Renungan Hari biasa Pekan III Prapaskah; Selasa 29 Maret 2011
Dan 3:25,34-43, Mzm 25:4bc-5ab,6-7bc,8-9, Mat 18:21-35
Dan 3:25,34-43, Mzm 25:4bc-5ab,6-7bc,8-9, Mat 18:21-35
"Mengampuni sesama adalah kekuatan yang membebaskan kita dari sakit hati dan rasa benci."
BACAAN INJIL:
Kemudian datanglah Petrus dan berkata kepada Yesus: "Tuhan, sampai berapa kali aku harus mengampuni saudaraku jika ia berbuat dosa terhadap aku? Sampai tujuh kali?" Yesus berkata kepadanya: "Bukan! Aku berkata kepadamu: Bukan sampai tujuh kali, melainkan sampai tujuh puluh kali tujuh kali. Sebab hal Kerajaan Sorga seumpama seorang raja yang hendak mengadakan perhitungan dengan hamba-hambanya. Setelah ia mulai mengadakan perhitungan itu, dihadapkanlah kepadanya seorang yang berhutang sepuluh ribu talenta. Tetapi karena orang itu tidak mampu melunaskan hutangnya, raja itu memerintahkan supaya ia dijual beserta anak isterinya dan segala miliknya untuk pembayar hutangnya. Maka sujudlah hamba itu menyembah dia, katanya: Sabarlah dahulu, segala hutangku akan kulunaskan. Lalu tergeraklah hati raja itu oleh belas kasihan akan hamba itu, sehingga ia membebaskannya dan menghapuskan hutangnya. Tetapi ketika hamba itu keluar, ia bertemu dengan seorang hamba lain yang berhutang seratus dinar kepadanya. Ia menangkap dan mencekik kawannya itu, katanya: Bayar hutangmu! Maka sujudlah kawannya itu dan memohon kepadanya: Sabarlah dahulu, hutangku itu akan kulunaskan. Tetapi ia menolak dan menyerahkan kawannya itu ke dalam penjara sampai dilunaskannya hutangnya. Melihat itu kawan-kawannya yang lain sangat sedih lalu menyampaikan segala yang terjadi kepada tuan mereka. Raja itu menyuruh memanggil orang itu dan berkata kepadanya: Hai hamba yang jahat, seluruh hutangmu telah kuhapuskan karena engkau memohonkannya kepadaku. Bukankah engkaupun harus mengasihani kawanmu seperti aku telah mengasihani engkau? Maka marahlah tuannya itu dan menyerahkannya kepada algojo-algojo, sampai ia melunaskan seluruh hutangnya. Maka Bapa-Ku yang di sorga akan berbuat demikian juga terhadap kamu, apabila kamu masing-masing tidak mengampuni saudaramu dengan segenap hatimu."
RENUNGAN:
Mengampuni orang yang telah berbuat tidak baik atau yang telah menyakiti kita, bukanlah hal yang mudah. Sehubungan dengan hal ini, kita mengenal istilah yang mengatakan bahwa manusia mempunyai batas kesabaran. Bilamana kesabaran seseorang sudah melampai batas, seseoarang itu akan bertindak, entah membalas dengan perbuatan yang sama atau malah lebih dari yang dia terima, juga entah itu hanya mendiampkannya dan menyimpan dendam terhadap seseorang itu. Batas kesebaran seseorang terhadap orang yang menyakitinya umumnya sampai tiga kali. Sehubungan dengan hal inilah yang kita dengarkan dalam Injil hari ini. Petrus bertanya kepada Yesus, : "Tuhan, sampai berapa kali aku harus mengampuni saudaraku jika ia berbuat dosa terhadap aku? Sampai tujuh kali?" Dalam pertanyaan ini juga ada rasa bangga pada diri Petrus karena dia merasa sudah mengampuni seseorang melebihi yang umumnya dilakukan banyak orang yakni hanya 3 kali, tetapi Petrus mengatakan 7 kali. Petrus tentu secara manusiawi mengharapkan pujian dari Yesus karena dia tidak seperti orang pada umumnya sehubungan dengan mengampuni sesama. Namun Petrus begitu terkejut karena Yesus bukannya memuji dia tetapi malah mengatakan bahwa mengampuni sesama yang bersalah tidak cukup hanya 7 kali tetapi 7x7x, yang artinya terus menerus dan tidak ada habis-habisnya.
Dapat kita bayangkan bagaimana terkejutnya Petrus dan murid yang lain mendengar jawaban Yesus. Kiranya secara manusiawi mengampuni seseorang sampai tidak ada batasnya adalah hal yang mustahil untuk dilakukan, karena kita punya batas kesabaran dan biasanya kita hanya bertahan sampai 3 kali saja. Oleh karena itulah Yesus menjelaskannya dengan memberi perumpaan seperti yang kita dengarkan tadi dalam Injil. Secara singkat Yesus menceritakan seseorang yang mempunyai hutang sangat banyak kepada seorang raja. Orang itu belum bisa membayarnya sehingga dia sujud menyembah di hadapan raja itu meminta waktu pelunasan di perpanjang dengan janji bahwa dia akan melunasinya. Raja itu begitu kasihan melihat orang itu sehingga raja itu tidak hanya memberi waktu sampai orang itu bisa melunasi hutangnya tetapi malah membebaskannya dan menghapuskan hutangnya. Begitu besar belaskasih raja itu, dia mengampuni dan menghapus ‘hutang’ orang itu.
Namun setelah orang yang hutangnya sangat banyak keluar dari tempat itu dengan penuh sukacita, dia bertemu dengan temannya yang ternyata mempunyai hutang kepadanya walaupun tidak banyak. Orang itu menangkap dan mencekik temannya yang berhutang kepadanya, memaksanya untuk melunasi hutangnya. Orang yang beruhtang kepadanya itu sujud dan memohon agar dia bersabar dan berjanji akan melunasi hutang itu. Tetapi orang yang tadi hutangnya yang banyak telah dilunaskan raja itu, tetap tidak mau dan malah memasukkan orang itu ke penjara sampai dia melunasi hutangnya. Tindakannya sungguh berbeda dengan apa yang dilakukan raja itu kepadanya. Dia lupa diri bahwa hutangnya yang sangat besar sudah dilunaskan raja itu, tetapi temannya yang berhutang sedikit kepadanya tidak bisa diampuninya. Tindakannya yang tidak tahu diri dan tidak berbelaskasih dan tidak mau mengampuni temannya, membuat raja itu marah sehingga raja itu kembali menyerahkan orang itu kepada algojo-algojo lalu dimasukkan ke penjara sampai ia melunasi hutangnya.
Perumpamaan ini sungguh menarik dan sangat jelas menerangkan maksud Yesus tentang pengampunan yang tidak ada berkesudahan. Kita sering mengharapkan orang lain mengampuni kesalahan kita, tetapi seringkali kita sulit mengampuni sesama kita. Demikian juga halnya yang kita harapkan dari Tuhan. Memang mengampuni orang yang telah menyakiti kita bukan perkarah mudah. Lebih mudah meminta ampun atau meminta maaf atas kesalahan kita daripada memaafkan atau mengampuni orang lain. Kalaupun kita terpaksa mau mengampuni orang lain, mungkin itu hanya dalam ungkapan bibir saja, tetapi pasti kita pasti masih menyimpang rasa sakit hati kepada orang itu dan sakit hati itu membuat kita membangun jarak dengan orang itu. Tentu bukan pengampunan demikian yang dimaksud oleh Yesus. Pengampunan yang dimaksud adalah bukan hanya sekedar kata-kata, bukan pula hanya sekedar melupakan kesalahan orang tetapi menjauh dari orang itu. Tetapi pengampunan yang dimaksudkan adalah pengampunan yang keluar dari kasih, kasih yang sungguh menghapus kesalahan orang dan membebaskan dia dari kesalahannya. Pengampunan yang dilandasi oleh cinta kasih, tidak menjauhkan orang itu tetapi ikut terlibat membangun orang yang bersalah untuk bangkit dan keluar dari kedosaan atau kesalahannya.
Kalau dihitung-hitung, kita pasti telah sangat banyak membuat kesalahan yang melanggar kehendak Tuhan. Hampir setiap hari kita melakukan kesalahan sehingga kalau dihitung-hitung pasti kita tidak bisa melunasinya kepada Tuhan. Demikian juga belaskasih Tuhan sungguh sudah sangat banyak kita terima dan kita sudah berutang banyak kepada Tuhan. Kalau Tuhan berhitung-hitung akan berkat-Nya kepada kita, kita pasti tidak akan sanggup membayarnya. Namun syukurlah Tuhan tidak berhitung-hitung dengan kita, Dia berkenan menghapus kesalahan dan hutang kita kepada-Nya asal kita sungguh mau bertobat. Juga perlu kita ingat bahwa Tuhan berkenan mengampuni kita dengan harapan bahwa kitapun hendaknya melakukan hal yang sama kepada sesama kita. Bahkan bereflksi atas perumpamaan tadi, pengampunan kita kepada sesama menjadi syarat utama agar kita beroleh pengampunan dari Allah. Inipula yang kita doakan selalu dalam doa Bapa Kami, “Ampunilah kesalahan kami, seperti kamipun mengampuni sesama yang bersalah kepada kami.”
Maka dari itu, Tuhan telah berkenan mengampuni dan menghapus kesalahan, hutang kita yang sangat banyak, mengapa kita begitu sulit mengampuni dan mengahapus kesalahan sesama kita yang jumlahnya sangat kecil bila dibandingkan dengan pengampunan yang kita peroleh dari Allah. Dan ingatlah, kita juga manusia lemah yang pasti suatu saat jatuh dalam kesalahan dan dosa, sehingga kita pun akan mengharapkan pengampunan atau maaf dari orang lain. Mengampuni sesama adalah kekuatan yang membebaskan kita dari rasa benci dan sakit hati. Amin.
Kemudian datanglah Petrus dan berkata kepada Yesus: "Tuhan, sampai berapa kali aku harus mengampuni saudaraku jika ia berbuat dosa terhadap aku? Sampai tujuh kali?" Yesus berkata kepadanya: "Bukan! Aku berkata kepadamu: Bukan sampai tujuh kali, melainkan sampai tujuh puluh kali tujuh kali. Sebab hal Kerajaan Sorga seumpama seorang raja yang hendak mengadakan perhitungan dengan hamba-hambanya. Setelah ia mulai mengadakan perhitungan itu, dihadapkanlah kepadanya seorang yang berhutang sepuluh ribu talenta. Tetapi karena orang itu tidak mampu melunaskan hutangnya, raja itu memerintahkan supaya ia dijual beserta anak isterinya dan segala miliknya untuk pembayar hutangnya. Maka sujudlah hamba itu menyembah dia, katanya: Sabarlah dahulu, segala hutangku akan kulunaskan. Lalu tergeraklah hati raja itu oleh belas kasihan akan hamba itu, sehingga ia membebaskannya dan menghapuskan hutangnya. Tetapi ketika hamba itu keluar, ia bertemu dengan seorang hamba lain yang berhutang seratus dinar kepadanya. Ia menangkap dan mencekik kawannya itu, katanya: Bayar hutangmu! Maka sujudlah kawannya itu dan memohon kepadanya: Sabarlah dahulu, hutangku itu akan kulunaskan. Tetapi ia menolak dan menyerahkan kawannya itu ke dalam penjara sampai dilunaskannya hutangnya. Melihat itu kawan-kawannya yang lain sangat sedih lalu menyampaikan segala yang terjadi kepada tuan mereka. Raja itu menyuruh memanggil orang itu dan berkata kepadanya: Hai hamba yang jahat, seluruh hutangmu telah kuhapuskan karena engkau memohonkannya kepadaku. Bukankah engkaupun harus mengasihani kawanmu seperti aku telah mengasihani engkau? Maka marahlah tuannya itu dan menyerahkannya kepada algojo-algojo, sampai ia melunaskan seluruh hutangnya. Maka Bapa-Ku yang di sorga akan berbuat demikian juga terhadap kamu, apabila kamu masing-masing tidak mengampuni saudaramu dengan segenap hatimu."
RENUNGAN:
Mengampuni orang yang telah berbuat tidak baik atau yang telah menyakiti kita, bukanlah hal yang mudah. Sehubungan dengan hal ini, kita mengenal istilah yang mengatakan bahwa manusia mempunyai batas kesabaran. Bilamana kesabaran seseorang sudah melampai batas, seseoarang itu akan bertindak, entah membalas dengan perbuatan yang sama atau malah lebih dari yang dia terima, juga entah itu hanya mendiampkannya dan menyimpan dendam terhadap seseorang itu. Batas kesebaran seseorang terhadap orang yang menyakitinya umumnya sampai tiga kali. Sehubungan dengan hal inilah yang kita dengarkan dalam Injil hari ini. Petrus bertanya kepada Yesus, : "Tuhan, sampai berapa kali aku harus mengampuni saudaraku jika ia berbuat dosa terhadap aku? Sampai tujuh kali?" Dalam pertanyaan ini juga ada rasa bangga pada diri Petrus karena dia merasa sudah mengampuni seseorang melebihi yang umumnya dilakukan banyak orang yakni hanya 3 kali, tetapi Petrus mengatakan 7 kali. Petrus tentu secara manusiawi mengharapkan pujian dari Yesus karena dia tidak seperti orang pada umumnya sehubungan dengan mengampuni sesama. Namun Petrus begitu terkejut karena Yesus bukannya memuji dia tetapi malah mengatakan bahwa mengampuni sesama yang bersalah tidak cukup hanya 7 kali tetapi 7x7x, yang artinya terus menerus dan tidak ada habis-habisnya.
Dapat kita bayangkan bagaimana terkejutnya Petrus dan murid yang lain mendengar jawaban Yesus. Kiranya secara manusiawi mengampuni seseorang sampai tidak ada batasnya adalah hal yang mustahil untuk dilakukan, karena kita punya batas kesabaran dan biasanya kita hanya bertahan sampai 3 kali saja. Oleh karena itulah Yesus menjelaskannya dengan memberi perumpaan seperti yang kita dengarkan tadi dalam Injil. Secara singkat Yesus menceritakan seseorang yang mempunyai hutang sangat banyak kepada seorang raja. Orang itu belum bisa membayarnya sehingga dia sujud menyembah di hadapan raja itu meminta waktu pelunasan di perpanjang dengan janji bahwa dia akan melunasinya. Raja itu begitu kasihan melihat orang itu sehingga raja itu tidak hanya memberi waktu sampai orang itu bisa melunasi hutangnya tetapi malah membebaskannya dan menghapuskan hutangnya. Begitu besar belaskasih raja itu, dia mengampuni dan menghapus ‘hutang’ orang itu.
Namun setelah orang yang hutangnya sangat banyak keluar dari tempat itu dengan penuh sukacita, dia bertemu dengan temannya yang ternyata mempunyai hutang kepadanya walaupun tidak banyak. Orang itu menangkap dan mencekik temannya yang berhutang kepadanya, memaksanya untuk melunasi hutangnya. Orang yang beruhtang kepadanya itu sujud dan memohon agar dia bersabar dan berjanji akan melunasi hutang itu. Tetapi orang yang tadi hutangnya yang banyak telah dilunaskan raja itu, tetap tidak mau dan malah memasukkan orang itu ke penjara sampai dia melunasi hutangnya. Tindakannya sungguh berbeda dengan apa yang dilakukan raja itu kepadanya. Dia lupa diri bahwa hutangnya yang sangat besar sudah dilunaskan raja itu, tetapi temannya yang berhutang sedikit kepadanya tidak bisa diampuninya. Tindakannya yang tidak tahu diri dan tidak berbelaskasih dan tidak mau mengampuni temannya, membuat raja itu marah sehingga raja itu kembali menyerahkan orang itu kepada algojo-algojo lalu dimasukkan ke penjara sampai ia melunasi hutangnya.
Perumpamaan ini sungguh menarik dan sangat jelas menerangkan maksud Yesus tentang pengampunan yang tidak ada berkesudahan. Kita sering mengharapkan orang lain mengampuni kesalahan kita, tetapi seringkali kita sulit mengampuni sesama kita. Demikian juga halnya yang kita harapkan dari Tuhan. Memang mengampuni orang yang telah menyakiti kita bukan perkarah mudah. Lebih mudah meminta ampun atau meminta maaf atas kesalahan kita daripada memaafkan atau mengampuni orang lain. Kalaupun kita terpaksa mau mengampuni orang lain, mungkin itu hanya dalam ungkapan bibir saja, tetapi pasti kita pasti masih menyimpang rasa sakit hati kepada orang itu dan sakit hati itu membuat kita membangun jarak dengan orang itu. Tentu bukan pengampunan demikian yang dimaksud oleh Yesus. Pengampunan yang dimaksud adalah bukan hanya sekedar kata-kata, bukan pula hanya sekedar melupakan kesalahan orang tetapi menjauh dari orang itu. Tetapi pengampunan yang dimaksudkan adalah pengampunan yang keluar dari kasih, kasih yang sungguh menghapus kesalahan orang dan membebaskan dia dari kesalahannya. Pengampunan yang dilandasi oleh cinta kasih, tidak menjauhkan orang itu tetapi ikut terlibat membangun orang yang bersalah untuk bangkit dan keluar dari kedosaan atau kesalahannya.
Kalau dihitung-hitung, kita pasti telah sangat banyak membuat kesalahan yang melanggar kehendak Tuhan. Hampir setiap hari kita melakukan kesalahan sehingga kalau dihitung-hitung pasti kita tidak bisa melunasinya kepada Tuhan. Demikian juga belaskasih Tuhan sungguh sudah sangat banyak kita terima dan kita sudah berutang banyak kepada Tuhan. Kalau Tuhan berhitung-hitung akan berkat-Nya kepada kita, kita pasti tidak akan sanggup membayarnya. Namun syukurlah Tuhan tidak berhitung-hitung dengan kita, Dia berkenan menghapus kesalahan dan hutang kita kepada-Nya asal kita sungguh mau bertobat. Juga perlu kita ingat bahwa Tuhan berkenan mengampuni kita dengan harapan bahwa kitapun hendaknya melakukan hal yang sama kepada sesama kita. Bahkan bereflksi atas perumpamaan tadi, pengampunan kita kepada sesama menjadi syarat utama agar kita beroleh pengampunan dari Allah. Inipula yang kita doakan selalu dalam doa Bapa Kami, “Ampunilah kesalahan kami, seperti kamipun mengampuni sesama yang bersalah kepada kami.”
Maka dari itu, Tuhan telah berkenan mengampuni dan menghapus kesalahan, hutang kita yang sangat banyak, mengapa kita begitu sulit mengampuni dan mengahapus kesalahan sesama kita yang jumlahnya sangat kecil bila dibandingkan dengan pengampunan yang kita peroleh dari Allah. Dan ingatlah, kita juga manusia lemah yang pasti suatu saat jatuh dalam kesalahan dan dosa, sehingga kita pun akan mengharapkan pengampunan atau maaf dari orang lain. Mengampuni sesama adalah kekuatan yang membebaskan kita dari rasa benci dan sakit hati. Amin.
0 comments:
Post a Comment
Syalom. Terimakasih atas kunjungan dan komentarnya.Semoga Tuhan memberkati para Saudara.