Pemerintah batal beri nomor serial pada Alkitab
Oleh Reporter ucanews.com, Penang/Bangkok
Oleh Reporter ucanews.com, Penang/Bangkok
Pemerintah Malaysia akhirnya membatalkan rencana untuk membubuhkan nomor serial pada setiap Alkitab bahasa Melayu setelah umat Kristen mengancam akan menggelar protes di seluruh Malaysia.
Sudhagaran Standley, seorang pekerja Gereja di Penang, telah memprakarsai pendudukan masal secara serempak di semua pos kepolisian ketika mengajukan keluhan kepada polisi terhadap pemerintah untuk memprotes persyarakatan yang direncanakan pemerintah itu.
Untuk mengeluarkan 35.100 Alkitab yang disita, Departemen Dalam Negeri ingin mencap terlebih dahulu setiap Alkitab dengan nomor seri demi pengontrolan sirkulasinya dan sebuah pesan yang menyatakan bahwa Alkitab itu dipakai hanya oleh orang Kristen.
Pemimpin-pemimpin Kristen telah mengeluarkan protes ketika media melaporkan bahwa sebagian dari Alkitab tersebut sudah dicap dan “dirusak.” Mereka menolak untuk menerimanya dalam keadaan tersebut. Alkitab-alkitab itu diimpor dari Indonesia dan telah ditahan sekitar dua tahun di dua pelabuhan Malaysia sampai pemerintah memutuskan untuk mengeluarkannya secara bersyarat pada 15 Maret.
Rencana menduduki pos-pos polisi yang direncanakan pada 23 Maret itu dibatalkan setelah pemerintah membatalkan rencananya.
“Pemerintah setuju untuk mengubah sikapnya dan mengeluarkan semua kitab suci tanpa nomor seri. Kami memutuskan untuk membatalkan rencana mengajukan keluhan kepada polisi terhadap pemerintah,” kata Standley.
Pada 22 Maret, Menteri Idris Jala, dari Departemen Perdana Menteri, mengumumkan bahwa pemerintah menghasilkan kompromi setelah berdiskusi dengan para pemimpin Kristen selama beberapa hari terakhir.
Dia mengatakan, semua Alkitab itu akan dikeluarkan dengan cap “Untuk Agama Kristen” dengan jenis font Ariel tebal berukuran 16, tapi tanpa nomor seri. Selain itu, pemerintah juga menyatakan bahwa Alkitab dalam bahasa Melayu bisa diimpor dan dikeluarkan dengan kata-kata “Untuk Agama Kristen.”
Perkembangan terakhir ini, kata Standley, muncul berkaitan dengan pemilihan umum yang akan diadakan di Sarawak, wilayah di Malaysia Timur yang berpenduduk mayoritas Kristen, tempat kebanyakan dari Alkitab itu disita.
ucanews.com
disadur dari : cathnewsindonesia.com
Sudhagaran Standley, seorang pekerja Gereja di Penang, telah memprakarsai pendudukan masal secara serempak di semua pos kepolisian ketika mengajukan keluhan kepada polisi terhadap pemerintah untuk memprotes persyarakatan yang direncanakan pemerintah itu.
Untuk mengeluarkan 35.100 Alkitab yang disita, Departemen Dalam Negeri ingin mencap terlebih dahulu setiap Alkitab dengan nomor seri demi pengontrolan sirkulasinya dan sebuah pesan yang menyatakan bahwa Alkitab itu dipakai hanya oleh orang Kristen.
Pemimpin-pemimpin Kristen telah mengeluarkan protes ketika media melaporkan bahwa sebagian dari Alkitab tersebut sudah dicap dan “dirusak.” Mereka menolak untuk menerimanya dalam keadaan tersebut. Alkitab-alkitab itu diimpor dari Indonesia dan telah ditahan sekitar dua tahun di dua pelabuhan Malaysia sampai pemerintah memutuskan untuk mengeluarkannya secara bersyarat pada 15 Maret.
Rencana menduduki pos-pos polisi yang direncanakan pada 23 Maret itu dibatalkan setelah pemerintah membatalkan rencananya.
“Pemerintah setuju untuk mengubah sikapnya dan mengeluarkan semua kitab suci tanpa nomor seri. Kami memutuskan untuk membatalkan rencana mengajukan keluhan kepada polisi terhadap pemerintah,” kata Standley.
Pada 22 Maret, Menteri Idris Jala, dari Departemen Perdana Menteri, mengumumkan bahwa pemerintah menghasilkan kompromi setelah berdiskusi dengan para pemimpin Kristen selama beberapa hari terakhir.
Dia mengatakan, semua Alkitab itu akan dikeluarkan dengan cap “Untuk Agama Kristen” dengan jenis font Ariel tebal berukuran 16, tapi tanpa nomor seri. Selain itu, pemerintah juga menyatakan bahwa Alkitab dalam bahasa Melayu bisa diimpor dan dikeluarkan dengan kata-kata “Untuk Agama Kristen.”
Perkembangan terakhir ini, kata Standley, muncul berkaitan dengan pemilihan umum yang akan diadakan di Sarawak, wilayah di Malaysia Timur yang berpenduduk mayoritas Kristen, tempat kebanyakan dari Alkitab itu disita.
ucanews.com
disadur dari : cathnewsindonesia.com
0 comments:
Post a Comment
Syalom. Terimakasih atas kunjungan dan komentarnya.Semoga Tuhan memberkati para Saudara.