Renungan Harian : Kamis 24 Februati 2011
Sir 5:1-8, Mzm 1:1-2,3,4,6, Mrk 9:41-50
Sir 5:1-8, Mzm 1:1-2,3,4,6, Mrk 9:41-50
Semoga kita memelihara kekudusan hidup kita dengan berusaha setia hidup baik, berbuat baik kepada sesama dengan dimulai dari hal-hal yang kelihatan kecil dan sepele.
BACAAN INJIL:
Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya barangsiapa memberi kamu minum secangkir air oleh karena kamu adalah pengikut Kristus, ia tidak akan kehilangan upahnya." "Barangsiapa menyesatkan salah satu dari anak-anak kecil yang percaya ini, lebih baik baginya jika sebuah batu kilangan diikatkan pada lehernya lalu ia dibuang ke dalam laut. Dan jika tanganmu menyesatkan engkau, penggallah, karena lebih baik engkau masuk ke dalam hidup dengan tangan kudung dari pada dengan utuh kedua tanganmu dibuang ke dalam neraka, ke dalam api yang tak terpadamkan; (di tempat itu ulatnya tidak akan mati, dan apinya tidak akan padam.) Dan jika kakimu menyesatkan engkau, penggallah, karena lebih baik engkau masuk ke dalam hidup dengan timpang, dari pada dengan utuh kedua kakimu dicampakkan ke dalam neraka; (di tempat itu ulatnya tidak akan mati, dan apinya tidak akan padam.) Dan jika matamu menyesatkan engkau, cungkillah, karena lebih baik engkau masuk ke dalam Kerajaan Allah dengan bermata satu dari pada dengan bermata dua dicampakkan ke dalam neraka, di mana ulat-ulat bangkai tidak mati dan api tidak padam. Karena setiap orang akan digarami dengan api. Garam memang baik, tetapi jika garam menjadi hambar, dengan apakah kamu mengasinkannya? Hendaklah kamu selalu mempunyai garam dalam dirimu dan selalu hidup berdamai yang seorang dengan yang lain."
Demikianlah Injil Tuhan bagi kita hari ini.
RENUNGAN:
Sore tadi saya nimbrung bersama satpam di pintu masuk gerbang Geraja paroki besar di Jakarta tempat saya lagi mampir saat ini. Sore itu banyak mobil masuk karena akan ada kebaktian atau kegiatan kelompok karismatik. Setiap mobil yang masuk kompleks Gereja harus meminta karsis dari satpam dan uang parker hanya Rp.2.000,-. Saya bincang-bincang dengan satpam sambil mereka membaikan karsis kepada setiap mobil yang masuk. Orang tidak mengenal saya seorang pastor karena saya memang tamu, hanya mampir. Saya perhatikan ada beberapa mobil yang setia menyapa satpam, membayar karcis, adapula yang membayar lebih, tetapi ada juga yang hanya cukup melambaikan tangan tanpa kaca jendela dibuka dan mereka tidak bayar karcis masuk. Ada pula yang disapa satpam tetapi tidak ditanggapi penghuni mobil yang disapa, bahkan ada yang tidak melambaikan tangan, tidak buka kaca jendela, tidak menyapa dan langsung masuk begitu saja. Saya bertanya iseng kepada pihak satpam, “Kenapa sebagian gak bayar parker?” Mereka menjawab, “Yah, gimana lagi romo kalau mereka gak bayar, kami gak bisa maksa. Padahal kami harus kami pertanggungjawabkan kepada pastor paroki.” Saya lanjut bertanya, “Mereka atau mobil-mobil yang masuk, mau kegiatan apa?” Pihak satpam menjawab, “Mereka mau doa kebaktian karismatik.” Lanjut mereka, “Ada juga yang justru pengurus Gereja tidak pernah bayar parkir, bahkan mobil yang tadi itu adalah orang kaya, tidap minggu ganti mobil, tetapi tidak pernah bayar parker.” Menarik juga nimbrung bersama mereka dan mendengar celoteh mereka.
Membayar parker masuk tentu merupakan kebijakan dan keputusan yang dibuat untuk paroki/pengurus Gereja yang tentu juga pemasukan dari parker juga diperuntukkan untuk kepentingan Gereja. Namun mendengar cerita mereka, saya berpikir; ‘Apakah karena pengurus gereja yang sudah memberi waktu dan berkorban sebagai pengurus sehingga tidak perlu lagi membayar karcis parkir? Apakah karena sudah banyak memberi sumbangan dalam bentuk lain ke paroki, sehingga tidak perlu lagi membayar parkir yang hanya dua ribu rupiah?
Kebetulan tadi mobil-mobil yang masuk adalah mobil para saudara yang mau mengikuti doa, yang mana dalam kebaktian mereka pasti melambungkan pujian syukur kepada Tuhan dan tentu juga memanjatkan permohonan kepada Tuhan. Intinya para saudara itu mau merayakan imannya kepada Tuhan. Apakah iman itu hanya dirayakan dalam ibadah dan tidak perlu diwujudkan dalam mengikuti kebijakan paroki yang kelihatan sepele yakni membayar parkir? Peraturan paroki itu tentu dibicarakan, diberlakukan oleh para pengurus Gereja demi mendidik umat dan juga diperuntukkan untuk kepentingan Gereja serta diberlakukan untuk semua umat atau mobil yang parkir. Tapi kesannya bahwa peraturan itu kadang dibuat untuk orang lain, bukan untuk sipemutus dan pembuat peraturan.
Ilustrasi di atas mungkin kelihatan sepele saja dan dua ribu rupiah juga mungkin tidak seberapa bagi orang-orang berduit. Tapi bagi para pihak sekuriti yang harus mempertanggungjawabkan kepada pastor paroki, itu bisa menjadi persoalan besar. Karena bisa saja, pastor paroki melihat banyak kendaraan yang masuk, tetapi setoran berdasarkan karcis malah sedikit, tidak sebanding, sehingga bisa ada dugaan para satpam mengkorupsikan uang parkir. Orang menganggap hal itu sepele, tetapi malah menimbulkan kesulitan bagi orang-orang kecil.
Mungkin ilustrasi sederhana di atas mungkin menjadi suatu permenungan bagi kita bahwa memang seringkali begitu mudah mengatakan hal-hal yang baik, meminta orang baik melakukan kebaikan tetapi kita sendiri tidak melakukannya. Tidak sedikit oleh yang kelihatan saleh, beriman ketika beribadah, banyak aktif dalam kehidupan menggereja, tetapi sangat sedikit dalam melakukan kebaikan. Seringkali dalam hal yang kecil dan sepele saja kita tidak bisa setia untuk berbuat baik, apalagi dengan hal yang lebih besar.
Dalam Injil hari ini, Yesus sungguh tegas mengatakan bahwa para pengikut-Nya harus hidup dalam kebaikan dan perbuatan-perbuatan baik. Berbuat baik dan hidup baik bagi para pengikut Yesus, bukan suatu pilihan dan soal selera masing-masing, tetapi merupakan keharusan dan kewajiban yang tidak bisa ditawar-tawar. Untuk menyatakan ketegasan itu, Yesus sampai mengatakan, lebih baik kita kehilangan anggota tubuh, daripada karena anggota tubuh itu menjadi berdosa. Sabda Yesus ini mengajak kita untuk hidup baik dengan memelihara kekudusan diri kita, seluruh hidup kita. Kekudusan diri itu dipelihara dan diperjuangkan dengan menghindarkan perbuatan-perbuatan yang tidak baik terutama kepada orang-orang kecil. Namun mungkin kita sering takut melakukan perbuatan yang tidak baik kepada orang-orang besar atau kaya, karena takut akan mereka balas. Tetapi kepada orang kecil kita bisa dengan mudah melakukan perbuatan yang tidak baik karena menganggap hal sepela dan orang kecil tidak bisa membalasanya. Namun kita haru ingat apa yang dikatakan oleh Yesus hari ini kepada kita, "Barangsiapa menyesatkan salah satu dari anak-anak kecil yang percaya ini, lebih baik baginya jika sebuah batu kilangan diikatkan pada lehernya lalu ia dibuang ke dalam laut.” Hidup baik dan berbuat baik kepada sesame terutama kepada orang-orang kecil, itu suatu kewajiban dan keharusan para pengikut Yesus. Hidup baik dan berbuat baik kepada sesame, itulah tandanya bahwa kita mempunyai garam dalam diri kita dan selalu hidup berdamai yang seorang dengan yang lain. Semoga kita memelihara kekudusan hidup kita dengan berusaha setia hidup baik, berbuat baik kepada sesama dengan dimulai dari hal-hal yang kelihatan kecil dan sepele. Amin.
Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya barangsiapa memberi kamu minum secangkir air oleh karena kamu adalah pengikut Kristus, ia tidak akan kehilangan upahnya." "Barangsiapa menyesatkan salah satu dari anak-anak kecil yang percaya ini, lebih baik baginya jika sebuah batu kilangan diikatkan pada lehernya lalu ia dibuang ke dalam laut. Dan jika tanganmu menyesatkan engkau, penggallah, karena lebih baik engkau masuk ke dalam hidup dengan tangan kudung dari pada dengan utuh kedua tanganmu dibuang ke dalam neraka, ke dalam api yang tak terpadamkan; (di tempat itu ulatnya tidak akan mati, dan apinya tidak akan padam.) Dan jika kakimu menyesatkan engkau, penggallah, karena lebih baik engkau masuk ke dalam hidup dengan timpang, dari pada dengan utuh kedua kakimu dicampakkan ke dalam neraka; (di tempat itu ulatnya tidak akan mati, dan apinya tidak akan padam.) Dan jika matamu menyesatkan engkau, cungkillah, karena lebih baik engkau masuk ke dalam Kerajaan Allah dengan bermata satu dari pada dengan bermata dua dicampakkan ke dalam neraka, di mana ulat-ulat bangkai tidak mati dan api tidak padam. Karena setiap orang akan digarami dengan api. Garam memang baik, tetapi jika garam menjadi hambar, dengan apakah kamu mengasinkannya? Hendaklah kamu selalu mempunyai garam dalam dirimu dan selalu hidup berdamai yang seorang dengan yang lain."
Demikianlah Injil Tuhan bagi kita hari ini.
RENUNGAN:
Sore tadi saya nimbrung bersama satpam di pintu masuk gerbang Geraja paroki besar di Jakarta tempat saya lagi mampir saat ini. Sore itu banyak mobil masuk karena akan ada kebaktian atau kegiatan kelompok karismatik. Setiap mobil yang masuk kompleks Gereja harus meminta karsis dari satpam dan uang parker hanya Rp.2.000,-. Saya bincang-bincang dengan satpam sambil mereka membaikan karsis kepada setiap mobil yang masuk. Orang tidak mengenal saya seorang pastor karena saya memang tamu, hanya mampir. Saya perhatikan ada beberapa mobil yang setia menyapa satpam, membayar karcis, adapula yang membayar lebih, tetapi ada juga yang hanya cukup melambaikan tangan tanpa kaca jendela dibuka dan mereka tidak bayar karcis masuk. Ada pula yang disapa satpam tetapi tidak ditanggapi penghuni mobil yang disapa, bahkan ada yang tidak melambaikan tangan, tidak buka kaca jendela, tidak menyapa dan langsung masuk begitu saja. Saya bertanya iseng kepada pihak satpam, “Kenapa sebagian gak bayar parker?” Mereka menjawab, “Yah, gimana lagi romo kalau mereka gak bayar, kami gak bisa maksa. Padahal kami harus kami pertanggungjawabkan kepada pastor paroki.” Saya lanjut bertanya, “Mereka atau mobil-mobil yang masuk, mau kegiatan apa?” Pihak satpam menjawab, “Mereka mau doa kebaktian karismatik.” Lanjut mereka, “Ada juga yang justru pengurus Gereja tidak pernah bayar parkir, bahkan mobil yang tadi itu adalah orang kaya, tidap minggu ganti mobil, tetapi tidak pernah bayar parker.” Menarik juga nimbrung bersama mereka dan mendengar celoteh mereka.
Membayar parker masuk tentu merupakan kebijakan dan keputusan yang dibuat untuk paroki/pengurus Gereja yang tentu juga pemasukan dari parker juga diperuntukkan untuk kepentingan Gereja. Namun mendengar cerita mereka, saya berpikir; ‘Apakah karena pengurus gereja yang sudah memberi waktu dan berkorban sebagai pengurus sehingga tidak perlu lagi membayar karcis parkir? Apakah karena sudah banyak memberi sumbangan dalam bentuk lain ke paroki, sehingga tidak perlu lagi membayar parkir yang hanya dua ribu rupiah?
Kebetulan tadi mobil-mobil yang masuk adalah mobil para saudara yang mau mengikuti doa, yang mana dalam kebaktian mereka pasti melambungkan pujian syukur kepada Tuhan dan tentu juga memanjatkan permohonan kepada Tuhan. Intinya para saudara itu mau merayakan imannya kepada Tuhan. Apakah iman itu hanya dirayakan dalam ibadah dan tidak perlu diwujudkan dalam mengikuti kebijakan paroki yang kelihatan sepele yakni membayar parkir? Peraturan paroki itu tentu dibicarakan, diberlakukan oleh para pengurus Gereja demi mendidik umat dan juga diperuntukkan untuk kepentingan Gereja serta diberlakukan untuk semua umat atau mobil yang parkir. Tapi kesannya bahwa peraturan itu kadang dibuat untuk orang lain, bukan untuk sipemutus dan pembuat peraturan.
Ilustrasi di atas mungkin kelihatan sepele saja dan dua ribu rupiah juga mungkin tidak seberapa bagi orang-orang berduit. Tapi bagi para pihak sekuriti yang harus mempertanggungjawabkan kepada pastor paroki, itu bisa menjadi persoalan besar. Karena bisa saja, pastor paroki melihat banyak kendaraan yang masuk, tetapi setoran berdasarkan karcis malah sedikit, tidak sebanding, sehingga bisa ada dugaan para satpam mengkorupsikan uang parkir. Orang menganggap hal itu sepele, tetapi malah menimbulkan kesulitan bagi orang-orang kecil.
Mungkin ilustrasi sederhana di atas mungkin menjadi suatu permenungan bagi kita bahwa memang seringkali begitu mudah mengatakan hal-hal yang baik, meminta orang baik melakukan kebaikan tetapi kita sendiri tidak melakukannya. Tidak sedikit oleh yang kelihatan saleh, beriman ketika beribadah, banyak aktif dalam kehidupan menggereja, tetapi sangat sedikit dalam melakukan kebaikan. Seringkali dalam hal yang kecil dan sepele saja kita tidak bisa setia untuk berbuat baik, apalagi dengan hal yang lebih besar.
Dalam Injil hari ini, Yesus sungguh tegas mengatakan bahwa para pengikut-Nya harus hidup dalam kebaikan dan perbuatan-perbuatan baik. Berbuat baik dan hidup baik bagi para pengikut Yesus, bukan suatu pilihan dan soal selera masing-masing, tetapi merupakan keharusan dan kewajiban yang tidak bisa ditawar-tawar. Untuk menyatakan ketegasan itu, Yesus sampai mengatakan, lebih baik kita kehilangan anggota tubuh, daripada karena anggota tubuh itu menjadi berdosa. Sabda Yesus ini mengajak kita untuk hidup baik dengan memelihara kekudusan diri kita, seluruh hidup kita. Kekudusan diri itu dipelihara dan diperjuangkan dengan menghindarkan perbuatan-perbuatan yang tidak baik terutama kepada orang-orang kecil. Namun mungkin kita sering takut melakukan perbuatan yang tidak baik kepada orang-orang besar atau kaya, karena takut akan mereka balas. Tetapi kepada orang kecil kita bisa dengan mudah melakukan perbuatan yang tidak baik karena menganggap hal sepela dan orang kecil tidak bisa membalasanya. Namun kita haru ingat apa yang dikatakan oleh Yesus hari ini kepada kita, "Barangsiapa menyesatkan salah satu dari anak-anak kecil yang percaya ini, lebih baik baginya jika sebuah batu kilangan diikatkan pada lehernya lalu ia dibuang ke dalam laut.” Hidup baik dan berbuat baik kepada sesame terutama kepada orang-orang kecil, itu suatu kewajiban dan keharusan para pengikut Yesus. Hidup baik dan berbuat baik kepada sesame, itulah tandanya bahwa kita mempunyai garam dalam diri kita dan selalu hidup berdamai yang seorang dengan yang lain. Semoga kita memelihara kekudusan hidup kita dengan berusaha setia hidup baik, berbuat baik kepada sesama dengan dimulai dari hal-hal yang kelihatan kecil dan sepele. Amin.
0 comments:
Post a Comment
Syalom. Terimakasih atas kunjungan dan komentarnya.Semoga Tuhan memberkati para Saudara.