Renungan Hari biasa Pekan II Prapaskah, Selasa 22 Maret 2011
Yes 1:10.16-20; Mzm 50:8-9.16bc-17.21.23; Mat 23:1-12
Yes 1:10.16-20; Mzm 50:8-9.16bc-17.21.23; Mat 23:1-12
Ingatlah bahwa kepada siapa Tuhan memberi berkat lebih besar, kepadanya dituntut pelayanan yang lebih besar pula, dia pula harus menjadi pelayan bagi sesama.
BACAAN INJIL:
Maka berkatalah Yesus kepada orang banyak dan kepada murid-murid-Nya, kata-Nya: "Ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi telah menduduki kursi Musa. Sebab itu turutilah dan lakukanlah segala sesuatu yang mereka ajarkan kepadamu, tetapi janganlah kamu turuti perbuatan-perbuatan mereka, karena mereka mengajarkannya tetapi tidak melakukannya. Mereka mengikat beban-beban berat, lalu meletakkannya di atas bahu orang, tetapi mereka sendiri tidak mau menyentuhnya. Semua pekerjaan yang mereka lakukan hanya dimaksud supaya dilihat orang; mereka memakai tali sembahyang yang lebar dan jumbai yang panjang; mereka suka duduk di tempat terhormat dalam perjamuan dan di tempat terdepan di rumah ibadat; mereka suka menerima penghormatan di pasar dan suka dipanggil Rabi. Tetapi kamu, janganlah kamu disebut Rabi; karena hanya satu Rabimu dan kamu semua adalah saudara. Dan janganlah kamu menyebut siapa pun bapa di bumi ini, karena hanya satu Bapamu, yaitu Dia yang di sorga. Janganlah pula kamu disebut pemimpin, karena hanya satu Pemimpinmu, yaitu Mesias. Barangsiapa terbesar di antara kamu, hendaklah ia menjadi pelayanmu. Dan barangsiapa meninggikan diri, ia akan direndahkan dan barangsiapa merendahkan diri, ia akan ditinggikan.
Demikianlah Injil Tuhan hari ini.
RENUNGAN:
Para pemimpin Negara atau pejabat Negara ini ketika mereka berkampaye selalu mengatakan diri mereka adalah pelayan masyarakat yang hendak melayani masyarakat. Kata-kata ini memang indah untuk di dengar dan kerap menjadi sejata yang ampuh untuk bisa menarik simpati masyarakat untuk memilih mereka. Kalau memang benar bahwa mereka sungguh mau menjadi pelayan masyarakat, alangkah besarnya biaya yang mereka habiskan untuk menjadi pelayan masyarakat. Karena bukan rahasia bahwa dalam masa kampanye dan untuk mendapatkan simpati, kedudukan yang mereka peroleh, mereka menghabiskan banyak biaya dan bahkan mereka tidak segan-segan berbuat curang untuk mendapatkan tujuan mereka. Ada juga kepala daerah dalam spanduk mereka mengadopsi kata-kata Yesus yang mengatakan mereka datang bukan untuk dilayani tetapi untuk melayani. Slogan yang sangat indah untuk dibaca. Tetapi juga semua pasti tahu bahwa untuk dapat duduk menjadi kepala daerah, mereka menghabiskan banyak uang, mereka melakukan banyak hal dan bahkan menghalalkan banyak cara. Melihat banyaknya uang dan banyaknya hal yang mereka korbankan untuk mendapatkan apa yang mereka ingin raih, tentu slogan itu pasti hanya tinggal slogan saja, hanya sebagai senjata ampuh untuk menarik simpati masyarakat. Sebab kenyataannya setelah mereka mendapatkan apa yang mereka inginkan, hidup dan perilaku mereka tidak mencerminkan sebagai seorang pelayan, tetapi bertindak sebagai bos, juragan dan pemimpin yang harus dilayani. Mereka menuntut pasilitas yang mewah, menuntut gaji dan harus dihormati sebagai orang yang terhormat.
Slogan itu mereka gunakan justru sebenarnya memperalat mental manusia yang pada umumnya memiliki mental untuk dilayani. Sehingga dengan slogan itu, masyarakat pada umumnya pasti merasa senang karena menganggap ada yang mau menjadi pelayan bagi mereka. Dan memang manusia memiliki mental untuk menjadi yang terbaik. Orang tua ataupun pendidik, seringkali mengharapkan dan bermimpi agar anak-anak mereka menjadi yang terbaik dari orang lain. Tidak ada orang tua yang mengharapkan anak-anaknya menjadi pembantu rumah tangga, menjadi pelayan di restouran atau di mana saja. Semua pasti berharap agar anak mereka menjadi pemimpin, menjadi bos.
Mental demikian sungguh dikritik oleh Yesus dan itulah yang dilaksanakan oleh orang-orang Farisi dan ahli-ahli Taurat. Yesus mengharapkan agar para muridnya khususnya yang menjadi pemimpin umat tidak sampai jatuh pada mental yang dilakukan oleh orang-orang Farisi dan ahli-ahli Taurat. Namun kiranya melihat situasi yang ada dalam hidup manusia sekarang ini, kita merasa bahwa sabda Yesus ini kurang actual atau kurang laku untuk dijadikan pedoman hidup manusia zaman ini. Memang dengan melihat mental manusia sekarang ini, sabda Yesus mengajak agar senantiasa bersikap rendah hati dan hidup menjadi pelayan dan menjadi pemimpin yang rendah hati, sepintas tidak lagi actual. Tetapi justru sabda Yesus ini saat ini menjadi sangat actual bagi para pengikut-Nya. Ajaran ini juga menjadi sangat actual karena karena manusia sekarang ini sudah kurang menyadari bahwa hidup dan apapun yang dia miliki adalah karena anugerah dan berkat Tuhan yang dipercayakan kepadanya. Kesadaran ini sudah kurang sehingga menganggap bahwa semua yang dia miliki juga jabatan dalanya karena kerja kerasnya, karena dia sudah mengeluarkan banyak dana atau uang untuk itu sehingga merasa sudah sewajarnya dia mendapatkan penghormatan atau kekayaan dari kerja kerasnya.
Sabda Yesus ini memang ditujukan bagi para pengikut-Nya. Tetapi jelas bahwa para pengikut Yesus pada zaman sekarang ini pasti banyak yang mendapat kesempatan menjadi pemimpin, oleh karena itu, baiklah kiranya mendengarkan dan menghayati sabda Yesus ini. Hendaklah para saudara yang mempunyai jabatan seabgai pemimpin, jadilah pemimpin yang baik, yakni pemimpin yang tidak hanya mengatakan atau merencanakan hal yang baik, tetapi melakukan apa yang baik, melaksanakan terlebih dahulu kata-kata dan rencan yang baik itu. Para pemimpin janganlah kiranya hanya merencanakan dan membebankannya kepada masyarakat. Juga hendaknya selalu bersikap rendah hati, gunakanlah jabatan dan kekayaan bukan untuk dilayani tetapi suatu kesempatan emas untuk melayani sesama. Hidup, harta maupun jabatan itu dipercayakan oleh Tuhan bukan untuk dinikmati sendiri tetapi jalan untuk semakin lebih banyak dalam melayani orang lain yang adalah sesama kita. Seorang pemimpin yang dijiwai oleh pelayanan dan bertindak sebagai pelayan, itulah yang diberkati dan berkenan pada Allah. Ingatlah bahwa kepada siapa Tuhan memberi berkat lebih besar, kepadanya dituntut pelayanan yang lebih besar pula, dia pula harus menjadi pelayan bagi sesama.
Sabda Yesus ini tentu juga berbicara kepada kita semua. Yesus mengharapkan agar kita hidup tidak seperti ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi yang seringkali menjalankan tugas atau ibadah mereka hanya untuk mencari hormat dari orang lain. Mereka sering mengatakan yang baik tetapi tidak melaksanakannya. Sebagai pengikut Yesus, kita hendaknya menjalankan hidup iman dan perbuatan baik kita bukan untuk mengejar kehormatan atau bukan supaya dihormati, tetapi sebagai pelayanan kepada sesama. Kita hendaknya menjadi pelaku kebaikan, bukan hanya mengatakan hal-hal yang baik. Orang yang dalam hidupnya melakukan perbuatan baik dan dirasuki oleh pelayanan, dia tidak akan surut untuk berbuat baik melayani sesama walaupun tidak mendapat pujian dari orang lain. Amin.
Maka berkatalah Yesus kepada orang banyak dan kepada murid-murid-Nya, kata-Nya: "Ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi telah menduduki kursi Musa. Sebab itu turutilah dan lakukanlah segala sesuatu yang mereka ajarkan kepadamu, tetapi janganlah kamu turuti perbuatan-perbuatan mereka, karena mereka mengajarkannya tetapi tidak melakukannya. Mereka mengikat beban-beban berat, lalu meletakkannya di atas bahu orang, tetapi mereka sendiri tidak mau menyentuhnya. Semua pekerjaan yang mereka lakukan hanya dimaksud supaya dilihat orang; mereka memakai tali sembahyang yang lebar dan jumbai yang panjang; mereka suka duduk di tempat terhormat dalam perjamuan dan di tempat terdepan di rumah ibadat; mereka suka menerima penghormatan di pasar dan suka dipanggil Rabi. Tetapi kamu, janganlah kamu disebut Rabi; karena hanya satu Rabimu dan kamu semua adalah saudara. Dan janganlah kamu menyebut siapa pun bapa di bumi ini, karena hanya satu Bapamu, yaitu Dia yang di sorga. Janganlah pula kamu disebut pemimpin, karena hanya satu Pemimpinmu, yaitu Mesias. Barangsiapa terbesar di antara kamu, hendaklah ia menjadi pelayanmu. Dan barangsiapa meninggikan diri, ia akan direndahkan dan barangsiapa merendahkan diri, ia akan ditinggikan.
Demikianlah Injil Tuhan hari ini.
RENUNGAN:
Para pemimpin Negara atau pejabat Negara ini ketika mereka berkampaye selalu mengatakan diri mereka adalah pelayan masyarakat yang hendak melayani masyarakat. Kata-kata ini memang indah untuk di dengar dan kerap menjadi sejata yang ampuh untuk bisa menarik simpati masyarakat untuk memilih mereka. Kalau memang benar bahwa mereka sungguh mau menjadi pelayan masyarakat, alangkah besarnya biaya yang mereka habiskan untuk menjadi pelayan masyarakat. Karena bukan rahasia bahwa dalam masa kampanye dan untuk mendapatkan simpati, kedudukan yang mereka peroleh, mereka menghabiskan banyak biaya dan bahkan mereka tidak segan-segan berbuat curang untuk mendapatkan tujuan mereka. Ada juga kepala daerah dalam spanduk mereka mengadopsi kata-kata Yesus yang mengatakan mereka datang bukan untuk dilayani tetapi untuk melayani. Slogan yang sangat indah untuk dibaca. Tetapi juga semua pasti tahu bahwa untuk dapat duduk menjadi kepala daerah, mereka menghabiskan banyak uang, mereka melakukan banyak hal dan bahkan menghalalkan banyak cara. Melihat banyaknya uang dan banyaknya hal yang mereka korbankan untuk mendapatkan apa yang mereka ingin raih, tentu slogan itu pasti hanya tinggal slogan saja, hanya sebagai senjata ampuh untuk menarik simpati masyarakat. Sebab kenyataannya setelah mereka mendapatkan apa yang mereka inginkan, hidup dan perilaku mereka tidak mencerminkan sebagai seorang pelayan, tetapi bertindak sebagai bos, juragan dan pemimpin yang harus dilayani. Mereka menuntut pasilitas yang mewah, menuntut gaji dan harus dihormati sebagai orang yang terhormat.
Slogan itu mereka gunakan justru sebenarnya memperalat mental manusia yang pada umumnya memiliki mental untuk dilayani. Sehingga dengan slogan itu, masyarakat pada umumnya pasti merasa senang karena menganggap ada yang mau menjadi pelayan bagi mereka. Dan memang manusia memiliki mental untuk menjadi yang terbaik. Orang tua ataupun pendidik, seringkali mengharapkan dan bermimpi agar anak-anak mereka menjadi yang terbaik dari orang lain. Tidak ada orang tua yang mengharapkan anak-anaknya menjadi pembantu rumah tangga, menjadi pelayan di restouran atau di mana saja. Semua pasti berharap agar anak mereka menjadi pemimpin, menjadi bos.
Mental demikian sungguh dikritik oleh Yesus dan itulah yang dilaksanakan oleh orang-orang Farisi dan ahli-ahli Taurat. Yesus mengharapkan agar para muridnya khususnya yang menjadi pemimpin umat tidak sampai jatuh pada mental yang dilakukan oleh orang-orang Farisi dan ahli-ahli Taurat. Namun kiranya melihat situasi yang ada dalam hidup manusia sekarang ini, kita merasa bahwa sabda Yesus ini kurang actual atau kurang laku untuk dijadikan pedoman hidup manusia zaman ini. Memang dengan melihat mental manusia sekarang ini, sabda Yesus mengajak agar senantiasa bersikap rendah hati dan hidup menjadi pelayan dan menjadi pemimpin yang rendah hati, sepintas tidak lagi actual. Tetapi justru sabda Yesus ini saat ini menjadi sangat actual bagi para pengikut-Nya. Ajaran ini juga menjadi sangat actual karena karena manusia sekarang ini sudah kurang menyadari bahwa hidup dan apapun yang dia miliki adalah karena anugerah dan berkat Tuhan yang dipercayakan kepadanya. Kesadaran ini sudah kurang sehingga menganggap bahwa semua yang dia miliki juga jabatan dalanya karena kerja kerasnya, karena dia sudah mengeluarkan banyak dana atau uang untuk itu sehingga merasa sudah sewajarnya dia mendapatkan penghormatan atau kekayaan dari kerja kerasnya.
Sabda Yesus ini memang ditujukan bagi para pengikut-Nya. Tetapi jelas bahwa para pengikut Yesus pada zaman sekarang ini pasti banyak yang mendapat kesempatan menjadi pemimpin, oleh karena itu, baiklah kiranya mendengarkan dan menghayati sabda Yesus ini. Hendaklah para saudara yang mempunyai jabatan seabgai pemimpin, jadilah pemimpin yang baik, yakni pemimpin yang tidak hanya mengatakan atau merencanakan hal yang baik, tetapi melakukan apa yang baik, melaksanakan terlebih dahulu kata-kata dan rencan yang baik itu. Para pemimpin janganlah kiranya hanya merencanakan dan membebankannya kepada masyarakat. Juga hendaknya selalu bersikap rendah hati, gunakanlah jabatan dan kekayaan bukan untuk dilayani tetapi suatu kesempatan emas untuk melayani sesama. Hidup, harta maupun jabatan itu dipercayakan oleh Tuhan bukan untuk dinikmati sendiri tetapi jalan untuk semakin lebih banyak dalam melayani orang lain yang adalah sesama kita. Seorang pemimpin yang dijiwai oleh pelayanan dan bertindak sebagai pelayan, itulah yang diberkati dan berkenan pada Allah. Ingatlah bahwa kepada siapa Tuhan memberi berkat lebih besar, kepadanya dituntut pelayanan yang lebih besar pula, dia pula harus menjadi pelayan bagi sesama.
Sabda Yesus ini tentu juga berbicara kepada kita semua. Yesus mengharapkan agar kita hidup tidak seperti ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi yang seringkali menjalankan tugas atau ibadah mereka hanya untuk mencari hormat dari orang lain. Mereka sering mengatakan yang baik tetapi tidak melaksanakannya. Sebagai pengikut Yesus, kita hendaknya menjalankan hidup iman dan perbuatan baik kita bukan untuk mengejar kehormatan atau bukan supaya dihormati, tetapi sebagai pelayanan kepada sesama. Kita hendaknya menjadi pelaku kebaikan, bukan hanya mengatakan hal-hal yang baik. Orang yang dalam hidupnya melakukan perbuatan baik dan dirasuki oleh pelayanan, dia tidak akan surut untuk berbuat baik melayani sesama walaupun tidak mendapat pujian dari orang lain. Amin.
0 comments:
Post a Comment
Syalom. Terimakasih atas kunjungan dan komentarnya.Semoga Tuhan memberkati para Saudara.