Renungan Hari biasa Pekan II Prapaskah, Kamis 24 Maret 2011
Yer 17:5-10, Mzm 1:1-2,3,4,6, Luk 16:19-31
Yer 17:5-10, Mzm 1:1-2,3,4,6, Luk 16:19-31
Semoga kita menghayati semangat hidup miskin di hadapan Allah. Amin.
BACAAN INJIL:
"Ada seorang kaya yang selalu berpakaian jubah ungu dan kain halus, dan setiap hari ia bersukaria dalam kemewahan. Dan ada seorang pengemis bernama Lazarus, badannya penuh dengan borok, berbaring dekat pintu rumah orang kaya itu, dan ingin menghilangkan laparnya dengan apa yang jatuh dari meja orang kaya itu. Malahan anjing-anjing datang dan menjilat boroknya. Kemudian matilah orang miskin itu, lalu dibawa oleh malaikat-malaikat ke pangkuan Abraham. Orang kaya itu juga mati, lalu dikubur. Dan sementara ia menderita sengsara di alam maut ia memandang ke atas, dan dari jauh dilihatnya Abraham, dan Lazarus duduk di pangkuannya. Lalu ia berseru, katanya: Bapa Abraham, kasihanilah aku. Suruhlah Lazarus, supaya ia mencelupkan ujung jarinya ke dalam air dan menyejukkan lidahku, sebab aku sangat kesakitan dalam nyala api ini. Tetapi Abraham berkata: Anak, ingatlah, bahwa engkau telah menerima segala yang baik sewaktu hidupmu, sedangkan Lazarus segala yang buruk. Sekarang ia mendapat hiburan dan engkau sangat menderita. Selain dari pada itu di antara kami dan engkau terbentang jurang yang tak terseberangi, supaya mereka yang mau pergi dari sini kepadamu ataupun mereka yang mau datang dari situ kepada kami tidak dapat menyeberang. Kata orang itu: Kalau demikian, aku minta kepadamu, bapa, supaya engkau menyuruh dia ke rumah ayahku, sebab masih ada lima orang saudaraku, supaya ia memperingati mereka dengan sungguh-sungguh, agar mereka jangan masuk kelak ke dalam tempat penderitaan ini. Tetapi kata Abraham: Ada pada mereka kesaksian Musa dan para nabi; baiklah mereka mendengarkan kesaksian itu. Jawab orang itu: Tidak, bapa Abraham, tetapi jika ada seorang yang datang dari antara orang mati kepada mereka, mereka akan bertobat. Kata Abraham kepadanya: Jika mereka tidak mendengarkan kesaksian Musa dan para nabi, mereka tidak juga akan mau diyakinkan, sekalipun oleh seorang yang bangkit dari antara orang mati.
Demikianlah Injil Tuhan bagi kita hari ini.
RENUNGAN:
Apakah orang kaya pasti masuk Nereka dan orang miskin pasti masuk surga? Tentu bukan demikian yang dimaksudkan Injil hari ini kepada kita.
Membaca injil hari ini, memang seakan kesan itu akan muncul. Kita sedikit bingung mengapa orang kaya itu masuk neraka, apa kesalahannya. Injil hari ini tidak menerangkan perbuatan jahat apa yang dibuat oleh orang kaya itu terhadap si miskin sehingga dia masuk neraka. Juga tidan menjelaskan mengapa si Lazarus masuk surge, yang seakan ada kesan bahwa orang miskin otomatis akan masuk surga. Dalam injil dikatakan bahwa orang kaya itu menikmati kekayaannya dengan berpakaian yang mewah, berpesta pora di rumahnya. Orang kaya itu tidak mengusir lazarus ketika datang ke pesta itu untuk memakan sisa-sisa makanan yang terbuang, yang terjatuh dari meja oran gkaya itu. Lazarus malah berebutan dengan anjing-anjing orang kaya itu. Orang kaya itu tidak mengusir Lazarus, padahal bagaimanapun kehadiran Lazarus tentu akan merusak pemandangan, apalagi dengan borok di sekujur tubuhnya bisa membuat jijik para tamu yang hadir pada waktu itu. Dalam hal ini orang kaya itu berbuat baik, tidak melakukan perbuatan jahat kepada Lazarus. Tetapi mengapa dia setelah mati, masuk neraka?
Memang orang kaya itu secara langsung tidak berbuat jahat kepada Lazarus. Kekurangannya yang sangat fatal dan yang tidak berkenan kepada Allah adalah sikap ketidakpeduliaannya kepara orang menderita di sekitarnya. Dia memiliki banyak harta, hidup berfoya-foya dan tidak peduli dengan sesama yang menderita. Jadi bukan soal tidak melakukan kejahatan secara nyata kepada sesama, tetapi ketidakpedulian dan tidak berbuat baik kepada sesama, padahal memiliki banyak hal untuk bisa membantu sesama.
Kitapun sering berbuat demikian. Kita berpuas diri karena kita tidak berbuat jahat atau tidak melakukan kejahatan kepada sesama yang menderita. Kita juga merasa puas bila kita hanya bersikap prihatin atau mengatakan ‘kasihan’ kepada sesama yang menderita, tetapi tidak melakukan hal baik kepada sesama. Mungkin kita juga sering berpuas diri karena kita bisa memberi sedikit kepada orang miskin, padahal yang kita beri adalah sisa-sisa dari apa yang tidak kita butuhkan lagi. Seringkali yang kita beri itu tidak seberapa dengan biaya yang kita habiskan untuk makanan anjing atau ternak peliharaan. Kerap juga dengan bangga orang menyumbangkan pakaian bekas kepada orang miskin, padahal yang mereka berikan adalah barang-barang yang tidak lagi dibutuhkannya dank arena dia sudah membeli pakaian yang lebih mahal dan lebih bagus. Kita juga berpuas diri karena kita tidak mengejak, menghina, mengucilkan orang miskin dan dengan mengatakan bahwa kita sama miskinnya dengan sesama, merasa tidak punya apa-apa untuk kita berikan kepada orang yang menderita. Ada juga orang yang aktif menggalang dana untuk orang miskin, tetapi dia sendiri tidak mengeluarkan sepeserpun untuk orang miskin. Yang berkenan di hadapan Allah adalah hidup beriman yang berbela rasa dengan sesama yang menderita dan itu nyata dalam keberanian untuk berbagi dengan sesama yang menderita.
Namun perlu kiranya kita ingat pula, bahwa berdasarkan Injil di atas, bukan berarti bahwa orang miskin otomatis pasti masuk surga. Tentu bukan demikian adanya. Orang miskinpun bisa saja kelak masuk neraka bila dalam kemiskinan mereka tidak setia beriman kepada Allah. Sebagaimana yang sering terjadi, kemiskinan kerap diperalat menjadi alasan untuk bermalas-malas, dan dijadikan alasan untuk tidak berusaha hidup beriman. Kerap umat beralasan demi mencari sesuap nasi membuat mereka jarang berdoa, jarang ke Gereja dan jarang ikut kegiatan-kegiatan Gereja. Sikap demikian tentu juga tidak bekenan di harapan Tuhan. Lazarus yang miskin yang digambarkan dalam Injil hari ini adalah lebih pada sikap atau semangat miskin di hadapan Allah, bukan dalam hal materi saja.
Orang miskin tidak memiliki harta ataupun relas yang menjadi kebanggan atau pegangan hidup mereka, sehingga dalam kemiskinan mereka terarah pada Tuhan, hanya berpegangan pada Tuhan dan berpasrah pada Tuhan. Orang miskin yang demikianlah yang digambarkan digambarkan dalam Injil hari ini. Sehingga bukan soal miskin materi tetapi sikap hidup miskin, yang hanya mengandalakan, berpegangan pada Tuhan dan sikap pasrah kepada Tuhan. Oleh karena itu Yeremia mengatakan, “Diberkatilah orang yang mengandalkan TUHAN, yang menaruh harapannya pada TUHAN!” (Yer 17:7). Orang yang tidak mengandalkan kekayaan atau harta duniawi, mereka juga memiliki gaya hidup sederhana dan sangat rela berbagi sukacita dan berkat dengan sesama yang kekurangan.
Semoga kita menghayati semangat hidup miskin di hadapan Allah. Amin.
"Ada seorang kaya yang selalu berpakaian jubah ungu dan kain halus, dan setiap hari ia bersukaria dalam kemewahan. Dan ada seorang pengemis bernama Lazarus, badannya penuh dengan borok, berbaring dekat pintu rumah orang kaya itu, dan ingin menghilangkan laparnya dengan apa yang jatuh dari meja orang kaya itu. Malahan anjing-anjing datang dan menjilat boroknya. Kemudian matilah orang miskin itu, lalu dibawa oleh malaikat-malaikat ke pangkuan Abraham. Orang kaya itu juga mati, lalu dikubur. Dan sementara ia menderita sengsara di alam maut ia memandang ke atas, dan dari jauh dilihatnya Abraham, dan Lazarus duduk di pangkuannya. Lalu ia berseru, katanya: Bapa Abraham, kasihanilah aku. Suruhlah Lazarus, supaya ia mencelupkan ujung jarinya ke dalam air dan menyejukkan lidahku, sebab aku sangat kesakitan dalam nyala api ini. Tetapi Abraham berkata: Anak, ingatlah, bahwa engkau telah menerima segala yang baik sewaktu hidupmu, sedangkan Lazarus segala yang buruk. Sekarang ia mendapat hiburan dan engkau sangat menderita. Selain dari pada itu di antara kami dan engkau terbentang jurang yang tak terseberangi, supaya mereka yang mau pergi dari sini kepadamu ataupun mereka yang mau datang dari situ kepada kami tidak dapat menyeberang. Kata orang itu: Kalau demikian, aku minta kepadamu, bapa, supaya engkau menyuruh dia ke rumah ayahku, sebab masih ada lima orang saudaraku, supaya ia memperingati mereka dengan sungguh-sungguh, agar mereka jangan masuk kelak ke dalam tempat penderitaan ini. Tetapi kata Abraham: Ada pada mereka kesaksian Musa dan para nabi; baiklah mereka mendengarkan kesaksian itu. Jawab orang itu: Tidak, bapa Abraham, tetapi jika ada seorang yang datang dari antara orang mati kepada mereka, mereka akan bertobat. Kata Abraham kepadanya: Jika mereka tidak mendengarkan kesaksian Musa dan para nabi, mereka tidak juga akan mau diyakinkan, sekalipun oleh seorang yang bangkit dari antara orang mati.
Demikianlah Injil Tuhan bagi kita hari ini.
RENUNGAN:
Apakah orang kaya pasti masuk Nereka dan orang miskin pasti masuk surga? Tentu bukan demikian yang dimaksudkan Injil hari ini kepada kita.
Membaca injil hari ini, memang seakan kesan itu akan muncul. Kita sedikit bingung mengapa orang kaya itu masuk neraka, apa kesalahannya. Injil hari ini tidak menerangkan perbuatan jahat apa yang dibuat oleh orang kaya itu terhadap si miskin sehingga dia masuk neraka. Juga tidan menjelaskan mengapa si Lazarus masuk surge, yang seakan ada kesan bahwa orang miskin otomatis akan masuk surga. Dalam injil dikatakan bahwa orang kaya itu menikmati kekayaannya dengan berpakaian yang mewah, berpesta pora di rumahnya. Orang kaya itu tidak mengusir lazarus ketika datang ke pesta itu untuk memakan sisa-sisa makanan yang terbuang, yang terjatuh dari meja oran gkaya itu. Lazarus malah berebutan dengan anjing-anjing orang kaya itu. Orang kaya itu tidak mengusir Lazarus, padahal bagaimanapun kehadiran Lazarus tentu akan merusak pemandangan, apalagi dengan borok di sekujur tubuhnya bisa membuat jijik para tamu yang hadir pada waktu itu. Dalam hal ini orang kaya itu berbuat baik, tidak melakukan perbuatan jahat kepada Lazarus. Tetapi mengapa dia setelah mati, masuk neraka?
Memang orang kaya itu secara langsung tidak berbuat jahat kepada Lazarus. Kekurangannya yang sangat fatal dan yang tidak berkenan kepada Allah adalah sikap ketidakpeduliaannya kepara orang menderita di sekitarnya. Dia memiliki banyak harta, hidup berfoya-foya dan tidak peduli dengan sesama yang menderita. Jadi bukan soal tidak melakukan kejahatan secara nyata kepada sesama, tetapi ketidakpedulian dan tidak berbuat baik kepada sesama, padahal memiliki banyak hal untuk bisa membantu sesama.
Kitapun sering berbuat demikian. Kita berpuas diri karena kita tidak berbuat jahat atau tidak melakukan kejahatan kepada sesama yang menderita. Kita juga merasa puas bila kita hanya bersikap prihatin atau mengatakan ‘kasihan’ kepada sesama yang menderita, tetapi tidak melakukan hal baik kepada sesama. Mungkin kita juga sering berpuas diri karena kita bisa memberi sedikit kepada orang miskin, padahal yang kita beri adalah sisa-sisa dari apa yang tidak kita butuhkan lagi. Seringkali yang kita beri itu tidak seberapa dengan biaya yang kita habiskan untuk makanan anjing atau ternak peliharaan. Kerap juga dengan bangga orang menyumbangkan pakaian bekas kepada orang miskin, padahal yang mereka berikan adalah barang-barang yang tidak lagi dibutuhkannya dank arena dia sudah membeli pakaian yang lebih mahal dan lebih bagus. Kita juga berpuas diri karena kita tidak mengejak, menghina, mengucilkan orang miskin dan dengan mengatakan bahwa kita sama miskinnya dengan sesama, merasa tidak punya apa-apa untuk kita berikan kepada orang yang menderita. Ada juga orang yang aktif menggalang dana untuk orang miskin, tetapi dia sendiri tidak mengeluarkan sepeserpun untuk orang miskin. Yang berkenan di hadapan Allah adalah hidup beriman yang berbela rasa dengan sesama yang menderita dan itu nyata dalam keberanian untuk berbagi dengan sesama yang menderita.
Namun perlu kiranya kita ingat pula, bahwa berdasarkan Injil di atas, bukan berarti bahwa orang miskin otomatis pasti masuk surga. Tentu bukan demikian adanya. Orang miskinpun bisa saja kelak masuk neraka bila dalam kemiskinan mereka tidak setia beriman kepada Allah. Sebagaimana yang sering terjadi, kemiskinan kerap diperalat menjadi alasan untuk bermalas-malas, dan dijadikan alasan untuk tidak berusaha hidup beriman. Kerap umat beralasan demi mencari sesuap nasi membuat mereka jarang berdoa, jarang ke Gereja dan jarang ikut kegiatan-kegiatan Gereja. Sikap demikian tentu juga tidak bekenan di harapan Tuhan. Lazarus yang miskin yang digambarkan dalam Injil hari ini adalah lebih pada sikap atau semangat miskin di hadapan Allah, bukan dalam hal materi saja.
Orang miskin tidak memiliki harta ataupun relas yang menjadi kebanggan atau pegangan hidup mereka, sehingga dalam kemiskinan mereka terarah pada Tuhan, hanya berpegangan pada Tuhan dan berpasrah pada Tuhan. Orang miskin yang demikianlah yang digambarkan digambarkan dalam Injil hari ini. Sehingga bukan soal miskin materi tetapi sikap hidup miskin, yang hanya mengandalakan, berpegangan pada Tuhan dan sikap pasrah kepada Tuhan. Oleh karena itu Yeremia mengatakan, “Diberkatilah orang yang mengandalkan TUHAN, yang menaruh harapannya pada TUHAN!” (Yer 17:7). Orang yang tidak mengandalkan kekayaan atau harta duniawi, mereka juga memiliki gaya hidup sederhana dan sangat rela berbagi sukacita dan berkat dengan sesama yang kekurangan.
Semoga kita menghayati semangat hidup miskin di hadapan Allah. Amin.
0 comments:
Post a Comment
Syalom. Terimakasih atas kunjungan dan komentarnya.Semoga Tuhan memberkati para Saudara.