Gereja kutuk keras pembakaran Alquran
Oleh Reporter ucanews.com, Lahore, Pakistan
Oleh Reporter ucanews.com, Lahore, Pakistan
Pemimpin Gereja Katolik di Pakistan sangat mengutuk pembakaran Alquran di Amerika Serikat.
Terry Jones, pendeta Dove World Outreach Center di Amerika Serikat, menyaksikan pembakaran yang dilakukan seorang pengkotbah dari kelompok Injili di sebuah gereja di Florida.
Sekitar 30 orang menghadiri peristiwa 20 Maret tersebut. Peristiwa itu mau memperlihatkan suatu pengadilan terhadap Alquran. Alquran ditemukan “salah” dan “dibakar.”
Uskup Agung Lawrence John Saldanha, ketua Konferensi Waligereja Pakistan, mengeluarkan pernyataan yang mengungkapkan kemarahannya dan kekecewaan atas insiden tersebut.
“Saya mengutuk tindakan ini sebagai suatu kegilaan belaka yang tidak menunjukkan adanya nilai-nilai Kristiani atau mengandung ajaran Gereja. Kami menyesal dan mencatat bahwa ada orang yang menyebut dirinya pendeta tetapi mengabaikan agamanya dan sikap moral yang normal,” tegas prelatus tersebut.
Presiden Pakistan Asif Ali Zardari mengutuk tindakan tersebut dalam sambutannya di parlemen. Kelompok Islam mengumumkan akan menyelenggarakan protes di seluruh Pakistan pada 25 Maret.
Uskup Agung mendesak sesama warga untuk menanggapi secara meyakinkan dan beradab atas apa yang disebutnya “insiden yang sangat menyedihkan” dan bukan reaksi sporadis.
“Mari kita berusaha menenangkan hati ketimbang menyiram api dengan minyak. Komunitas Kristen akan berdiri bersama kelompok Muslim dalam menanggapi hal tersebut,” katanya dalam pernyataannya itu.
“Berdasarkan pesan imannya, umat Kristen berkewajiban untuk menghormati agama-agama lain dan para penganutnya. Oleh karena itu umat Kristen di Pakistan yang taat hukum dan merupakan komunitas yang marginal, mengutuk keras insiden pembakaran Alquran itu. Kami mendesak Pemerintah Amerika Serikat untuk menindak perbuatan provokatif ini sesuai hukum.
“Fundamentalisme atau ekstremisme dalam agama apapun pada dasarnya menyedihkan dan merupakan ancaman bagi perdamaian dan kerukunan di antara penganut agama-agama yang berbeda. Agama-agama itu telah hidup berdampingan selama berabad-abad, orang-orang dari berbagai agama bisa saling belajar, apalagi di dalam agama-agama dan kitab-kitab suci itu sesungguhnya ada kesamaan yang jauh lebih banyak ketimbang perbedaan,” demikian pernyataan itu.
Para pemimpin Gereja di seluruh Asia Selatan menyambut baik “suspensi” rencana pembakaran Alquran pada September lalu setelah Jones membatalkan rencananya untuk menandai peringatan serangan 11 September 2001 di Amerika Serikat.
Walaupun Vatikan dan pemerintah Amerika Serikat mengutuk rencana tersebut, dua gereja di Pakistan diserang dalam aksi protes September lalu.
ucanews.com
Disadur dari : cathnewsindonesia.com
Terry Jones, pendeta Dove World Outreach Center di Amerika Serikat, menyaksikan pembakaran yang dilakukan seorang pengkotbah dari kelompok Injili di sebuah gereja di Florida.
Sekitar 30 orang menghadiri peristiwa 20 Maret tersebut. Peristiwa itu mau memperlihatkan suatu pengadilan terhadap Alquran. Alquran ditemukan “salah” dan “dibakar.”
Uskup Agung Lawrence John Saldanha, ketua Konferensi Waligereja Pakistan, mengeluarkan pernyataan yang mengungkapkan kemarahannya dan kekecewaan atas insiden tersebut.
“Saya mengutuk tindakan ini sebagai suatu kegilaan belaka yang tidak menunjukkan adanya nilai-nilai Kristiani atau mengandung ajaran Gereja. Kami menyesal dan mencatat bahwa ada orang yang menyebut dirinya pendeta tetapi mengabaikan agamanya dan sikap moral yang normal,” tegas prelatus tersebut.
Presiden Pakistan Asif Ali Zardari mengutuk tindakan tersebut dalam sambutannya di parlemen. Kelompok Islam mengumumkan akan menyelenggarakan protes di seluruh Pakistan pada 25 Maret.
Uskup Agung mendesak sesama warga untuk menanggapi secara meyakinkan dan beradab atas apa yang disebutnya “insiden yang sangat menyedihkan” dan bukan reaksi sporadis.
“Mari kita berusaha menenangkan hati ketimbang menyiram api dengan minyak. Komunitas Kristen akan berdiri bersama kelompok Muslim dalam menanggapi hal tersebut,” katanya dalam pernyataannya itu.
“Berdasarkan pesan imannya, umat Kristen berkewajiban untuk menghormati agama-agama lain dan para penganutnya. Oleh karena itu umat Kristen di Pakistan yang taat hukum dan merupakan komunitas yang marginal, mengutuk keras insiden pembakaran Alquran itu. Kami mendesak Pemerintah Amerika Serikat untuk menindak perbuatan provokatif ini sesuai hukum.
“Fundamentalisme atau ekstremisme dalam agama apapun pada dasarnya menyedihkan dan merupakan ancaman bagi perdamaian dan kerukunan di antara penganut agama-agama yang berbeda. Agama-agama itu telah hidup berdampingan selama berabad-abad, orang-orang dari berbagai agama bisa saling belajar, apalagi di dalam agama-agama dan kitab-kitab suci itu sesungguhnya ada kesamaan yang jauh lebih banyak ketimbang perbedaan,” demikian pernyataan itu.
Para pemimpin Gereja di seluruh Asia Selatan menyambut baik “suspensi” rencana pembakaran Alquran pada September lalu setelah Jones membatalkan rencananya untuk menandai peringatan serangan 11 September 2001 di Amerika Serikat.
Walaupun Vatikan dan pemerintah Amerika Serikat mengutuk rencana tersebut, dua gereja di Pakistan diserang dalam aksi protes September lalu.
ucanews.com
Disadur dari : cathnewsindonesia.com
0 comments:
Post a Comment
Syalom. Terimakasih atas kunjungan dan komentarnya.Semoga Tuhan memberkati para Saudara.