Renungan Hari biasa Pekan II Prapaskah, Senin 21 Maret 2011
Dan 9:4b-10, Mzm 79:8,9,11,13, Luk 6:36-38
(Benediktus)
Dan 9:4b-10, Mzm 79:8,9,11,13, Luk 6:36-38
(Benediktus)
“Jangan kita menunda untuk bermurah hati kepada sesama, karena Allah sudah bermurah hati kepada kita.”
BACAAN INJIL:
Hendaklah kamu murah hati, sama seperti Bapamu adalah murah hati." "Janganlah kamu menghakimi, maka kamupun tidak akan dihakimi. Dan janganlah kamu menghukum, maka kamupun tidak akan dihukum; ampunilah dan kamu akan diampuni. Berilah dan kamu akan diberi: suatu takaran yang baik, yang dipadatkan, yang digoncang dan yang tumpah ke luar akan dicurahkan ke dalam ribaanmu. Sebab ukuran yang kamu pakai untuk mengukur, akan diukurkan kepadamu."
Demikianlah Injil Tuhan bagi kita hari ini.
RENUNGAN:
Paroki Tigalingga termasuk paroki kecil, saat ini mendapat tambahan dana untuk operasional paroki. Hingga saat ini juga masih berjuang mengumpulkan dana untuk melanjutkan pembangunan Gereja yang sudah tertunda selama 2 tahun lebih, banyak usaha yang dilakukan, proposal juga banyak yang sudah disebarkan, namun belum membuakan hasil yang tampak. Pembangunan masih belum bisa lanjutkan, fondasi belum masih tetap fondasi. Dalam situasi yang demikian, sekali waktu pernah beberapa kali seorang pengurus Gereja dari paroki lain datang ke paroki dan beliau membawa proposal pembangunan Gereja stasi mereka yang sedang dalam pembangunan. Beliau meminta bantuan dari paroki untuk pembangunan gereja stasi tersebut. Sekali waktu, pernah pula seorang pengurus Gereja dari Paroki lain datang membawa proposal Natal Ekumene dan juga meminta bantuan dana untuk kegiatan tersebut. Secara manusiawi saya berpikir bahwa nasib mereka sama dengan nasib kami saat ini, yakni sama-sama kekurangan dana untuk suatu tujuan yang baik, sama-sama berusaha mencari dana untuk suatu tujuan yang baik. Dalam hati juga saya juga berkata, “Nasib sama, kami juga paroki yang kekurangan, membutuhkan tambahan dana, saat ini juga membutuhkan bantuan untuk melanjtukan pembangunan Gereja. Tetapi mengapa mereka justru datang kepada kami yang juga kekurangan dan lagi mencari dana? Apakah mereka tidak tahu bahwa kami juga sama seperti mereka? Apa yang bisa kami berikan, karena toh kami juga kekurangan dan masih membutuhkan bantuan jauh lebih besar dari yang mereka anggarkan dalam proposal? Namun kiranya itu hanya pikiran manusiawi saja mengingat karena juga merasa kekurangan, karena pada akhirnya saya juga kasihan kepada mereka yang sudah datang jauh-jauh, berharap dapat bantuan dan mereka sudah berkorban untuk melakukan tugas Gereja. Saya membayangkan diri mereka adalah diri saya sendiri saat ini, yang tentunya bila pulang dengan tangan kosong, pasti juga akan merasa sedih. Maka dengan senang hati, kami tetap memberi sesuai dengan kemampuan kami. Karena bagaimanapun, memberi dari kekurangan, itu jauh lebih berharga dibanding dengan memberi dari kelebihan.
Namun bila membaca sabda Yesus hari ini yang mengatakan hendaklah kita bermurah hati seperti Bapa yang adalah murah hati, tentu memberi atau membantu sesama karena kasihan, itu tidaklah cukup. Tindakah memberi dan membantu tidak baik hanya karena kita memiliki lebih dan lebih tidak baik lagi hanya karena kasihan saja. Memberi atau membantu hanya karena kasihan, memiliki sifat kurang baik, karena itu berarti kita memposisikan kita berada di atas orang yang kita bantu. Tetapi lebih baik bila kita membantu karena kita menghayati dan menganggap bahwa mereka juga saudara kita, dan kita hendak menghidupi cinta kasih dengan perwuju dan untuk saling membantu.
Hidup yang disemangati oleh cinta kasih, akan terpancar juga dalam hidup yang senantiasa rela berbagi sukacita dan rela berbagi berkat kepada sesama. Sikap hidup demikianlah kiranya disebut dengan sikap murah hati. Namun sikap hidup yang demikian tentulah sulit untuk terwujud bila kita belum menyadari bahwa kita telah banyak mendapatkan perbuatan cinta dari orang lain, kalau kita belum menyadari bahwa kita sudah mendapatkan kemurahan hati dari orang lain terutama dari Tuhan sendiri.
Dalam sabda hari ini Yesus mengajak kita untuk bermurah hati kepada sesama, sama seperti Bapa yang adalah murah hati. Sabda ini mengingatkan kita bahwa Allah Bapa sudah terlebih dahulu bermurah hati kepada kita, hanya kadang kita tidak menyadarinya. Yesus menyadarkan kita akan kemurah hatian Allah Bapa yang sudah kita terima. Hidup yang kita peroleh adalah karena kemurah hatian Allah. Allah yang murah hati juga senantiasa melindungi, melimpahkan berkat-Nya dan seantiasa mengasihi kita. Semuanya sekali lagi hanya karena kemurah hatian Allah, bukan karena kita layak dan pantas mendapatkannya. Namun seringkali kita kurang menyadarinya. Kita sering mengangap baru merasakan kemurah hatian Allah kalau permohonan kita terkabul, kalau kita tidak memiliki persoalan hidup dan kita memiliki sesuatu yang berlebih. Kita tidak sanggup melihat bahwa banyak kemurah hatian Allah Bapa yang sudah kita terima. Kita bisa hidup, kita bisa bertahan hidup hingga sekarang adalah karena Allah bermurah hati kepada kita. Karena kurang menyadari dan mesyukuri apa yang sudah kita terima membuat kita berpikir bahwa kita masih kekurangan sehingga kita berpikir bahwa kita bisa bermurah hati kalau kita keperluan dan apa yang kita butuhkan sudah cukup, terpenuhi dahulu. Banyak diantara kita berpikir, “Saya akan bermurah hati, kalau saya sudah mempunyai banyak.” Atau juga ada yang mengatakan, “Bagaimana mungkin saya bisa bermurah hati, saya saja masih kekurangan, masih sangat mengharapkan kemurah hatian Allah dan sesama?” Hidup yang demikian, tidak akan pernah menikmati hidupnya, tidak akan pernah bersyukur dan selalu meresa kekurangan.
Selain itu Yesus mengatakan bahwa kita seringkali mengaharapkan agar Allah bermurah hati atas kita, juga seringkali mengaharapkan agar orang lain bermurah hati kepada kita, tetapi kita sendiri tidak melakukannya. Bahkan mungkin karena pikiran di atas tadi, kita malah berbuat yang tidak baik kepada sesama. Bila kita mengharapkan kemurah hatian dari sesama, tetapi kita juga berbuat hal yang sama kepada sesama kita. Kita sering dengan mudah mengatakan bahwa orang lain tidak bermurah hati, padahal kita sendiri tidak bermurah hati kepada sesama. Yesus mengatakan kalau kita hendak mengharapkan orang lain bermurah hati kepada sesama, baiklah kita terlebih dahulu bermurah hati kepada sesama kita. Dengan bermurah hati kepada sesama, orang lain akan melihat kemurah hatian kita dan orang lainpun akan membuat hal yang sama terhadap kita. Namun tetap kita ingat bahwa kita melakukannya bukan karena sekedar agar orang lian melakukan hal yang sama kepada kita, tetapi karena kita sadar bahwa Allah sudah terlebih dahulu bermurah hati kepada kita. Kemurah hatian Allah Bapa yang sudah kita terima juga mengharapkan agar kita melakukan hal yang sama kepada sesama. Dengan bermurah hati, Allahpun akan semakin melimpahkan berkat-Nya kepada kita, karena Dia melihat bahwa berkat-Nya yang Dia berikan kepada kita karena kemurah hatia-Nya juga kita bagikan kepada sesama. Allah akan semakin mempercayakan berkat-Nya kepada kita untuk kita bagikan dan kita dijadikan menjadi saluran berkat bagi sesama. Maka janganlah kita menunda untuk bermurah hati kepada sesama. Amin.
Hendaklah kamu murah hati, sama seperti Bapamu adalah murah hati." "Janganlah kamu menghakimi, maka kamupun tidak akan dihakimi. Dan janganlah kamu menghukum, maka kamupun tidak akan dihukum; ampunilah dan kamu akan diampuni. Berilah dan kamu akan diberi: suatu takaran yang baik, yang dipadatkan, yang digoncang dan yang tumpah ke luar akan dicurahkan ke dalam ribaanmu. Sebab ukuran yang kamu pakai untuk mengukur, akan diukurkan kepadamu."
Demikianlah Injil Tuhan bagi kita hari ini.
RENUNGAN:
Paroki Tigalingga termasuk paroki kecil, saat ini mendapat tambahan dana untuk operasional paroki. Hingga saat ini juga masih berjuang mengumpulkan dana untuk melanjutkan pembangunan Gereja yang sudah tertunda selama 2 tahun lebih, banyak usaha yang dilakukan, proposal juga banyak yang sudah disebarkan, namun belum membuakan hasil yang tampak. Pembangunan masih belum bisa lanjutkan, fondasi belum masih tetap fondasi. Dalam situasi yang demikian, sekali waktu pernah beberapa kali seorang pengurus Gereja dari paroki lain datang ke paroki dan beliau membawa proposal pembangunan Gereja stasi mereka yang sedang dalam pembangunan. Beliau meminta bantuan dari paroki untuk pembangunan gereja stasi tersebut. Sekali waktu, pernah pula seorang pengurus Gereja dari Paroki lain datang membawa proposal Natal Ekumene dan juga meminta bantuan dana untuk kegiatan tersebut. Secara manusiawi saya berpikir bahwa nasib mereka sama dengan nasib kami saat ini, yakni sama-sama kekurangan dana untuk suatu tujuan yang baik, sama-sama berusaha mencari dana untuk suatu tujuan yang baik. Dalam hati juga saya juga berkata, “Nasib sama, kami juga paroki yang kekurangan, membutuhkan tambahan dana, saat ini juga membutuhkan bantuan untuk melanjtukan pembangunan Gereja. Tetapi mengapa mereka justru datang kepada kami yang juga kekurangan dan lagi mencari dana? Apakah mereka tidak tahu bahwa kami juga sama seperti mereka? Apa yang bisa kami berikan, karena toh kami juga kekurangan dan masih membutuhkan bantuan jauh lebih besar dari yang mereka anggarkan dalam proposal? Namun kiranya itu hanya pikiran manusiawi saja mengingat karena juga merasa kekurangan, karena pada akhirnya saya juga kasihan kepada mereka yang sudah datang jauh-jauh, berharap dapat bantuan dan mereka sudah berkorban untuk melakukan tugas Gereja. Saya membayangkan diri mereka adalah diri saya sendiri saat ini, yang tentunya bila pulang dengan tangan kosong, pasti juga akan merasa sedih. Maka dengan senang hati, kami tetap memberi sesuai dengan kemampuan kami. Karena bagaimanapun, memberi dari kekurangan, itu jauh lebih berharga dibanding dengan memberi dari kelebihan.
Namun bila membaca sabda Yesus hari ini yang mengatakan hendaklah kita bermurah hati seperti Bapa yang adalah murah hati, tentu memberi atau membantu sesama karena kasihan, itu tidaklah cukup. Tindakah memberi dan membantu tidak baik hanya karena kita memiliki lebih dan lebih tidak baik lagi hanya karena kasihan saja. Memberi atau membantu hanya karena kasihan, memiliki sifat kurang baik, karena itu berarti kita memposisikan kita berada di atas orang yang kita bantu. Tetapi lebih baik bila kita membantu karena kita menghayati dan menganggap bahwa mereka juga saudara kita, dan kita hendak menghidupi cinta kasih dengan perwuju dan untuk saling membantu.
Hidup yang disemangati oleh cinta kasih, akan terpancar juga dalam hidup yang senantiasa rela berbagi sukacita dan rela berbagi berkat kepada sesama. Sikap hidup demikianlah kiranya disebut dengan sikap murah hati. Namun sikap hidup yang demikian tentulah sulit untuk terwujud bila kita belum menyadari bahwa kita telah banyak mendapatkan perbuatan cinta dari orang lain, kalau kita belum menyadari bahwa kita sudah mendapatkan kemurahan hati dari orang lain terutama dari Tuhan sendiri.
Dalam sabda hari ini Yesus mengajak kita untuk bermurah hati kepada sesama, sama seperti Bapa yang adalah murah hati. Sabda ini mengingatkan kita bahwa Allah Bapa sudah terlebih dahulu bermurah hati kepada kita, hanya kadang kita tidak menyadarinya. Yesus menyadarkan kita akan kemurah hatian Allah Bapa yang sudah kita terima. Hidup yang kita peroleh adalah karena kemurah hatian Allah. Allah yang murah hati juga senantiasa melindungi, melimpahkan berkat-Nya dan seantiasa mengasihi kita. Semuanya sekali lagi hanya karena kemurah hatian Allah, bukan karena kita layak dan pantas mendapatkannya. Namun seringkali kita kurang menyadarinya. Kita sering mengangap baru merasakan kemurah hatian Allah kalau permohonan kita terkabul, kalau kita tidak memiliki persoalan hidup dan kita memiliki sesuatu yang berlebih. Kita tidak sanggup melihat bahwa banyak kemurah hatian Allah Bapa yang sudah kita terima. Kita bisa hidup, kita bisa bertahan hidup hingga sekarang adalah karena Allah bermurah hati kepada kita. Karena kurang menyadari dan mesyukuri apa yang sudah kita terima membuat kita berpikir bahwa kita masih kekurangan sehingga kita berpikir bahwa kita bisa bermurah hati kalau kita keperluan dan apa yang kita butuhkan sudah cukup, terpenuhi dahulu. Banyak diantara kita berpikir, “Saya akan bermurah hati, kalau saya sudah mempunyai banyak.” Atau juga ada yang mengatakan, “Bagaimana mungkin saya bisa bermurah hati, saya saja masih kekurangan, masih sangat mengharapkan kemurah hatian Allah dan sesama?” Hidup yang demikian, tidak akan pernah menikmati hidupnya, tidak akan pernah bersyukur dan selalu meresa kekurangan.
Selain itu Yesus mengatakan bahwa kita seringkali mengaharapkan agar Allah bermurah hati atas kita, juga seringkali mengaharapkan agar orang lain bermurah hati kepada kita, tetapi kita sendiri tidak melakukannya. Bahkan mungkin karena pikiran di atas tadi, kita malah berbuat yang tidak baik kepada sesama. Bila kita mengharapkan kemurah hatian dari sesama, tetapi kita juga berbuat hal yang sama kepada sesama kita. Kita sering dengan mudah mengatakan bahwa orang lain tidak bermurah hati, padahal kita sendiri tidak bermurah hati kepada sesama. Yesus mengatakan kalau kita hendak mengharapkan orang lain bermurah hati kepada sesama, baiklah kita terlebih dahulu bermurah hati kepada sesama kita. Dengan bermurah hati kepada sesama, orang lain akan melihat kemurah hatian kita dan orang lainpun akan membuat hal yang sama terhadap kita. Namun tetap kita ingat bahwa kita melakukannya bukan karena sekedar agar orang lian melakukan hal yang sama kepada kita, tetapi karena kita sadar bahwa Allah sudah terlebih dahulu bermurah hati kepada kita. Kemurah hatian Allah Bapa yang sudah kita terima juga mengharapkan agar kita melakukan hal yang sama kepada sesama. Dengan bermurah hati, Allahpun akan semakin melimpahkan berkat-Nya kepada kita, karena Dia melihat bahwa berkat-Nya yang Dia berikan kepada kita karena kemurah hatia-Nya juga kita bagikan kepada sesama. Allah akan semakin mempercayakan berkat-Nya kepada kita untuk kita bagikan dan kita dijadikan menjadi saluran berkat bagi sesama. Maka janganlah kita menunda untuk bermurah hati kepada sesama. Amin.
0 comments:
Post a Comment
Syalom. Terimakasih atas kunjungan dan komentarnya.Semoga Tuhan memberkati para Saudara.