Paus: Prapaskah adalah masa penuh rahmat
Selama 40 hari Prapaskah adalah masa pembaharuan spiritual dalam persiapan Paskah, tetapi hari-hari itu juga adalah masa untuk merenung bahwa kejahatan sedang bekerja di dunia dan bahkan Gereja Katolik menghadapi banyak godaan, kata Paus Benediktus XVI.
Paus menjelaskan makna Prapaskah selama audiensi umum mingguannya pada 22 Februari, yang bertepatan dengan Rabu Abu, seperti dilansir Catholic News.
Seperti bangsa Israel selama 40 tahun di padang gurun dan seperti Yesus selama 40 hari di padang gurun, Gereja Katolik dan anggotanya yang mengalami kasih karunia Allah, tetapi juga dikepung oleh kejahatan di sekitar mereka dan tergoda oleh kekuasaan dan keegoisme, lanjut paus itu.
Yesus, sebelum memulai pelayanan-Nya, pergi ke padang gurun selama 40 hari. Selama puasa, “ia memperkuat dirinya dengan Firman Allah, yang ia gunakan sebagai senjata untuk mengalahkan godaan iblis,” kata paus.
Paus Benediktus mengatakan pengalaman kasih karunia Allah dan dari godaan bukanlah sesuatu yang unik bagi umat Katolik modern.
Selama 40 tahun di padang gurun, bangsa Israel yang dibimbing oleh Tuhan, diberi makan dan minum, namun mereka juga lelah, mengeluh, dan tergoda untuk kembali kepada penyembahan berhala, kata paus.
Dengan menghabiskan 40 hari di padang gurun sebelum memulai pelayanan-Nya, Yesus merasa dekat dengan Allah, tetapi juga menghadapi godaan iblis “kesuksesan dan kekuasaan.”
“Situasi ambivalen ini juga menggambarkan situasi Gereja yang melakukan perjalanan melalui padang gurun di dunia. Di gurun ini, kita umat beriman pasti memiliki kesempatan untuk memiliki pengalaman yang mendalam tentang Allah, yang menguatkan spirit kita, menegaskan iman kita, memelihara harapan kita dan menjiwai kasih kita,” kata paus.
Namun, ia mengatakan, “padang gurun itu juga aspek negatif dari realitas yang mengelilingi kita: kekeringan, kemiskinan, sekularisme dan materialisme” yang berusaha meyakinkan orang bahwa Allah tidak ada.
Namun, “masa padang gurun bisa diubah menjadi masa yang penuh rahmat” karena kasih Allah lebih kuat daripada godaan duniawi, kata paus.
Di akhir audiensi itu, Paus Benediktus bertemu dengan Mgr Keith Newton, kepala Ordinariat Pribadi Santa Perawan Maria dari Walsingham, Inggris. Ordinariate itu didirikan oleh Vatikan pada Januari 2011 untuk pelayanan pastoral dari mantan Anglikan di Inggris dan Wales. Para anggota Ordinariat itu sedang membuat ziarah ke Vatikan menyampaikan terima kasih kepada Paus Benediktus.
Disadur dari: www.cathnewsindonesia.com
Paus menjelaskan makna Prapaskah selama audiensi umum mingguannya pada 22 Februari, yang bertepatan dengan Rabu Abu, seperti dilansir Catholic News.
Seperti bangsa Israel selama 40 tahun di padang gurun dan seperti Yesus selama 40 hari di padang gurun, Gereja Katolik dan anggotanya yang mengalami kasih karunia Allah, tetapi juga dikepung oleh kejahatan di sekitar mereka dan tergoda oleh kekuasaan dan keegoisme, lanjut paus itu.
Yesus, sebelum memulai pelayanan-Nya, pergi ke padang gurun selama 40 hari. Selama puasa, “ia memperkuat dirinya dengan Firman Allah, yang ia gunakan sebagai senjata untuk mengalahkan godaan iblis,” kata paus.
Paus Benediktus mengatakan pengalaman kasih karunia Allah dan dari godaan bukanlah sesuatu yang unik bagi umat Katolik modern.
Selama 40 tahun di padang gurun, bangsa Israel yang dibimbing oleh Tuhan, diberi makan dan minum, namun mereka juga lelah, mengeluh, dan tergoda untuk kembali kepada penyembahan berhala, kata paus.
Dengan menghabiskan 40 hari di padang gurun sebelum memulai pelayanan-Nya, Yesus merasa dekat dengan Allah, tetapi juga menghadapi godaan iblis “kesuksesan dan kekuasaan.”
“Situasi ambivalen ini juga menggambarkan situasi Gereja yang melakukan perjalanan melalui padang gurun di dunia. Di gurun ini, kita umat beriman pasti memiliki kesempatan untuk memiliki pengalaman yang mendalam tentang Allah, yang menguatkan spirit kita, menegaskan iman kita, memelihara harapan kita dan menjiwai kasih kita,” kata paus.
Namun, ia mengatakan, “padang gurun itu juga aspek negatif dari realitas yang mengelilingi kita: kekeringan, kemiskinan, sekularisme dan materialisme” yang berusaha meyakinkan orang bahwa Allah tidak ada.
Namun, “masa padang gurun bisa diubah menjadi masa yang penuh rahmat” karena kasih Allah lebih kuat daripada godaan duniawi, kata paus.
Di akhir audiensi itu, Paus Benediktus bertemu dengan Mgr Keith Newton, kepala Ordinariat Pribadi Santa Perawan Maria dari Walsingham, Inggris. Ordinariate itu didirikan oleh Vatikan pada Januari 2011 untuk pelayanan pastoral dari mantan Anglikan di Inggris dan Wales. Para anggota Ordinariat itu sedang membuat ziarah ke Vatikan menyampaikan terima kasih kepada Paus Benediktus.
Disadur dari: www.cathnewsindonesia.com
0 comments:
Post a Comment
Syalom. Terimakasih atas kunjungan dan komentarnya.Semoga Tuhan memberkati para Saudara.