Renungan Hari biasa Pekan III Prapaskah , Rabu 30 Maret 2011
Ul 4:1,5-9, Mzm 147:12-13,15-16,19-20, Mat 5:17-19
Ul 4:1,5-9, Mzm 147:12-13,15-16,19-20, Mat 5:17-19
"Siapa yang melakukan dan mengajarkan segala perintah-perintah hukum Taurat, ia akan menduduki tempat yang tinggi di dalam Kerajaan Sorga.
BACAAN INJIL:
"Janganlah kamu menyangka, bahwa Aku datang untuk meniadakan hukum Taurat atau kitab para nabi. Aku datang bukan untuk meniadakannya, melainkan untuk menggenapinya. Karena Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya selama belum lenyap langit dan bumi ini, satu iota atau satu titikpun tidak akan ditiadakan dari hukum Taurat, sebelum semuanya terjadi. Karena itu siapa yang meniadakan salah satu perintah hukum Taurat sekalipun yang paling kecil, dan mengajarkannya demikian kepada orang lain, ia akan menduduki tempat yang paling rendah di dalam Kerajaan Sorga; tetapi siapa yang melakukan dan mengajarkan segala perintah-perintah hukum Taurat, ia akan menduduki tempat yang tinggi di dalam Kerajaan Sorga.
Demikianlah Injil Tuhan bagi kita hari ini.
RENUNGAN:
Di Negara Indonesia tercinta ini, bukan rahasia lagi bahwa hukum bisa diatur dan bisa dibeli dengan uang atau dengan mengandalkan relasi. Bahkan pasti ada beberapa hukum yang dibuat orang atau kelompok tertentu hanya untuk kepentingan mereka sendiri atau kelompoknya. Pembuatan hukum seringkali dikatakan demi kebaikan umum dan hidup bersama, namun dalam prakteknya sungguh berbeda. Padahal seharusnya hukum itu baik untuk mengatur hidup bersama dan demi kebaikan bersama.
Demikian juga halnya sehubungan dengan hukum Taurat dan Kitab Para nabi adalah suatu aturan atau pedoman hidup yang mengatur dan mengarahkan hidup manusia menuju Allah. Keduanya pada dasarnya adalah baik dan dibuat untuk kehidupan bersama sebagai umat Allah. Namun dalam prakteknya kerap bahwa para ahli kitab, orang-orang Farisi dan para ‘penguasa’ menyelewengkannya dengan menafsirkan sesuai dengan kepentingan sendiri atau kelompoknya. Mereka menafsirkan demi kepentingan mereka dengan membuat aturan-aturan yang mengatasnamakan demi kepentingan iman atau agama tetapi sebenarnya dibalik itu adalah kepentingan sendiri dan kelompok mereka. Penerapan hukumpun kerap hanya secara harafiah saja, tidak membatin. Semuanya itu tentu merugikan rakyat kecil sehingga ada pemikiran bahwa hukum Taurat dan Kitab Para Nabi bukannya membawa kebahagiaan dan membawa mereka kepada Allah tetapi justru memberatkan mereka. Situasi yang demikian tentu membuat orang-orang dirugikan berpikir bahwa hukum itu dihapus atau ditiadakan saja. Hukum itu baik hanya disalahgunakan dan diselewengkan orang tertentu sehingga bukannya lagi mengatur kehidupan bersama tetapi membuat orang-orang kecil menjadi menderita. Yang keliru bukan hukumnya tetapi orang-orang menyelewengkannya.
Dalam Injil hari ini, Yesus berbicara tentang hukum Taurat dan Kitab Para Nabi. Yesus mengatakan bahwa Dia datang bukan untuk meniadakan hukum Taurat dan Kitab Para Nabi, tetapi justru untuk menggenapinya. Kata-kata Yesus ini muncul mungkin karena orang-orang kecil yang dirugikan oleh para penyeleweng hukum berharap bahwa Yesus membantu mereka untuk menghapus hukum Taurat dan Kitab para nabi. Sehingga mereka cukup hanya mengikuti Yesus dan tidak perlu mentaati hukum Taurat dan Kitab Para Nabi. Alasan lain juga mungkin karena menurut pandangan orang saat itu, mereka melihat bahwa Yesus seringkali seakan melanggar dan bahkan tidak peduli dengan Hukum Taurat dan Kitab Para Nabi. Misalnya saja, Yesus menyembuhkan orang yang lumpuh tangannya pada hari sabat (Mrk 3: 3-4). Tindakan dan pengajaran Yesus yang demikian sepintas dilihat sebagai pelanggaran pada Hukum Taurat dan Kitab Para Nabi, sehingga orang-orang kecil yang diberatkan karena ulah penyeleweng hukum Taurat dan Kitab Para Nabi merasa bahwa Yesusdatang untuk meniadakannya. Demikian juga halnya, karena sikap Yesus yang demikian, orang-orang Farisi, ahli-ahli Taurat dan yang lainnya menganggap dan menuduh Yesus meniadakannya.
Terhadap harapan dan tuduhan yang keliru itu, Yesus memberi ketegasan bahwa Dia datang bukan untuk meniadakan Hukum Taurat dan Kitab Para Nabi, tetapi untuk menggenapinya. Bahkan Yesus dengan tegas mengatakan bahwa satu iotapun tidak akan dikurangi-Nya dan barang siapa meniadakan meniadakan salah satu perintah hukum Taurat sekalipun yang paling kecil, dan mengajarkannya demikian kepada orang lain, ia akan menduduki tempat yang paling rendah di dalam Kerajaan Sorga. Yesus mengatakan bahwa Hukum Taurat dan Kitab Para Nabi pada hekekatnya adalah baik, hanya disalahgunakan dan diselewengkan orang-orang tertentu.
Dalam pembelaan-Nya, Yesus mengatakan bahwa Dia datang untuk menggenapinya. Kata menggenapi dapat kita mengerti dalam 2 hal:
1. Yesus adalah kehadiran kasih dan keselamatan Allah bagi manusia.
Kita ketahui bahwa Hukum Taurat dan Kitab para nabi berisikan kasih Allah, penyertaan dan penyelenggaraan Allah atas hidup manusia dan juga menjadi pedoman hidup umat beriman agar hidup sebagai umat Allah serta membawa manusia kepada keselamatan. Kasih, penyertaan dan keselamatan Allah sebagaimana yang diwartakan para nabi dalam Hukum Taurat dan Kitab Para Nabi sekarang hadir nyata dalam diri Yesus Kristus. Yesuslah penggenapan dari warta para nabi. Dengan demikian, warta Yesus mengatakan bahwa Dia datang untuk menggenapinya adalah sekaligus menyatakan identitas Yesus yang sesungguhnya bahwa Dia-lah Mesias yang diwartakan para nabi, Dialah kegenapan kasih Allah yang nyata bisa dilihat oleh manusia.
2. Menggenapi dalam artian membaharui.
Sebagaimana kami katakan tadi, bahwa pada hakekatnya Hukum Taurat dan Kitab Para Nabi adalah baik, tetapi diselewengkan oleh orang-orang tertentu. Penyelewengan inilah yang hendak digenapi atau diperbaharui oleh Yesus. Hukum Taurat dan Kitab Para Nabi seringkali dijalankan tetapi melupakan cinta kasih kepada sesama, hanya sekedar taat pada hukum. Oleh karena itu Yesus mengajak orang untuk kembali pada hakekat hukum Taurat dan Kitab Para Nabi, yakni menghayatinya bukan hanya sekedar pelaksanaan hukum. Yesus juga mengkritik orang-orang Farisi, ahli-ahli Taurat dan para Imam yang menyelewengkannya dengna membuat hukum penafsiran hanya untuk kepentingan mereka sendiri. Untuk hal ini Yesus tidak takut berseberangan dengan mereka, meskipun taruhannya Dia dianggap menghilangkan Hukum Taurat dan Kitab Para Nabi, dibenci dan pada akhirnya dihukum mati dengan tuduhan itu.
Dengan demikian, berefleksi atas sabda Yesus hari ini, bagi kita jelaslah bahwa Yesus adalah Mesias yang diwartakan dan dijanjikan oleh para nabi pada Perjanjian Lama. Dia adalah kasih Allah yang nyata bagi kita. Kasih Allah itu bukan lagi hanya sebatas warta tetapi hadir nyata dalam diri Yesus Kristus. Maka baiklah kita bersyukur atas kasih Allah yang dinyatakan dalam diri Yesus dan kita menerima Dia adalah Mesias penyelamat kita.
Selain itu, kitapun harus melaksanakan hukum yang ada, sabda Tuhan bukan sekedar melaksanakan dan taat tetapi menlaksanakannya dengan dilandasi iman penyembahan kepada Allah dan berbuah pada perbuatan cinta kasih kepada sesama. Memang seringkali hukum di negeri kita ini dibuat dengan label demi kehidupan bersama tetapi sebenarnya demi kepentingan kelompok, juga seringkali hukum itu bisa diatur dan dibeli orang-orang tertentu. Dalam situasi demikian, bukan berarti kita tidak perlu mentaatinya dan mengharapkan hukum itu ditiadakan. Hukum itu baik dan perlu, hanya diselewengkan orang-orang tertentu. Maka tugas kitalah untuk menggenapinya, menyempurnakan dan memperbaikinya seperti yang dilakukan oleh Yesus sendiri. Manakala hukum yang ada itu sudah melanggar hukum cinta kasih kepada sesama, kita harus berani bersuara memperbaikinya dan menjalankannya dengan mengutamakan cinta kasih. Walaupun mungkin karena tindakan yang demikian, kita dianggap meniadakan hukum dan akan dibenci oleh orang-orang tertentu.
Dan kepada kita yang mungkin saat ini mempunyai tugas peranan dalam mebuat hukum tertentu, baiklah kita kiranya melakukannya bukan untuk kepentingan sendiri atau kelompok, tetapi demi kepentingan semua orang dan dilandasi iman dan cinta kasih kepada sesama. Ingatlah kata-kata Yesus pada akhir Injil hari ini, “Karena itu siapa yang meniadakan salah satu perintah hukum Taurat sekalipun yang paling kecil, dan mengajarkannya demikian kepada orang lain, ia akan menduduki tempat yang paling rendah di dalam Kerajaan Sorga; tetapi siapa yang melakukan dan mengajarkan segala perintah-perintah hukum Taurat, ia akan menduduki tempat yang tinggi di dalam Kerajaan Sorga.” Itu berarti mengatkan bahwa barang siapa menyalahgunakan hukum demi kepentingan pribadi atau kelompok dan mengajarkannya kepada orang lain, dia kan mendapatkan tempat yang paling rendah di dalam Kerajaan Sorga. Amin.
"Janganlah kamu menyangka, bahwa Aku datang untuk meniadakan hukum Taurat atau kitab para nabi. Aku datang bukan untuk meniadakannya, melainkan untuk menggenapinya. Karena Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya selama belum lenyap langit dan bumi ini, satu iota atau satu titikpun tidak akan ditiadakan dari hukum Taurat, sebelum semuanya terjadi. Karena itu siapa yang meniadakan salah satu perintah hukum Taurat sekalipun yang paling kecil, dan mengajarkannya demikian kepada orang lain, ia akan menduduki tempat yang paling rendah di dalam Kerajaan Sorga; tetapi siapa yang melakukan dan mengajarkan segala perintah-perintah hukum Taurat, ia akan menduduki tempat yang tinggi di dalam Kerajaan Sorga.
Demikianlah Injil Tuhan bagi kita hari ini.
RENUNGAN:
Di Negara Indonesia tercinta ini, bukan rahasia lagi bahwa hukum bisa diatur dan bisa dibeli dengan uang atau dengan mengandalkan relasi. Bahkan pasti ada beberapa hukum yang dibuat orang atau kelompok tertentu hanya untuk kepentingan mereka sendiri atau kelompoknya. Pembuatan hukum seringkali dikatakan demi kebaikan umum dan hidup bersama, namun dalam prakteknya sungguh berbeda. Padahal seharusnya hukum itu baik untuk mengatur hidup bersama dan demi kebaikan bersama.
Demikian juga halnya sehubungan dengan hukum Taurat dan Kitab Para nabi adalah suatu aturan atau pedoman hidup yang mengatur dan mengarahkan hidup manusia menuju Allah. Keduanya pada dasarnya adalah baik dan dibuat untuk kehidupan bersama sebagai umat Allah. Namun dalam prakteknya kerap bahwa para ahli kitab, orang-orang Farisi dan para ‘penguasa’ menyelewengkannya dengan menafsirkan sesuai dengan kepentingan sendiri atau kelompoknya. Mereka menafsirkan demi kepentingan mereka dengan membuat aturan-aturan yang mengatasnamakan demi kepentingan iman atau agama tetapi sebenarnya dibalik itu adalah kepentingan sendiri dan kelompok mereka. Penerapan hukumpun kerap hanya secara harafiah saja, tidak membatin. Semuanya itu tentu merugikan rakyat kecil sehingga ada pemikiran bahwa hukum Taurat dan Kitab Para Nabi bukannya membawa kebahagiaan dan membawa mereka kepada Allah tetapi justru memberatkan mereka. Situasi yang demikian tentu membuat orang-orang dirugikan berpikir bahwa hukum itu dihapus atau ditiadakan saja. Hukum itu baik hanya disalahgunakan dan diselewengkan orang tertentu sehingga bukannya lagi mengatur kehidupan bersama tetapi membuat orang-orang kecil menjadi menderita. Yang keliru bukan hukumnya tetapi orang-orang menyelewengkannya.
Dalam Injil hari ini, Yesus berbicara tentang hukum Taurat dan Kitab Para Nabi. Yesus mengatakan bahwa Dia datang bukan untuk meniadakan hukum Taurat dan Kitab Para Nabi, tetapi justru untuk menggenapinya. Kata-kata Yesus ini muncul mungkin karena orang-orang kecil yang dirugikan oleh para penyeleweng hukum berharap bahwa Yesus membantu mereka untuk menghapus hukum Taurat dan Kitab para nabi. Sehingga mereka cukup hanya mengikuti Yesus dan tidak perlu mentaati hukum Taurat dan Kitab Para Nabi. Alasan lain juga mungkin karena menurut pandangan orang saat itu, mereka melihat bahwa Yesus seringkali seakan melanggar dan bahkan tidak peduli dengan Hukum Taurat dan Kitab Para Nabi. Misalnya saja, Yesus menyembuhkan orang yang lumpuh tangannya pada hari sabat (Mrk 3: 3-4). Tindakan dan pengajaran Yesus yang demikian sepintas dilihat sebagai pelanggaran pada Hukum Taurat dan Kitab Para Nabi, sehingga orang-orang kecil yang diberatkan karena ulah penyeleweng hukum Taurat dan Kitab Para Nabi merasa bahwa Yesusdatang untuk meniadakannya. Demikian juga halnya, karena sikap Yesus yang demikian, orang-orang Farisi, ahli-ahli Taurat dan yang lainnya menganggap dan menuduh Yesus meniadakannya.
Terhadap harapan dan tuduhan yang keliru itu, Yesus memberi ketegasan bahwa Dia datang bukan untuk meniadakan Hukum Taurat dan Kitab Para Nabi, tetapi untuk menggenapinya. Bahkan Yesus dengan tegas mengatakan bahwa satu iotapun tidak akan dikurangi-Nya dan barang siapa meniadakan meniadakan salah satu perintah hukum Taurat sekalipun yang paling kecil, dan mengajarkannya demikian kepada orang lain, ia akan menduduki tempat yang paling rendah di dalam Kerajaan Sorga. Yesus mengatakan bahwa Hukum Taurat dan Kitab Para Nabi pada hekekatnya adalah baik, hanya disalahgunakan dan diselewengkan orang-orang tertentu.
Dalam pembelaan-Nya, Yesus mengatakan bahwa Dia datang untuk menggenapinya. Kata menggenapi dapat kita mengerti dalam 2 hal:
1. Yesus adalah kehadiran kasih dan keselamatan Allah bagi manusia.
Kita ketahui bahwa Hukum Taurat dan Kitab para nabi berisikan kasih Allah, penyertaan dan penyelenggaraan Allah atas hidup manusia dan juga menjadi pedoman hidup umat beriman agar hidup sebagai umat Allah serta membawa manusia kepada keselamatan. Kasih, penyertaan dan keselamatan Allah sebagaimana yang diwartakan para nabi dalam Hukum Taurat dan Kitab Para Nabi sekarang hadir nyata dalam diri Yesus Kristus. Yesuslah penggenapan dari warta para nabi. Dengan demikian, warta Yesus mengatakan bahwa Dia datang untuk menggenapinya adalah sekaligus menyatakan identitas Yesus yang sesungguhnya bahwa Dia-lah Mesias yang diwartakan para nabi, Dialah kegenapan kasih Allah yang nyata bisa dilihat oleh manusia.
2. Menggenapi dalam artian membaharui.
Sebagaimana kami katakan tadi, bahwa pada hakekatnya Hukum Taurat dan Kitab Para Nabi adalah baik, tetapi diselewengkan oleh orang-orang tertentu. Penyelewengan inilah yang hendak digenapi atau diperbaharui oleh Yesus. Hukum Taurat dan Kitab Para Nabi seringkali dijalankan tetapi melupakan cinta kasih kepada sesama, hanya sekedar taat pada hukum. Oleh karena itu Yesus mengajak orang untuk kembali pada hakekat hukum Taurat dan Kitab Para Nabi, yakni menghayatinya bukan hanya sekedar pelaksanaan hukum. Yesus juga mengkritik orang-orang Farisi, ahli-ahli Taurat dan para Imam yang menyelewengkannya dengna membuat hukum penafsiran hanya untuk kepentingan mereka sendiri. Untuk hal ini Yesus tidak takut berseberangan dengan mereka, meskipun taruhannya Dia dianggap menghilangkan Hukum Taurat dan Kitab Para Nabi, dibenci dan pada akhirnya dihukum mati dengan tuduhan itu.
Dengan demikian, berefleksi atas sabda Yesus hari ini, bagi kita jelaslah bahwa Yesus adalah Mesias yang diwartakan dan dijanjikan oleh para nabi pada Perjanjian Lama. Dia adalah kasih Allah yang nyata bagi kita. Kasih Allah itu bukan lagi hanya sebatas warta tetapi hadir nyata dalam diri Yesus Kristus. Maka baiklah kita bersyukur atas kasih Allah yang dinyatakan dalam diri Yesus dan kita menerima Dia adalah Mesias penyelamat kita.
Selain itu, kitapun harus melaksanakan hukum yang ada, sabda Tuhan bukan sekedar melaksanakan dan taat tetapi menlaksanakannya dengan dilandasi iman penyembahan kepada Allah dan berbuah pada perbuatan cinta kasih kepada sesama. Memang seringkali hukum di negeri kita ini dibuat dengan label demi kehidupan bersama tetapi sebenarnya demi kepentingan kelompok, juga seringkali hukum itu bisa diatur dan dibeli orang-orang tertentu. Dalam situasi demikian, bukan berarti kita tidak perlu mentaatinya dan mengharapkan hukum itu ditiadakan. Hukum itu baik dan perlu, hanya diselewengkan orang-orang tertentu. Maka tugas kitalah untuk menggenapinya, menyempurnakan dan memperbaikinya seperti yang dilakukan oleh Yesus sendiri. Manakala hukum yang ada itu sudah melanggar hukum cinta kasih kepada sesama, kita harus berani bersuara memperbaikinya dan menjalankannya dengan mengutamakan cinta kasih. Walaupun mungkin karena tindakan yang demikian, kita dianggap meniadakan hukum dan akan dibenci oleh orang-orang tertentu.
Dan kepada kita yang mungkin saat ini mempunyai tugas peranan dalam mebuat hukum tertentu, baiklah kita kiranya melakukannya bukan untuk kepentingan sendiri atau kelompok, tetapi demi kepentingan semua orang dan dilandasi iman dan cinta kasih kepada sesama. Ingatlah kata-kata Yesus pada akhir Injil hari ini, “Karena itu siapa yang meniadakan salah satu perintah hukum Taurat sekalipun yang paling kecil, dan mengajarkannya demikian kepada orang lain, ia akan menduduki tempat yang paling rendah di dalam Kerajaan Sorga; tetapi siapa yang melakukan dan mengajarkan segala perintah-perintah hukum Taurat, ia akan menduduki tempat yang tinggi di dalam Kerajaan Sorga.” Itu berarti mengatkan bahwa barang siapa menyalahgunakan hukum demi kepentingan pribadi atau kelompok dan mengajarkannya kepada orang lain, dia kan mendapatkan tempat yang paling rendah di dalam Kerajaan Sorga. Amin.
0 comments:
Post a Comment
Syalom. Terimakasih atas kunjungan dan komentarnya.Semoga Tuhan memberkati para Saudara.