Ratzinger dan Küng: Paralel dan divergen
Secara keagamaan, Eropa Barat kini menjadi tempat yang mandul. Namun sesungguhnya, ada yang lebih kompleks. Buku yang ditulis oleh dua teolog Katolik baru-baru ini menempati daftar best seller di Jerman.
Buku “Jesus of Nazareth” (jilid kedua) ditulis oleh teolog yang kini menjadi Paus Benediktus XVI. Buku “Can the Church Still Be Saved?” ditulis oleh teolog terkenal lain yaitu Pastor Hans Küng.
Meskipun biasanya kedua teolog ini dipandang sebagai dua kutub-berlawanan, Benediktus dan Küng memiliki kehidupan yang paralel dengan rasa ingin tahu yang luar biasa. Keduanya asli Jerman. Usia mereka juga hampir sama. Mereka juga pernah mengajar di universitas yang sama. Selama Konsili Vatikan II, keduanya menjadi penasihat di bidang teologi yang berhaluan reformis.
Namun para peserta Konsili Vatikan II, bisa segera melihat perbedaan antara Küng dan Pastor Joseph Ratzinger pada waktu itu. Salah satu peserta yang melihat hal tersebut adalah Pastor Henri de Lubac SJ – teolog Prancis kawakan yang selalu bereaksi.
Dalam buku harian Vatikan II yang ditulisnya, de Lubac mengamati semangat kedua orang tersebut. Ratzinger digambarkan sebagai orang yang sangat cerdas dengan kepribadian yang “tenang” dan “ramah.” Sebaliknya, Küng memiliki “keberanian orang muda” dan berbicara dengan menggunakan istilah-istilah “keras, gamblang, dan polemis.”
Pastor de Lubac sendiri, kebetulan, adalah seorang yang dalam hidupnya selalu menjadi model kesopanan. Maka karakter Küng jelas mengganggunya.
Setelah Konsili Vatikan II, Ratzinger dan Küng mengambil jalan yang sangat berbeda. Ratzinger muncul sebagai pembela kuat ortodoksi Katolik dan akhirnya terpilih menjadi paus. Küng menjadi selebriti teologis dan sangat antagonis terhadap kepausan.
- Samuel Gregg
SUMBER DAN ARTIKEL SELENGKAPNYA
Benedict XVI, Hans Kung and Catholicism’s Future (Acton Institute)
Dresden Katholikentreffen (Wikipedia)
Disadur dari : cathnewsindonesia.com
Buku “Jesus of Nazareth” (jilid kedua) ditulis oleh teolog yang kini menjadi Paus Benediktus XVI. Buku “Can the Church Still Be Saved?” ditulis oleh teolog terkenal lain yaitu Pastor Hans Küng.
Meskipun biasanya kedua teolog ini dipandang sebagai dua kutub-berlawanan, Benediktus dan Küng memiliki kehidupan yang paralel dengan rasa ingin tahu yang luar biasa. Keduanya asli Jerman. Usia mereka juga hampir sama. Mereka juga pernah mengajar di universitas yang sama. Selama Konsili Vatikan II, keduanya menjadi penasihat di bidang teologi yang berhaluan reformis.
Namun para peserta Konsili Vatikan II, bisa segera melihat perbedaan antara Küng dan Pastor Joseph Ratzinger pada waktu itu. Salah satu peserta yang melihat hal tersebut adalah Pastor Henri de Lubac SJ – teolog Prancis kawakan yang selalu bereaksi.
Dalam buku harian Vatikan II yang ditulisnya, de Lubac mengamati semangat kedua orang tersebut. Ratzinger digambarkan sebagai orang yang sangat cerdas dengan kepribadian yang “tenang” dan “ramah.” Sebaliknya, Küng memiliki “keberanian orang muda” dan berbicara dengan menggunakan istilah-istilah “keras, gamblang, dan polemis.”
Pastor de Lubac sendiri, kebetulan, adalah seorang yang dalam hidupnya selalu menjadi model kesopanan. Maka karakter Küng jelas mengganggunya.
Setelah Konsili Vatikan II, Ratzinger dan Küng mengambil jalan yang sangat berbeda. Ratzinger muncul sebagai pembela kuat ortodoksi Katolik dan akhirnya terpilih menjadi paus. Küng menjadi selebriti teologis dan sangat antagonis terhadap kepausan.
- Samuel Gregg
SUMBER DAN ARTIKEL SELENGKAPNYA
Benedict XVI, Hans Kung and Catholicism’s Future (Acton Institute)
Dresden Katholikentreffen (Wikipedia)
Disadur dari : cathnewsindonesia.com
0 comments:
Post a Comment
Syalom. Terimakasih atas kunjungan dan komentarnya.Semoga Tuhan memberkati para Saudara.