan memandang rendah semua orang lain, Yesus mengatakan perumpamaan ini: "Ada dua orang pergi ke Bait Allah untuk berdoa; yang seorang adalah Farisi dan yang lain pemungut cukai. Orang Farisi itu berdiri dan berdoa dalam hatinya begini: Ya Allah, aku mengucap syukur kepada-Mu, karena aku tidak sama seperti semua orang lain, bukan perampok, bukan orang lalim, bukan pezinah dan bukan juga seperti pemungut cukai ini; aku berpuasa dua kali seminggu, aku memberikan sepersepuluh dari segala penghasilanku. Tetapi pemungut cukai itu berdiri jauh-jauh, bahkan ia tidak berani menengadah ke langit, melainkan ia memukul diri dan berkata: Ya Allah, kasihanilah aku orang berdosa ini. Aku berkata kepadamu: Orang ini pulang ke rumahnya sebagai orang yang dibenarkan Allah dan orang lain itu tidak. Sebab barangsiapa meninggikan diri, ia akan direndahkan dan barangsiapa merendahkan diri, ia akan ditinggikan."
Demikianlah Injil Tuhan bagi kita hari ini.
RENUNGAN:
Bagaimana doa yang berkenan di hadapan Allah? Pertanyaan ini pasti sering muncul karena dalam pengalaman merasa doa-doanya tidak dikabulkan oleh Allah sehingga merasa bahwa doanya tidak berkenan di hadapan Allah.
Perumpamaan yang diberikan Yesus hari ini sungguh menarik. Dia menggambarkan 2 orang yang sedang berdoa di bait Allah. Salah satunya orang Farisi dan yang satu lagi adalah seorang pemungut cukai. Walau dalam injil hari ini tidak digambarkan di posisi mana orang Farisi itu berdoa, tapi sebagaimana lajimnya orang Farisi yang suka berdoa di persimpangan jalan atau di tempat terhormat yang gampang di lihat oleh banyak orang, pasti orang farisi itu mengambil tempat berdoa di tempat paling depan dalam Bait Allah atau di tempat yang paling mudah dilihat orang banyak. Dalam doanya orang farisi itu mengatakan bahwa dirinya adalah orang baik, orang yang taat melaksanakan peraturan dan tidak sama dengan orang lain yang melakukan perbuatan jahat. Dia memberi contoh bahwa dia tidak seperti pemungut cukai yang lagi berdoa di belakangnya, yang karena kedosaannya tidak sampai berani menengadah ke atas. Berbeda halnya pemungut cukai itu, dia pasti mengambil tempat di paling belakang di Bait Allah dan bahkan dia tidak berani menengadah ke langit, juga ia memukul diri dan berkata: Ya Allah, kasihanilah aku orang berdosa ini.
Dari antara dua orang yang sedang berdoa itu, secara sepintas kita pasti menganggap bahwa doa orang Farisi itulah yang berkenan di hadapan Allah karena dalam hidupnya dia hidup baik, sedangkan pemungut cukai itu dalam hidupnya sebagaimana pada masa itu dianggap sebagai pengkhianat karena menarik pajak buat pemerintah dan penjajah, sehingga dianggap seorang pendosa. Namun kiranya pikiran Tuhan lain, justru doa yang berkenan di hadapan Allah adalah doa pemungut cukai itu.
Sehingga seakan bahwa Tuhan tidak berkenan dengan doa orang yang hidup baik, tetapi doa orang pendosalah yang berkenan di hadapan Tuhan. Lagi-lagi itu pikiran kita. Dalam doanya, orang Farisi itu menyombongkan hidupnya dan menganggab hidupnya sudah baik, berlaku benar sehingga punya hak untuk menghakimi orang lain dengan merendahkan pemungut cukai itu. Dalam doanya dia bukannya bersikap rendah hati, bukan ungkapan iman kepada Tuhan, penyerahan diri dan juga permohonan belaskasih dari Tuhan. Beda halnya dengan pemungut cukai itu, dia menyadari kedosaannya di hadapan Tuhan dan memohon belaskasihan dari Tuhan. Pemungut cukai itu sungguh merendah di hadapan Tuhan. Inilah yang membuat doanya berkenan di hadapan Tuhan.
Kita diajak untuk merefleksikan doa-doa kita selama ini. Doa-doa kita seringkali seperti orang farisi itu. Dalam doa kita menyombongkan diri di hadapan Tuhan. Kita seringkali menganggap diri sudah hidup baik, menjadi pengikut Kristus yang baik sehingga seakan kita sudah layak dan pantas untuk didengarkan Tuhan, sudah seharusnya Tuhan mengabulkan doa kita. Hidup baik kita seakan kita lakukan untuk menyogok Tuhan. Doa yang demikian bukanlah doa yang berkenan di hadapan Tuhan. Pada umumnya orang yang demikian akan dengan mudah menghakimi orang lain. Doa yang berkenan di hadapan Tuhan adalah doa seperti pemungut cukai itu, yang senantiasa mengalir dari iman dan selalu bersikap rendah hati di hadapan Tuhan. Kita hendaknya selalu menyadari kerendahan kita di hadapan Tuhan, menyadari kedosaan kita sehingga kita memohon belaskasihan dari Tuhan. Kalupun kita sudah berusaha hidup berbuat buat baik, itu bukan untuk disombongkan di hadapan Tuhan, tetapi bersyukur kepada Tuhan karena semuanya itu bisa kita lakukan hanya karena belaskasih-Nya kepada kita. Doa yang rendah hati, juga akan bersikap rendah hati di hadapan sesama. Oleh karena itu, semoga kita berdoa karena iman, ungkapan syukur dan permohonan belaskasih dari Tuhan. Amin.
0 comments:
Post a Comment
Syalom. Terimakasih atas kunjungan dan komentarnya.Semoga Tuhan memberkati para Saudara.