Renungan Hari biasa Pekan III Prapaskah (Senin 28 Maret 2011)
2Raj 5:1-15a, Mzm 42:2,3, 43:3,4, Luk 4:24-30
2Raj 5:1-15a, Mzm 42:2,3, 43:3,4, Luk 4:24-30
Janganlah kita melihat siapa, apa pangkatnya, berapa banyak kekayaan dan dari kelompok mana yang mengatakan kebaikan dan kebenaran yang disampaikan itu, tetapi lihatlah kebenaran dan kebaikan itu sendiri. Amin.
BACAAN INJIL:
Dan kata-Nya lagi: "Aku berkata kepadamu, sesungguhnya tidak ada nabi yang dihargai di tempat asalnya. Dan Aku berkata kepadamu, dan kata-Ku ini benar: Pada zaman Elia terdapat banyak perempuan janda di Israel ketika langit tertutup selama tiga tahun dan enam bulan dan ketika bahaya kelaparan yang hebat menimpa seluruh negeri. Tetapi Elia diutus bukan kepada salah seorang dari mereka, melainkan kepada seorang perempuan janda di Sarfat, di tanah Sidon. Dan pada zaman nabi Elisa banyak orang kusta di Israel dan tidak ada seorangpun dari mereka yang ditahirkan, selain dari pada Naaman, orang Siria itu." Mendengar itu sangat marahlah semua orang yang di rumah ibadat itu. Mereka bangun, lalu menghalau Yesus ke luar kota dan membawa Dia ke tebing gunung, tempat kota itu terletak, untuk melemparkan Dia dari tebing itu. Tetapi Ia berjalan lewat dari tengah-tengah mereka, lalu pergi.
RENUNGAN:
Kita masih ingat berita yang mengatakan bahwa beberapa pemain bulu tangkis Indonesia pindah ke Negara lain. Di Negara lain mereka ada yang menjadi pelatih dan ada pula yang menjadi pemain nasional di Negara itu. Mereka bukan hanya pindah bermain di Negara asing, tetapi juga menjadi warga Negara asing. Padahal mereka pemain handal yang diharapkan menjadi andalan Negara kita. Mengapa mereka melakukan hal demikian? Ada orang bilang mereka melakukannya demi uang, ada pula yang bilang demi prestasi. Apakah mereka tidak bisa berprestasi di Negara kita? Jawaban yang pasti, hanya mereka yang tahu. Tetapi kita yakin bahwa mereka punya alasan yang mendasar, bukan hanya sekedar saja sebagaimana yang didugakan banyak orang. Secara singkat dapat dikatakan bahwa karena mereka merasa di Negara kita ini mereka kurang dihargai secara financial dan juga dari segi suku dan keagamaan mereka, karena mereka umumnya keturunan China dan bukan agama kelompok mayoritas di negara ini.
Juga kita mendengar berita bahwa beberapa bahkan banyak warga Negara pindah ke Negara lain, mereka bekerja dan menetap di sana. Mereka di sana bukan hanya sebagai buruh kasar saja, tetapi tidak sedikit yang menjadi tenaga ahli di sana. Di Negara itu mereka begitu dihargai dan di situ pula mereka berkembang. Lagi-lagi kita bertanya, “Mengapa demikian?” Jawabannya karena di Negara ini mereka kurang dihargai, padahal mereka adalah orang-orang pintar dan dapat dihandalkan untuk kehidupan di Negara kita ini.
Kejadian seperti ini sering terjadi kita dengar, yakni seseorang tidak dihargai di tempat asalnya, tetapi di tempat lain dia berkembang dan banyak berbuat hal baik. Hal seperti ini sering terjadi karena sikap rakus, sombong, yang mementingkan diri sendiri, juga karena perbedaan suku atau agama. Sikap seperti ini menimbulkan suatu penolakan kepada orang lain yang dianggap lebih baik darinya, yang dianggap bukan berada dalam kelompoknya dan juga tidak mau orang lebih baik dari dirinya atau kelompokknya. Itu pula yang dialami oleh Yesus ketika Dia pulang ke kampun halaman-Nya. Di kampung halaman-Nya Yesus mengajar seperti yang dilakukan di tempat lain. Orang banyak terkagum-kagum akan kuasa, kata-kata pengajaran dan keahlian Yesus dalam mengajar. Namun kegaguman itu segera hilang karena mengenal siapa keluarga Yesus, bahwa Yesus berasal dari keluarga Yusuf yang miskin. Mereka tidak rela bila Yesus lebih hebat dan lebih terkenal daripada mereka, walaupun sebenarnya mereka setuju dan mengakui kebenaran ajaran yang disampaikan oleh Yesus. Mereka hidup dalam kesombongan karena merasa dari keturunan terhormat, karena merasa bangsa terpilih sehingga menolak Yesus dan warta keselamatan yang disampaikan oleh Yesus. Mereka juga iri akan kehebatan Yesus mengajar, yang malah melebihi kemampuan mereka. Karena mereka bersikap demikian, maka Yesus mengkritik mereka bahwa memang sudah sejak zaman dahulu mereka sombong, irihati dan menolak warta keselamatan Allah sehingga Allah mewartakan keselamatan kepada bangsa asing.
Sabda dan perintah Yesus itu benar dan baik, kita mengakuinya juga. Tetapi seringkali sabda dan perintah Yesus tidak sesuai dengan keinginan hati kita, tidak sesuai dengan harapan kita sehingga kita seringkali kita menolak untuk melakukannya. Kitapun sering berlaku sombong, yang merasa mampu menghadapi hidup ini dengan mengandalkan kekuatan, harta dan pangkat yang ada pada kita sehingga kita menolak Yesus dalam hidup kita. Sikap yang demikian sebenarnya berarti kita menolak keselamatan yang ditawarkan oleh Yesus kepada kita. Dengan demikian, hendaknya kita bersikap rendah hati menerima Yesus, sabda, perintahnya dan melakukannya. Sikap penerimaan kita akan Yesus, itu berarti kita berjalan menuju keselamatan dan Yesuspun akan melakukan karya besar bagi kita dalam hidup kita.
Dalam hubungan dengan orang lain kitapun seringkali bersikap sombong dan iri sehingga kita menolak orang lain yang melebihi diri kita. Kita menyombongkan harta kita, pangkat atau pendidikan kita yang mungkin lebih dari orang lain, sehingga kita menolak orang lain dan pendapatnya yang padahal hati kecil kita mengakui kebenaran apa yang mereka katakan atau lakukan. Penolakan dan iri hati juga muncul karena merasa kita dan kelompok kitalah yang paling baik, dan orang lain itu karena bukan dari kelompok kita, sehingga kita menolaknya. Sikap yang demikian berarti kita bukan hanya menolak orang itu, tetapi menolak kebaikan itu sendiri. Maka hendaknya kita senantiasa bersikap rendah hati. Kita hendaknya sadar dan dengan rendah hati bahwa kita punya kelebihan tetapi juga punya kekurangan. Kita juga harus dengan rendah hati mengakui bahwa orang lain juga punya kelebihan yang mungkin tidak kita miliki. Janganlah kita melihat siapa, apa pangkatnya, berapa banyak kekayaan dan dari kelompok mana yang mengatakan kebaikan dan kebenaran yang disampaikan itu, tetapi lihatlah kebenaran dan kebaikan itu sendiri. Amin.
BACAAN INJIL:
Dan kata-Nya lagi: "Aku berkata kepadamu, sesungguhnya tidak ada nabi yang dihargai di tempat asalnya. Dan Aku berkata kepadamu, dan kata-Ku ini benar: Pada zaman Elia terdapat banyak perempuan janda di Israel ketika langit tertutup selama tiga tahun dan enam bulan dan ketika bahaya kelaparan yang hebat menimpa seluruh negeri. Tetapi Elia diutus bukan kepada salah seorang dari mereka, melainkan kepada seorang perempuan janda di Sarfat, di tanah Sidon. Dan pada zaman nabi Elisa banyak orang kusta di Israel dan tidak ada seorangpun dari mereka yang ditahirkan, selain dari pada Naaman, orang Siria itu." Mendengar itu sangat marahlah semua orang yang di rumah ibadat itu. Mereka bangun, lalu menghalau Yesus ke luar kota dan membawa Dia ke tebing gunung, tempat kota itu terletak, untuk melemparkan Dia dari tebing itu. Tetapi Ia berjalan lewat dari tengah-tengah mereka, lalu pergi.
RENUNGAN:
Kita masih ingat berita yang mengatakan bahwa beberapa pemain bulu tangkis Indonesia pindah ke Negara lain. Di Negara lain mereka ada yang menjadi pelatih dan ada pula yang menjadi pemain nasional di Negara itu. Mereka bukan hanya pindah bermain di Negara asing, tetapi juga menjadi warga Negara asing. Padahal mereka pemain handal yang diharapkan menjadi andalan Negara kita. Mengapa mereka melakukan hal demikian? Ada orang bilang mereka melakukannya demi uang, ada pula yang bilang demi prestasi. Apakah mereka tidak bisa berprestasi di Negara kita? Jawaban yang pasti, hanya mereka yang tahu. Tetapi kita yakin bahwa mereka punya alasan yang mendasar, bukan hanya sekedar saja sebagaimana yang didugakan banyak orang. Secara singkat dapat dikatakan bahwa karena mereka merasa di Negara kita ini mereka kurang dihargai secara financial dan juga dari segi suku dan keagamaan mereka, karena mereka umumnya keturunan China dan bukan agama kelompok mayoritas di negara ini.
Juga kita mendengar berita bahwa beberapa bahkan banyak warga Negara pindah ke Negara lain, mereka bekerja dan menetap di sana. Mereka di sana bukan hanya sebagai buruh kasar saja, tetapi tidak sedikit yang menjadi tenaga ahli di sana. Di Negara itu mereka begitu dihargai dan di situ pula mereka berkembang. Lagi-lagi kita bertanya, “Mengapa demikian?” Jawabannya karena di Negara ini mereka kurang dihargai, padahal mereka adalah orang-orang pintar dan dapat dihandalkan untuk kehidupan di Negara kita ini.
Kejadian seperti ini sering terjadi kita dengar, yakni seseorang tidak dihargai di tempat asalnya, tetapi di tempat lain dia berkembang dan banyak berbuat hal baik. Hal seperti ini sering terjadi karena sikap rakus, sombong, yang mementingkan diri sendiri, juga karena perbedaan suku atau agama. Sikap seperti ini menimbulkan suatu penolakan kepada orang lain yang dianggap lebih baik darinya, yang dianggap bukan berada dalam kelompoknya dan juga tidak mau orang lebih baik dari dirinya atau kelompokknya. Itu pula yang dialami oleh Yesus ketika Dia pulang ke kampun halaman-Nya. Di kampung halaman-Nya Yesus mengajar seperti yang dilakukan di tempat lain. Orang banyak terkagum-kagum akan kuasa, kata-kata pengajaran dan keahlian Yesus dalam mengajar. Namun kegaguman itu segera hilang karena mengenal siapa keluarga Yesus, bahwa Yesus berasal dari keluarga Yusuf yang miskin. Mereka tidak rela bila Yesus lebih hebat dan lebih terkenal daripada mereka, walaupun sebenarnya mereka setuju dan mengakui kebenaran ajaran yang disampaikan oleh Yesus. Mereka hidup dalam kesombongan karena merasa dari keturunan terhormat, karena merasa bangsa terpilih sehingga menolak Yesus dan warta keselamatan yang disampaikan oleh Yesus. Mereka juga iri akan kehebatan Yesus mengajar, yang malah melebihi kemampuan mereka. Karena mereka bersikap demikian, maka Yesus mengkritik mereka bahwa memang sudah sejak zaman dahulu mereka sombong, irihati dan menolak warta keselamatan Allah sehingga Allah mewartakan keselamatan kepada bangsa asing.
Sabda dan perintah Yesus itu benar dan baik, kita mengakuinya juga. Tetapi seringkali sabda dan perintah Yesus tidak sesuai dengan keinginan hati kita, tidak sesuai dengan harapan kita sehingga kita seringkali kita menolak untuk melakukannya. Kitapun sering berlaku sombong, yang merasa mampu menghadapi hidup ini dengan mengandalkan kekuatan, harta dan pangkat yang ada pada kita sehingga kita menolak Yesus dalam hidup kita. Sikap yang demikian sebenarnya berarti kita menolak keselamatan yang ditawarkan oleh Yesus kepada kita. Dengan demikian, hendaknya kita bersikap rendah hati menerima Yesus, sabda, perintahnya dan melakukannya. Sikap penerimaan kita akan Yesus, itu berarti kita berjalan menuju keselamatan dan Yesuspun akan melakukan karya besar bagi kita dalam hidup kita.
Dalam hubungan dengan orang lain kitapun seringkali bersikap sombong dan iri sehingga kita menolak orang lain yang melebihi diri kita. Kita menyombongkan harta kita, pangkat atau pendidikan kita yang mungkin lebih dari orang lain, sehingga kita menolak orang lain dan pendapatnya yang padahal hati kecil kita mengakui kebenaran apa yang mereka katakan atau lakukan. Penolakan dan iri hati juga muncul karena merasa kita dan kelompok kitalah yang paling baik, dan orang lain itu karena bukan dari kelompok kita, sehingga kita menolaknya. Sikap yang demikian berarti kita bukan hanya menolak orang itu, tetapi menolak kebaikan itu sendiri. Maka hendaknya kita senantiasa bersikap rendah hati. Kita hendaknya sadar dan dengan rendah hati bahwa kita punya kelebihan tetapi juga punya kekurangan. Kita juga harus dengan rendah hati mengakui bahwa orang lain juga punya kelebihan yang mungkin tidak kita miliki. Janganlah kita melihat siapa, apa pangkatnya, berapa banyak kekayaan dan dari kelompok mana yang mengatakan kebaikan dan kebenaran yang disampaikan itu, tetapi lihatlah kebenaran dan kebaikan itu sendiri. Amin.
0 comments:
Post a Comment
Syalom. Terimakasih atas kunjungan dan komentarnya.Semoga Tuhan memberkati para Saudara.