RENUNGAN HARI BIASA: SABTU 9 NOVEMBER 2013
(Pesta Pemberkatan Gereja Basilik Lateran )
Yeh. 47:1-2,8-9,12 atau 1Kor. 3:9b-11,16-17; Mzm. 46:2-3,5-6,8-9; Yoh. 2:13-22
BACAAN INJIL:
Ketika hari raya Paskah orang Yahudi sudah dekat, Yesus berangkat ke Yerusalem. Dalam Bait Suci didapati-Nya pedagang-pedagang lembu, kambing domba dan merpati, dan penukar-penukar uang duduk di situ. Ia membuat cambuk dari tali lalu mengusir mereka semua dari Bait Suci dengan semua kambing domba dan lembu mereka; uang penukar-penukar dihamburkan-Nya ke tanah dan meja-meja mereka dibalikkan-Nya. Kepada pedagang-pedagang merpati Ia berkata: "Ambil semuanya ini dari sini, jangan kamu membuat rumah Bapa-Ku menjadi tempat berjualan." Maka teringatlah murid-murid-Nya, bahwa ada tertulis: "Cinta untuk rumah-Mu menghanguskan Aku."
Orang-orang Yahudi menantang Yesus, katanya: "Tanda apakah dapat Engkau tunjukkan kepada kami, bahwa Engkau berhak bertindak demikian?" Jawab Yesus kepada mereka: "Rombak Bait Allah ini, dan dalam tiga hari Aku akan mendirikannya kembali." Lalu kata orang Yahudi kepada-Nya: "Empat puluh enam tahun orang mendirikan Bait Allah ini dan Engkau dapat membangunnya dalam tiga hari?" Tetapi yang dimaksudkan-Nya dengan Bait Allah ialah tubuh-Nya sendiri. Kemudian, sesudah Ia bangkit dari antara orang mati, barulah teringat oleh murid-murid-Nya bahwa hal itu telah dikatakan-Nya, dan mereka pun percayalah akan Kitab Suci dan akan perkataan yang telah diucapkan Yesus.
RENUNGAN :
Para saudara, hari ini kita merayakan pesta pemberkatan Gereja Basilik Lateran. Basilik agung ini didirikan oleh kaisar Konstantinus Agung, putera Santa Helena, pada tahun 324. Dalam konteks sejarah Gereja Kristen, basilik ini merupakan basilik agung yang pertama, yang melambangkan kemerdekaan dan perdamaian di dalam Gereja setelah tiga-abad lebih berada di dalam kancah penghambatan dan penganiayaan kaisar-kaisar Romawi yang kafir. Pemberkatannya yang kita peringati pada hari ini merupakan peringatan akan kemerdekaan dan perdamaian itu.
Gereja, tempat kita berkumpul merupakan tanda dan lambang Gereja, Umat Allah.
Gereja yang sebenarnya tidak dibangun dari kayu dan batu yang mati, melainkan dari batu yang hidup. Kitalah batu hidup yang membentuk rumah Allah itu, kediaman Roh Kudus yang indah berseri karena hidup suci. Apakah kita dalam hidup sehari-hari ikut membangun Gereja yang hidup itu?
Dengan demikian berdasarkan latar belakang pesta hari ini dapat kita renungkan bahwa gedung Gereja itu sangat penting karena dengan adanya gedung Gereja itu secara fisik nyata kehadiran Tuhan dalam hidup manusia dan menjadi tempat yang dikuduskan bagi manusia tempat untuk berkumpul merayakan imannya.
Oleh sebab itu juga, tidak lah sepenuhnya benar ungkapan yang seringkali kita dengarkan yang mengatakan bahwa tidak penting membangun gedung Gereja bagus-bagus, itu kan hanya fisik, lebih baik kita membangun iman umat. Ungkapan ini pernah kami alami ketika membangun Gereja paroki yang belum selesai hingga saat ini. Nasihat ini benar, tetapi tidak sepenuhnya benar. Sebab bagaimanapun, sebagaimana kita baca dari latar belakan pesta hari ini, kehadiran gedung Gereja menjadi tanda atau lambang nyata akan kehadiran iman dalam lingkungan dan gedung itu menjadi tempat umat beriman untuk berkumpul merayakan iman mereka. Memang bisa saja umat beriman tetap beriman tanpa adanya gedung gereja, dan mereka berkumpul merayakan iman di rumah-rumah mereka.
Namun kiranya akan lebih nyata kehadiran Allah dalam hidup umat sekitar.
Sebab sebagaimana kita dengarkan hari ini dalam injil, Yesus begitu marah karena Bait Allah yang adalah tempat yang dikuduskan, disucikan untuk doa tetapi ternyata disalah gunakan oleh banyak orang, dijadikan jadi tempat berbisnis dan sarang penyamun. Yesus begitu marah sampai mengusir para pedagang yang berdagang di pelataran baik Allah. Para pedagang ini menjual dagangannya dengan harga yang tinggi dengan alasan bahwa dagangan mereka untuk persembahan. Karena untuk persembahan, berapapun harganya pasti akan dibeli oleh orang yang mau mempersembahkan persembahan kepada Tuhan. Itu berarti mereka menyalahgunakan perayaan yang suci demi mencari keuntungan untuk diri mereka sendiri dan untuk menipu orang lain.
Yesus marah karena mereka tidak lagi menghargai kesucian Bait Allah, jsutru Bait Allah dijadikan menjadi lahan berbisnis.
Bagaimana dengan kita sendiri. Memang bukan gedung Gereja itu yang menjadikannya tempat suci, tetapi imanlah yang meyakini kesucian bagunan itu, juga karena pada hekekatnya bahwa keyakinan kita mengatakan bahwa Gereja adalah tempat Tuhan hadir, tempat umat merayakan imannya. Sehingga betapapun megahnya dan jeleknya bangunan itu, tidak mengurangi kesucian gereja sebagai tempat yang disucikan.
Namun sungguh kuranglah mengenakkan bila rumah Tuhan atau Gereja sangat sederhana padalah sebenarnya kita mampu untuk membangunlah lebih baik dan lebih membantu kita untuk merasakah keagungn rumah Tuhan. Sangat ganjil bila umat sungguh berada, tetapi gedung gerejanya sangat memprihatinkan. Bisa juga dikatakan bahwa gedung Gereja menjadi salah satu gambaran kedalaman iman umat dari gereja itu, meskipun tidak sepenuhnya benar. Sebab tidak jarang kita temui bahwa aa gedung gereja yang begitu menawan, indah padahal ekonomi umatnya tidaklah kaya, tetapi bereka dengan semangat iman rela berkobarn membangun gedung gereja mereka melebihi yang mereka miliki, bukan dari donatur tetapi swadaya umat itu sendiri. Juga bisa terjadi, rumah umatnya rata-rata megah, tetapi gedung Gereja mereka memprihatinkan karena tidak mau berkorban untuk memperbaiki gedung gereja mereka, mungkin iman mereka belum menggerakkan untuk rela berkorban.
Sekali lagi ini hanya salah satu tolok ukur.
Namun sebagaimana kita dengarkan dalam injil hari ini, bahwa Gereja yang sesungguhnya adalah Yesus sendiri. Dalam diri Yesus kita telah dipersatukan menjadi putera-puteri-Nya dan Dialah yang menyelamatkan kita. Dengan demikian penyembahan kepada Dia dapat kita lakukan di manapun dan kapanpun. Yesus telah menyatu dalam diri kita atau kita sudah bersatu dengan Yesus, sehingga diri kita adalah Bait Allah. Meyakini bahwa diri kita adalah Bait Allah, maka kitapun menjaga kesucian diri kita kapanpun dan di manapun. Hal ini juga hendaknya berlaku dalam kesadaran kita selama berada di gedung Gereja. Kalau kita sadar bahwa diri kita Bait Allah, maka kitapun akan menghormati Gedung Gereja adalah tempat yang dikuduskan untuk Allah. Amin.
0 comments:
Post a Comment
Syalom. Terimakasih atas kunjungan dan komentarnya.Semoga Tuhan memberkati para Saudara.