RENUNGAN HARI MINGGU PRAPASKAH II : 4 Maret 2012
Kej 22:1-2,9a,10-13,15-18, Mzm 116:10,15,16-17,18-19, Rm 8:31b-34, Mrk 9:2-10
Kej 22:1-2,9a,10-13,15-18, Mzm 116:10,15,16-17,18-19, Rm 8:31b-34, Mrk 9:2-10
BACAAN INJIL: Mrk 9:2-10
“Inilah Anak-Ku terkasih.”
Enam hari kemudian Yesus membawa Petrus, Yakobus dan Yohanes dan bersama-sama dengan mereka Ia naik ke sebuah gunung yang tinggi. Di situ mereka sendirian saja. Lalu Yesus berubah rupa di depan mata mereka, dan pakaian-Nya sangat putih berkilat-kilat. Tidak ada seorangpun di dunia ini yang dapat mengelantang pakaian seperti itu. Maka nampaklah kepada mereka Elia bersama dengan Musa, keduanya sedang berbicara dengan Yesus. Kata Petrus kepada Yesus: "Rabi, betapa bahagianya kami berada di tempat ini. Baiklah kami dirikan tiga kemah, satu untuk Engkau, satu untuk Musa dan satu untuk Elia." Ia berkata demikian, sebab tidak tahu apa yang harus dikatakannya, karena mereka sangat ketakutan. Maka datanglah awan menaungi mereka dan dari dalam awan itu terdengar suara: "Inilah Anak yang Kukasihi, dengarkanlah Dia." Dan sekonyong-konyong waktu mereka memandang sekeliling mereka, mereka tidak melihat seorangpun lagi bersama mereka, kecuali Yesus seorang diri. Pada waktu mereka turun dari gunung itu, Yesus berpesan kepada mereka, supaya mereka jangan menceriterakan kepada seorangpun apa yang telah mereka lihat itu, sebelum Anak Manusia bangkit dari antara orang mati. Mereka memegang pesan tadi sambil mempersoalkan di antara mereka apa yang dimaksud dengan "bangkit dari antara orang mati."
RENUNGAN:
Yesuslah Anak Allah. Barang siapa mendengarkan-Nya, dia akan beroleh mulia dari Tuhan.
Ada sebuah kisah yang menceritakan adanya kebakaran di sebuah rumah bertingkat. Apa menyala dan menimbulkan banyak asap. Semua penghuni rumah sudah berlari keluar tetapi ternyata saat semua orang berusaha memadamkan api dan menyaksikan kebakaran itu, ada suara anak kecil yang berteriak dari atas loteng. Anak itu menanangis, berteriak memanggil ayahnya dan meminta tolong, namun yang kedengaran adalah hanya suara, karena asap tebal membuat anak itu tidak kelihatan. Ayah anak itu mendengar suara anaknya dan berjalan tepat di bahwa suara anaknya berteriak. Ayahnya itu berkata, “Anakku, lompatlah, ayah ada di bawah dan ayah akan menangkapmu di bawah sehingga engkat tidak akan celaka.” Mendengar suara ayahnya dari bawah, walaupun tetap tidak bisa melihat ayahnya, anak itupun melompat dari atas dan tepat di pelukan ayahnya. Anak itu tidak melihat ayahnya, hanya mendengar suara ayahnya dan yakin bahwa ayahnya pasti akan menangkapanya, maka dia berani melompat dari atas.
Mendengar orang yang kita kasihi dan kita tahu mengasihi kita, membuat kita berani untuk melaksanakan apa yang dikatakan karena yakin bahwa orang yang kita kasihi itu pasti tidak akan mencelakakan kita.
Dalam injil hari ini, Yesus membawa Petrus, Yakobus dan Yohanes ke sebuah gunung yang tinggi. Di gunung itu ketiga murid mengalami suatu pengalaman yang luar biasa, yakni Yesus berubah rupa, dan pakaian-Nya sangat putih berkilat-kilat. Tidak ada seorangpun di dunia ini yang dapat mengelantang pakaian seperti itu. Maka nampaklah kepada mereka Elia bersama dengan Musa, keduanya sedang berbicara dengan Yesus. Pengalaman itu bagi para murid adalah suatu pengalaman yang sungguh luar biasa. Peristiwa itu seakan memberi suatu pengajaran kepada mereka, apa gunanya mengikuti Yesus, yakni bahwa Yesus yang mereka ikuti adalah Tuhan dan merekapun akan beroleh kemuliaan dari Tuhan. Karena begitu senangnya Petrus menawarkan untuk membuat 3 kemah, satu untuk Yesus, satu untuk musa dan satu untuk Elia. Saking gembiranya, Petrus hanya berpikir membuat kemah 3 buah, sedangkan untuk mereka tidak perlu.
Mereka begitu sangat bahagia, karena di gunung itu mereka mengalami kemuliaan Tuhan. Mereka menawarkan membuat kemah, karena mereka tidak mau kehilangan peristiwa mulia itu dan ingin tetap berada dalam kemuliaan Tuhan yang mereka alami. Namun tiba-tiba turun awan yang menaungi mereka dan dari dalam awan itu ada suara yang berseru, "Inilah Anak yang Kukasihi, dengarkanlah Dia." Awan dan suara itu seakan menyadarkan para murid bukan hanya siapa Yesus yang mereka ikuti, tetapi juga disadarkan bahwa untuk menikmati kemuliaan Tuhan adalah hanya dengan mendengarkan Yesus.
Dalam pengalaman hidup beriman, kitapun mungkin pernah mengalami pengalaman yang menyenangkan, pengalaman yang membuat kita merasa damai dan bahkan pengalaman yang merasa betapa indahnya beriman kepada Tuhan. Hal seperti itu bisa terjadi saat-saat kita mengikuti perayaan ekaristi, mengikuti kegiatan rohani, mungkin sehabis rekoleksi, retret dan juga saat berziarah. Pada saat demikian, kita merasa damai dan seakan tidak mau melepaskan kedamaian itu, sehingga kita membangun niat-niat yang baik. Mungkin orang yang melakukan jiarah, merasa waktu terlalu cepat berlalu dan sekan enggan untuk pulang. Karena itu membangun niat, kelak akan jiarah lagi.
Pada saat-saat demikian kita merasakan damai, tidak ingin rasa damai itu cepat berlalu dari kita. Itu suatu pertanda bahwa kita merindukan damai dan merindukan kelak beroleh kemuliaan Tuhan. Namun lewat pengalaman para murid lewat suara yang berseru, kita diingatkan bahwa untuk mencapai kedamaian kekal atau sampai ke kemuliaan Allah, jalan satu-satunya adalah hanya dengang mendengarkan Sabda Yesus. Mendengarkan sabda Tuhan/Yesus tentu tidak hanya saat berada di atas gunung, bukan hanya saat-saat rekoleksi atau retret atau saat Ziarah, tetapi mendengarkan Tuhan harus diwujudkan dalam kehidupa sehari-hari.
Dari sebab itu, dalam masa Prapaskah ini, baiklah kita semakin banyak mendengarkan Sabda Tuhan, baik itu lewat membaca kitab suci maupun lewat ibadah-ibadah dan dalam Ekaristi kudus. Mendengarkan sabda Tuhan, tentu tidak hanya mengangguk-angguk tetapi apa yang didengarkan sungguh dilaksanakan. Berani melaksanakan sabda Tuhan karena percaya bahwa Tuhan tidak akan mencelaki kita, tetapi malah Tuhan akan membawa kita ke kemuliaan Tuhan, kedamaian hidup yang sejati. Sama halnya seperti anak dalam cerita di atas, anak itu mendengarkan suarau ayahnya dan berani melompat walau tidak melihat ayahnya, karena dia percaya bahwa ayahnya tidak berbohong dan ayahnya pasti menangkapnya. Demikian juga halnya kita dalam mendengarkan sabda Tuhan. Kita setia melaksanakan sabda Tuhan karena kita percaya bahwa Tuhan tidak akan menyesatkan, tidak akan mencelakai kita, tetapi Tuhan pasti akan menyelamatkan kita.
Sabda Tuhan itu memang seringkali tidak masuk akal dan seringkali tidak sesuai dengan kehendak kita. Namun kita harus percaya bahwa Tuhan tidak akan pernah mencelakai kita, Tuhan tidak meminta kita melakukan sesuatu yang akan mencelakai kita. Dalam bacaan I, Tuhan meminta Abraham membawa anaknya Ishak ke tanah Moria dan mempersembahkan dia di sana sebagai korban bakaran pada salah satu gunung yang akan dikatakan Tuhan kepada-Nya. Perintah Tuhan ini tentu tidak masuk akal, sebab Tuhan memberi Ishak anak satu-satunya pada masa tuanya Abraham, tetapi Tuhan malah meminta Abraham untuk menjadikan anaknya itu sebagai korban persembahan. Walau tidak masuk akal, Abraham tetap menuruti perintah Tuhan, Abraham tetap yakin bahwa sabda Tuhan itu adalah yang terbaik dan harus dilaksanakan. Ternyata Tuhan menguji kesetiaan Abraham dan Abraham setia. Bagi Abraham setia mengikuti Sabda Tuhan, walaupun seakan tidak masuk akal, itu lebih penting dibandingkan yang berharga padanya, juga anaknya. Abraham siap mengorbankan anaknya demi mendengarkan sabda Tuhan. Namun meskipun anaknya tidak jadi dipersembahkan, Abraham setia pada sabda Tuhan. Dan memang Tuhan tidak merencanakan agar Abraham mempersembahkan anaknya, hanya menguji kesetiaan Abraham dan Abraham lulus.
Sabda Tuhan memang seringkali tidak masuk akal kita. Namun yakinlah bahwa Tuhan tidak akan pernah meminta kita melakukan hal yang menyesatkan dan membinasakan kita. Tuhan tidak akan pernah meminta kita untuk membunuh orang lain, tetapi Tuhan meminta kesetiaan kita dalam mendengarkan dan melaksanakan sabda Tuhan. Namun yang seringkali terjadi, kita sulit mendengarkan dan melaksanakan sabda Tuhan, karena kita kurang yakin akan Tuhan. Kita seringkali kurang yakin bahwa Tuhan akan memberikan yang terbaik bagi kita. Seakan kita berpikir bahwa melakukan sabda kita atau kehendak itu, itulah yang terbaik dan sabda Tuhan itu seringkali tidak masuk akal. Tetapi dari pengalaman Abraham, kita diyakinkan bahwa kesetiaan kita melaksanakan sabda Tuhan, kita akan beroleh berkat berlimpah.
Kita semua tentu rindu dan mengaharapkan beroleh kemuliaan Tuhan baik sekarang maupun kelak. Merindukan kemuliaan Tuhan dalam hidup sekarang adalah kerinduan agar Tuhan memberi kita hidup bahagia. Kita ingin dimuliakan Tuhan, tetapi kita sendiri kurang percaya pada-Nya dan tidak memuliakan Tuhan. Agar kita beroleh kemuliaan Tuhan adalah dengan memuliakan Tuhan sendiri. Jalan untuk memuliakan Tuhan adalah dengan mendengarkan Yesus dan melaksanakan sabda itu dalam hidup setiap hari. Sabda Tuhan, tidak akan pernah menyesatkan dan membinasakan kita, tetapi akan membawa kita pada kemuliaan Tuhan. Semoga kita semakin rajin mendengarkan dan melaksanakan sabda Yesus. Amin.
“Inilah Anak-Ku terkasih.”
Enam hari kemudian Yesus membawa Petrus, Yakobus dan Yohanes dan bersama-sama dengan mereka Ia naik ke sebuah gunung yang tinggi. Di situ mereka sendirian saja. Lalu Yesus berubah rupa di depan mata mereka, dan pakaian-Nya sangat putih berkilat-kilat. Tidak ada seorangpun di dunia ini yang dapat mengelantang pakaian seperti itu. Maka nampaklah kepada mereka Elia bersama dengan Musa, keduanya sedang berbicara dengan Yesus. Kata Petrus kepada Yesus: "Rabi, betapa bahagianya kami berada di tempat ini. Baiklah kami dirikan tiga kemah, satu untuk Engkau, satu untuk Musa dan satu untuk Elia." Ia berkata demikian, sebab tidak tahu apa yang harus dikatakannya, karena mereka sangat ketakutan. Maka datanglah awan menaungi mereka dan dari dalam awan itu terdengar suara: "Inilah Anak yang Kukasihi, dengarkanlah Dia." Dan sekonyong-konyong waktu mereka memandang sekeliling mereka, mereka tidak melihat seorangpun lagi bersama mereka, kecuali Yesus seorang diri. Pada waktu mereka turun dari gunung itu, Yesus berpesan kepada mereka, supaya mereka jangan menceriterakan kepada seorangpun apa yang telah mereka lihat itu, sebelum Anak Manusia bangkit dari antara orang mati. Mereka memegang pesan tadi sambil mempersoalkan di antara mereka apa yang dimaksud dengan "bangkit dari antara orang mati."
RENUNGAN:
Yesuslah Anak Allah. Barang siapa mendengarkan-Nya, dia akan beroleh mulia dari Tuhan.
Ada sebuah kisah yang menceritakan adanya kebakaran di sebuah rumah bertingkat. Apa menyala dan menimbulkan banyak asap. Semua penghuni rumah sudah berlari keluar tetapi ternyata saat semua orang berusaha memadamkan api dan menyaksikan kebakaran itu, ada suara anak kecil yang berteriak dari atas loteng. Anak itu menanangis, berteriak memanggil ayahnya dan meminta tolong, namun yang kedengaran adalah hanya suara, karena asap tebal membuat anak itu tidak kelihatan. Ayah anak itu mendengar suara anaknya dan berjalan tepat di bahwa suara anaknya berteriak. Ayahnya itu berkata, “Anakku, lompatlah, ayah ada di bawah dan ayah akan menangkapmu di bawah sehingga engkat tidak akan celaka.” Mendengar suara ayahnya dari bawah, walaupun tetap tidak bisa melihat ayahnya, anak itupun melompat dari atas dan tepat di pelukan ayahnya. Anak itu tidak melihat ayahnya, hanya mendengar suara ayahnya dan yakin bahwa ayahnya pasti akan menangkapanya, maka dia berani melompat dari atas.
Mendengar orang yang kita kasihi dan kita tahu mengasihi kita, membuat kita berani untuk melaksanakan apa yang dikatakan karena yakin bahwa orang yang kita kasihi itu pasti tidak akan mencelakakan kita.
Dalam injil hari ini, Yesus membawa Petrus, Yakobus dan Yohanes ke sebuah gunung yang tinggi. Di gunung itu ketiga murid mengalami suatu pengalaman yang luar biasa, yakni Yesus berubah rupa, dan pakaian-Nya sangat putih berkilat-kilat. Tidak ada seorangpun di dunia ini yang dapat mengelantang pakaian seperti itu. Maka nampaklah kepada mereka Elia bersama dengan Musa, keduanya sedang berbicara dengan Yesus. Pengalaman itu bagi para murid adalah suatu pengalaman yang sungguh luar biasa. Peristiwa itu seakan memberi suatu pengajaran kepada mereka, apa gunanya mengikuti Yesus, yakni bahwa Yesus yang mereka ikuti adalah Tuhan dan merekapun akan beroleh kemuliaan dari Tuhan. Karena begitu senangnya Petrus menawarkan untuk membuat 3 kemah, satu untuk Yesus, satu untuk musa dan satu untuk Elia. Saking gembiranya, Petrus hanya berpikir membuat kemah 3 buah, sedangkan untuk mereka tidak perlu.
Mereka begitu sangat bahagia, karena di gunung itu mereka mengalami kemuliaan Tuhan. Mereka menawarkan membuat kemah, karena mereka tidak mau kehilangan peristiwa mulia itu dan ingin tetap berada dalam kemuliaan Tuhan yang mereka alami. Namun tiba-tiba turun awan yang menaungi mereka dan dari dalam awan itu ada suara yang berseru, "Inilah Anak yang Kukasihi, dengarkanlah Dia." Awan dan suara itu seakan menyadarkan para murid bukan hanya siapa Yesus yang mereka ikuti, tetapi juga disadarkan bahwa untuk menikmati kemuliaan Tuhan adalah hanya dengan mendengarkan Yesus.
Dalam pengalaman hidup beriman, kitapun mungkin pernah mengalami pengalaman yang menyenangkan, pengalaman yang membuat kita merasa damai dan bahkan pengalaman yang merasa betapa indahnya beriman kepada Tuhan. Hal seperti itu bisa terjadi saat-saat kita mengikuti perayaan ekaristi, mengikuti kegiatan rohani, mungkin sehabis rekoleksi, retret dan juga saat berziarah. Pada saat demikian, kita merasa damai dan seakan tidak mau melepaskan kedamaian itu, sehingga kita membangun niat-niat yang baik. Mungkin orang yang melakukan jiarah, merasa waktu terlalu cepat berlalu dan sekan enggan untuk pulang. Karena itu membangun niat, kelak akan jiarah lagi.
Pada saat-saat demikian kita merasakan damai, tidak ingin rasa damai itu cepat berlalu dari kita. Itu suatu pertanda bahwa kita merindukan damai dan merindukan kelak beroleh kemuliaan Tuhan. Namun lewat pengalaman para murid lewat suara yang berseru, kita diingatkan bahwa untuk mencapai kedamaian kekal atau sampai ke kemuliaan Allah, jalan satu-satunya adalah hanya dengang mendengarkan Sabda Yesus. Mendengarkan sabda Tuhan/Yesus tentu tidak hanya saat berada di atas gunung, bukan hanya saat-saat rekoleksi atau retret atau saat Ziarah, tetapi mendengarkan Tuhan harus diwujudkan dalam kehidupa sehari-hari.
Dari sebab itu, dalam masa Prapaskah ini, baiklah kita semakin banyak mendengarkan Sabda Tuhan, baik itu lewat membaca kitab suci maupun lewat ibadah-ibadah dan dalam Ekaristi kudus. Mendengarkan sabda Tuhan, tentu tidak hanya mengangguk-angguk tetapi apa yang didengarkan sungguh dilaksanakan. Berani melaksanakan sabda Tuhan karena percaya bahwa Tuhan tidak akan mencelaki kita, tetapi malah Tuhan akan membawa kita ke kemuliaan Tuhan, kedamaian hidup yang sejati. Sama halnya seperti anak dalam cerita di atas, anak itu mendengarkan suarau ayahnya dan berani melompat walau tidak melihat ayahnya, karena dia percaya bahwa ayahnya tidak berbohong dan ayahnya pasti menangkapnya. Demikian juga halnya kita dalam mendengarkan sabda Tuhan. Kita setia melaksanakan sabda Tuhan karena kita percaya bahwa Tuhan tidak akan menyesatkan, tidak akan mencelakai kita, tetapi Tuhan pasti akan menyelamatkan kita.
Sabda Tuhan itu memang seringkali tidak masuk akal dan seringkali tidak sesuai dengan kehendak kita. Namun kita harus percaya bahwa Tuhan tidak akan pernah mencelakai kita, Tuhan tidak meminta kita melakukan sesuatu yang akan mencelakai kita. Dalam bacaan I, Tuhan meminta Abraham membawa anaknya Ishak ke tanah Moria dan mempersembahkan dia di sana sebagai korban bakaran pada salah satu gunung yang akan dikatakan Tuhan kepada-Nya. Perintah Tuhan ini tentu tidak masuk akal, sebab Tuhan memberi Ishak anak satu-satunya pada masa tuanya Abraham, tetapi Tuhan malah meminta Abraham untuk menjadikan anaknya itu sebagai korban persembahan. Walau tidak masuk akal, Abraham tetap menuruti perintah Tuhan, Abraham tetap yakin bahwa sabda Tuhan itu adalah yang terbaik dan harus dilaksanakan. Ternyata Tuhan menguji kesetiaan Abraham dan Abraham setia. Bagi Abraham setia mengikuti Sabda Tuhan, walaupun seakan tidak masuk akal, itu lebih penting dibandingkan yang berharga padanya, juga anaknya. Abraham siap mengorbankan anaknya demi mendengarkan sabda Tuhan. Namun meskipun anaknya tidak jadi dipersembahkan, Abraham setia pada sabda Tuhan. Dan memang Tuhan tidak merencanakan agar Abraham mempersembahkan anaknya, hanya menguji kesetiaan Abraham dan Abraham lulus.
Sabda Tuhan memang seringkali tidak masuk akal kita. Namun yakinlah bahwa Tuhan tidak akan pernah meminta kita melakukan hal yang menyesatkan dan membinasakan kita. Tuhan tidak akan pernah meminta kita untuk membunuh orang lain, tetapi Tuhan meminta kesetiaan kita dalam mendengarkan dan melaksanakan sabda Tuhan. Namun yang seringkali terjadi, kita sulit mendengarkan dan melaksanakan sabda Tuhan, karena kita kurang yakin akan Tuhan. Kita seringkali kurang yakin bahwa Tuhan akan memberikan yang terbaik bagi kita. Seakan kita berpikir bahwa melakukan sabda kita atau kehendak itu, itulah yang terbaik dan sabda Tuhan itu seringkali tidak masuk akal. Tetapi dari pengalaman Abraham, kita diyakinkan bahwa kesetiaan kita melaksanakan sabda Tuhan, kita akan beroleh berkat berlimpah.
Kita semua tentu rindu dan mengaharapkan beroleh kemuliaan Tuhan baik sekarang maupun kelak. Merindukan kemuliaan Tuhan dalam hidup sekarang adalah kerinduan agar Tuhan memberi kita hidup bahagia. Kita ingin dimuliakan Tuhan, tetapi kita sendiri kurang percaya pada-Nya dan tidak memuliakan Tuhan. Agar kita beroleh kemuliaan Tuhan adalah dengan memuliakan Tuhan sendiri. Jalan untuk memuliakan Tuhan adalah dengan mendengarkan Yesus dan melaksanakan sabda itu dalam hidup setiap hari. Sabda Tuhan, tidak akan pernah menyesatkan dan membinasakan kita, tetapi akan membawa kita pada kemuliaan Tuhan. Semoga kita semakin rajin mendengarkan dan melaksanakan sabda Yesus. Amin.
0 comments:
Post a Comment
Syalom. Terimakasih atas kunjungan dan komentarnya.Semoga Tuhan memberkati para Saudara.