SUKACITA DAN DUKACITA ‘MENGEMIS’
UNTUK MEMBANGUN RUMAH TUHAN.
“Pertama-tama perlu saya konfirmasikan bahwa saya bukan anggota umat Gereja Katolik....” inilah sepenggal balasan pesan yang saya kirimkan kepada seorang ibu lewat FB. Sebagaimana biasanya, saya mengirimkan pesan Permohonan Bantuan Dana untuk pembangunan Gereja Tigalingga, kepada orang yang memang belum saya kenal. Saya mengirimkan pesan permohonan kepada orang yang saya tahu namanya lewat FB saja. Harapan saya adalah bahwa mereka Kristiani dan katolik.
Saya berharap bahwa karena mereka katolik, mereka mau membantu kami. Saya melakukan demikian, karena kemampuan ekonomi umat yang tidak mendukung untuk pembangunan Gereja.Dalam pembangunan ini umat memang tidak bisa memberi kontribusi dana, tetapi mereka berjuang dengan bergotong royong dan juga membantu sesuai dengan kemampuan yang mereka miliki. Semuanya itu tentu tidak cukup, karena uang tetap dibutuhkan untuk membeli bahan bangunan dan juga gaji tukang. Kami sudah mencoba dengan meminta lewat proposal, namun sepertinya tidak menghasilkan dan pembangunan membutuhkan banyak dana.
Namun puji syukur pada Tuhan, Tuhan menunjukkan jalan lewat FB, mengemis lewat FB walaupun seringkali ada rasa risih dan malu dalam meminta lewat dunia maya. Ada rasa malu karena seorang pastor meminta-mita lewat dunia maya yang dalam hal ini FB dan semua orang pasti bisa melihat atau membacanya. Malu juga karena berteman dengan orang dengan tujuan untuk meminta bantuan doa terutama dana untuk pembangunan ini. Rasa malu karena harus banyak duduk di depan komputer, pelototin layar komputer dan keluyuran di dunia maya (FB) demi mencari dana. Namun semuanya ini dapat teratasi dengan hasil yang sudah kami rasakan, ini adalah berkat Tuhan bagi kami lewat dunia maya (FB).
Oleh sebab itu, dengan dikuatkan demi memuliakan Tuhan lewat pembangunan Gereja Paroki dan juga demi iman umat paroki, kami kembali mencari dan mengirimkan permohonan bantuan pembangunan kepada beberapa orang lewat FB. Mungkin karena begitu yakin bahwa yang kami kirimi adalah umat Katolik, kami tidak memperhatikan keyakinan atau agama yang kami kirimi.
Umumnya permohonan kami akan dibalas besok harinya dan bahkan banyak juga yang tidak membalasnya sama sekali. Seperti biasanya, keesokan harinya saya membuka FB saya melihat ada pesan. Saya buka pesan itu dengan berdebar-debar karena sadar bahwa permohonan kami pasti merepotkan, sehingga bisa saja yang kami kirimi pesan permohonan tersinggung dan jengkel. Dengan keberanian iman, saya baca pesan itu. Pesan dari seorang ibu yang saya kirimi seperti sepenggal pesan yang saya tulis di atas, namun beliau tetap dengan ramah mengatakan bahwa dia akan pertimbangkan dan akan beritahukan bila sudah membantu. Membaca pesan ini ada juga rasa malu dan juga rasa bersalah.
Walau dengan rasa malu, saya tetap membalas pesan beliau dengan memohon maaf karena kesalahan mengirimkan pesan permohonan, kesalahan karena mengira beliau katolik dan dengan tidak lupa saya memohonkan berkat bagi beliau dan keluarganya.
Inilah sepenggal sukacita yang terjadi dalam usaha membangun rumah Tuhan. Munkin pengalaman demikian tidak akan dialami oleh paroki yang ada di peroki perkotaan, yang mana ekonomi paroki dan umat sanggup untuk membangun dan bahkan memperindah gedung gereja mereka. Inilah dinamika kehidupan iman dan kehidupan paroki.
Namun demikian, setiap orang dan juga setiap gereja paroki punya persoalan masing-masing, yang memang pasti berbeda-beda. Sehingga walau demikian, dalam hidup dan dalam karya pelayanan dituntut keyakinan pada Tuhan, penyerahan diri pada Tuhan dan berusaha sekuat hidup untuk berbuat yang terbaik sebagai ungkapan iman. Hidup dan perbuatan dalam iman, akan memberi kekuatan sehingga mencari cara untuk berkarya, memampukan untuk melihat peluang dalam memuliakan Tuhan dan juga berani mengakui kekeliruan serta dalam situasi apapun tetap menjadi berkat atau memohonkan berkat bagi orang lain. Tuhan Yesus memberkati.
0 comments:
Post a Comment
Syalom. Terimakasih atas kunjungan dan komentarnya.Semoga Tuhan memberkati para Saudara.