Filipina rali menentang KB
Oleh Reporter ucanews.com, Manila
Oleh Reporter ucanews.com, Manila
Ratusan ribu umat Katolik Filipina mengadakan rali pada 25 Maret sebagai “show of force” (unjuk kekuatan) menentang rancangan undang-undang kesehatan reproduktif yang diusulkan di dewan legislatif.
Keuskupan Agung Manila dan berbagai kelompok “pro-life” memimpin rali doa dengan Misa yang dipimpin Gaudencio Cardinal Rosales dari Manila.
Rali dengan tema “Philippines! Unite under God for Life” itu bertepatan dengan Pesta Kabar Sukacita, yang oleh para aktivis dinyatakan sebagai “Day of Unborn Children” (Hari Janin).
Pro-Life Philippines mengatakan, Paus Benediktus XVI mengirim “pesan khusus” yang menurut laporan berisi “indulgensi khusus” bagi semua yang mengikuti rali doa tersebut. Pesan itu dibacakan dalam peristiwa itu.
Beberapa jam sebelum protes itu dimulai, para anggota legislatif di DPR yang mendukung rancangan undang-undang (RUU) kesehatan reproduksi (RH, reproductive health) yang kontroversial itu membatalkan sejumlah persyarakan dalam RUU itu, antara lain bagian “yang mendukung” pembatasan anggota keluarga dengan dua anak.
Dalam surat kepada para imam, religius, dan awam dari keuskupan agungnya, Kardinal Rosales mengatakan rali tersebut diperuntukkan bagi semua orang yang menghargai keluarga dan nilai-nilai kehidupan.
Kardinal mendesak para klerus dan segenap umat Katolik untuk ikut dalam peristiwa tersebut guna menunjukkan “bahwa negara kita tidak akan pernah membiarkan RUU yang represif itu disahkan.”
Kegiatan serupa juga diadakan di kota-kota besar lainnya.
Namun anggota legislatif kelompok kiri Neri Colmenares dari Bayan Muna (Nation First) mengatakan “mayoritas umat Katolik yang diam” adalah mendukung kuat terhadap pengesahan RUU tersebut untuk membuat setiap individu bertanggungjawab dalam merencanakan keluarga.
“Sebagai seorang Katolik taat, saya yakin bahwa mayoritas dari kami mendukung RUU RH, setelah paham ketentuan-ketentuan penting RUU tersebut. RUU ini akan melindungi kesehatan reproduksi perempuan,” kata Neri.
Dia mengatakan sebagian besar anggota legislatif mendukung pengesahan RUU ini, sambil menambahkan bahwa dia yakin bahwa “mayoritas warga Filipina yang diam” juga mendukung hal tersebut.
Di Cagayan de Oro, Filipina Selatan, masyarakat sipil dan kelompok agama menyerukan adanya “diskusi jujur dan terbuka” tentang kesehatan reproduksi.
Presiden Benigno Aquino, yang diundang para uskup untuk menghadiri pertemuan di Manila, mengatakan, pemerintah “tidak bisa menutup mata rakyat terhadap realitas populasi yang sedemikian besar. Itulah sebabnya, negara harus memperhatikan hal ini serta isu-isu lain seperti kesehatan ibu dan anak.”
Inti kebijakan pemerintah, katanya, adalah meningkatkan kesadaran tentang menjadi orangtua bertanggung jawab. Ini meliputi peningkatan kesadaran generasi muda usia produktif tentang konsekuensi baik/buruk memiliki anak.
Pemerintahnya, tegas Aquino, menentang aborsi.
ucanews.com
Disadur dari :www.cathnewsindonesia.com
Keuskupan Agung Manila dan berbagai kelompok “pro-life” memimpin rali doa dengan Misa yang dipimpin Gaudencio Cardinal Rosales dari Manila.
Rali dengan tema “Philippines! Unite under God for Life” itu bertepatan dengan Pesta Kabar Sukacita, yang oleh para aktivis dinyatakan sebagai “Day of Unborn Children” (Hari Janin).
Pro-Life Philippines mengatakan, Paus Benediktus XVI mengirim “pesan khusus” yang menurut laporan berisi “indulgensi khusus” bagi semua yang mengikuti rali doa tersebut. Pesan itu dibacakan dalam peristiwa itu.
Beberapa jam sebelum protes itu dimulai, para anggota legislatif di DPR yang mendukung rancangan undang-undang (RUU) kesehatan reproduksi (RH, reproductive health) yang kontroversial itu membatalkan sejumlah persyarakan dalam RUU itu, antara lain bagian “yang mendukung” pembatasan anggota keluarga dengan dua anak.
Dalam surat kepada para imam, religius, dan awam dari keuskupan agungnya, Kardinal Rosales mengatakan rali tersebut diperuntukkan bagi semua orang yang menghargai keluarga dan nilai-nilai kehidupan.
Kardinal mendesak para klerus dan segenap umat Katolik untuk ikut dalam peristiwa tersebut guna menunjukkan “bahwa negara kita tidak akan pernah membiarkan RUU yang represif itu disahkan.”
Kegiatan serupa juga diadakan di kota-kota besar lainnya.
Namun anggota legislatif kelompok kiri Neri Colmenares dari Bayan Muna (Nation First) mengatakan “mayoritas umat Katolik yang diam” adalah mendukung kuat terhadap pengesahan RUU tersebut untuk membuat setiap individu bertanggungjawab dalam merencanakan keluarga.
“Sebagai seorang Katolik taat, saya yakin bahwa mayoritas dari kami mendukung RUU RH, setelah paham ketentuan-ketentuan penting RUU tersebut. RUU ini akan melindungi kesehatan reproduksi perempuan,” kata Neri.
Dia mengatakan sebagian besar anggota legislatif mendukung pengesahan RUU ini, sambil menambahkan bahwa dia yakin bahwa “mayoritas warga Filipina yang diam” juga mendukung hal tersebut.
Di Cagayan de Oro, Filipina Selatan, masyarakat sipil dan kelompok agama menyerukan adanya “diskusi jujur dan terbuka” tentang kesehatan reproduksi.
Presiden Benigno Aquino, yang diundang para uskup untuk menghadiri pertemuan di Manila, mengatakan, pemerintah “tidak bisa menutup mata rakyat terhadap realitas populasi yang sedemikian besar. Itulah sebabnya, negara harus memperhatikan hal ini serta isu-isu lain seperti kesehatan ibu dan anak.”
Inti kebijakan pemerintah, katanya, adalah meningkatkan kesadaran tentang menjadi orangtua bertanggung jawab. Ini meliputi peningkatan kesadaran generasi muda usia produktif tentang konsekuensi baik/buruk memiliki anak.
Pemerintahnya, tegas Aquino, menentang aborsi.
ucanews.com
Disadur dari :www.cathnewsindonesia.com
0 comments:
Post a Comment
Syalom. Terimakasih atas kunjungan dan komentarnya.Semoga Tuhan memberkati para Saudara.