RENUNGAN HARI BIASA PEKAN XXXII, Selasa 8 Nopember 2011
Elisabet dr Tritunggal
Keb 2:23 - 3:9, Mzm 34:2-3,16-17,18-19, Luk 17:7-10
Elisabet dr Tritunggal
Keb 2:23 - 3:9, Mzm 34:2-3,16-17,18-19, Luk 17:7-10
BACAAN INJIL:
"Siapa di antara kamu yang mempunyai seorang hamba yang membajak atau menggembalakan ternak baginya, akan berkata kepada hamba itu, setelah ia pulang dari ladang: Mari segera makan! Bukankah sebaliknya ia akan berkata kepada hamba itu: Sediakanlah makananku. Ikatlah pinggangmu dan layanilah aku sampai selesai aku makan dan minum. Dan sesudah itu engkau boleh makan dan minum. Adakah ia berterima kasih kepada hamba itu, karena hamba itu telah melakukan apa yang ditugaskan kepadanya? Demikian jugalah kamu. Apabila kamu telah melakukan segala sesuatu yang ditugaskan kepadamu, hendaklah kamu berkata: Kami adalah hamba-hamba yang tidak berguna; kami hanya melakukan apa yang kami harus lakukan."
RENUNGAN:
Kiranya sangat biasa orang mengharapkan penghargaan bila telah melakukan pekerjaan, apalagi bila pekerjaan dilakukan dengan baik dan berhasil dengan baik. Orang juga pasti mengharapkan upah bila mengerjakan sesuatu. Untung rugi menjadi prinsip hidup manusia sekarang. Sehingga bila seseorang hendak melakukan sesuatu atau diminta mengerjakan sesuatu, orang akan berpikir apa untungnya, kalau dianggap menguntungkan pasti akan dilakukan dan bila dianggap merugikan pasti akan menolak melakukan pekerjaan itu. Untung, rugi yang menjadi pertimbangan dalam melakukan sesuatu bisa dalam bentuk materi maupun non materi. Prinsip ini memang baik, agar seseorang terhindar dari masalah dan juga memelihara penghargaan terhadap orang lain.
Namun kiranya prinsip yang umum dalam kehidupan dunia ini juga seringkali terbawa dalam kehidupan beriman. Ada juga orang berpikir untung rugi bila hidup dalam beriman atau bila mengikuti ibadah ke Gereja pada hari minggu. Ada orang merasa rugi mengikuti ibadah hari Minggu karena merasa rugi karena justru hari Minggu itu biasanya banyak pembeli di tokonya atau justru hari minggu itu biasanya waktu yang pas untuk bertemu dengan rekan bisnisnya. Ada pula yang berpikiran apa untungnya aktif menjadi pengurus gereja tau aktif dalam kegiatan Gereja, malah melihat semuanya justru rugi dalam meteri dan waktu. Oleh sebab itu orang enggan menjadi pengurus Gereja dan aktif dalam kehidupan menggereja. Juga ada pula yang menjalankan iman dan kehidupan menggereja mengharapkan imbalan, baik itu uang maupun non materi yakni pujian dan penghargaan. Sehingga bila hal itu tidak didapatkan maka seseorang itu pasti akan kecewa. Dari sebab itulah tidak jarang kita temukan seseorang mengharapkan perlakuan khusus dari Gereja karena merasa sudah berbuat banyak bagi Gereja baik itu pengorbanan tenaga maupun karena telah menyumbang banyak dana untuk kehidupan Gereja.
Menghargai jasa atau pekerjaan yang telah dilakukan itu memang sangat penting. Baiklah kita juga berani menghargai pekerjaan dan kebaikan orang lain yang telah diperbuat kepada kita. Namun seringkali kita begitu sulit menghargai perbuatan baik orang lain kepada kita. Kita menganggap bahwa mereka itu memang sudah kewajibannya melakukan itu kepada kita sehingga membuat kita tidak menghargai dan mengucapkan terimakasih kepada kita. Dalam hal ini dapat kita beri contoh, misalnya pasti banyak orang beriman yang mempunyai pembantu rumah tangga, yang bekerja siang malam bagi keluarga itu, tetapi karena merasa mereka sudah menggajinya, maka mereka tidak layak menghargai atau mengucapkan terima kasih kepada mereka. Hal yang demikian juga kadang kita terapkan dalam beriman, yakni menganggap bahwa sudah sewajarnya Tuhan memberkati kita karena Dia Tuhan dan kita sudah melakukan pekerjaan-Nya lewat Gereja-Nya sehingga tidak perlu bersyukur dan berterimakasih kepada Dia. Maka sebagai orang beriman, baiklah kiranya kita tidak berlaku demikian. Hendaknya kita berani menghargai orang lain, perbuatan atau pekerjaan yang telah dilakukan orang lain untuk kita sekecil apapun, dan walaupun mereka sudah mendapat gaji atau upah dari pekerjaannya. Ucapan syukur hendaknya kita lambungkan terutama kepada Tuhan yang telah memberi hidup dan berkat-Nya kepada kita.
Mengharapkan jasa atau penghargaan atas apa yang telah kita kerjakan memang wajar. Namun kiranya hal itu bukan menjadi tujuan apalagi bila yang telah kita lakukan menyangkut Gereja atau kehidupan beriman. Janganlah kiranya kita menjadi gila hormat dan penghargaan bila melakukan sesuatu kebaikan kepada orang lain terutama kepada Gereja-Nya. Bila kita melakukan perbuatan baik kepada sesama dan terutama kepada Gereja-Nya, hendaknya kita selalu bersikap rendah hati dan selalu sadar bahwa kita melakukannya adalah karena iman, karena memang kita harus melakukannya, sehingga melakukannya dengan tulus. Dasar dari sikap demikian adalah karena kita adalah hamba-hamba Tuhan, yang sudah diberi anugerah hidup, mendapat kepercayaan dari Tuhan atas berkat-Nya, sehingga sudah selayaknya dan sepantasnya melakukan kebaikan karena Tuhan sudah terlebih dahulu sangat baik kepada kita. Lakukanlah semuanya dengan tulus hati dengan dijiwai oleh iman, meskipun yakin bahwa semuanya berkenan pada Tuhan dan Tuhan sendiri pasti akan membalasanya. Orang yang berbuat dengan tulus, dia tidak akan pernah kecewa dan mundur dari berbuat baik atau pelayan walaupun tidak dihargai oleh orang lain. Amin.
"Siapa di antara kamu yang mempunyai seorang hamba yang membajak atau menggembalakan ternak baginya, akan berkata kepada hamba itu, setelah ia pulang dari ladang: Mari segera makan! Bukankah sebaliknya ia akan berkata kepada hamba itu: Sediakanlah makananku. Ikatlah pinggangmu dan layanilah aku sampai selesai aku makan dan minum. Dan sesudah itu engkau boleh makan dan minum. Adakah ia berterima kasih kepada hamba itu, karena hamba itu telah melakukan apa yang ditugaskan kepadanya? Demikian jugalah kamu. Apabila kamu telah melakukan segala sesuatu yang ditugaskan kepadamu, hendaklah kamu berkata: Kami adalah hamba-hamba yang tidak berguna; kami hanya melakukan apa yang kami harus lakukan."
RENUNGAN:
Kiranya sangat biasa orang mengharapkan penghargaan bila telah melakukan pekerjaan, apalagi bila pekerjaan dilakukan dengan baik dan berhasil dengan baik. Orang juga pasti mengharapkan upah bila mengerjakan sesuatu. Untung rugi menjadi prinsip hidup manusia sekarang. Sehingga bila seseorang hendak melakukan sesuatu atau diminta mengerjakan sesuatu, orang akan berpikir apa untungnya, kalau dianggap menguntungkan pasti akan dilakukan dan bila dianggap merugikan pasti akan menolak melakukan pekerjaan itu. Untung, rugi yang menjadi pertimbangan dalam melakukan sesuatu bisa dalam bentuk materi maupun non materi. Prinsip ini memang baik, agar seseorang terhindar dari masalah dan juga memelihara penghargaan terhadap orang lain.
Namun kiranya prinsip yang umum dalam kehidupan dunia ini juga seringkali terbawa dalam kehidupan beriman. Ada juga orang berpikir untung rugi bila hidup dalam beriman atau bila mengikuti ibadah ke Gereja pada hari minggu. Ada orang merasa rugi mengikuti ibadah hari Minggu karena merasa rugi karena justru hari Minggu itu biasanya banyak pembeli di tokonya atau justru hari minggu itu biasanya waktu yang pas untuk bertemu dengan rekan bisnisnya. Ada pula yang berpikiran apa untungnya aktif menjadi pengurus gereja tau aktif dalam kegiatan Gereja, malah melihat semuanya justru rugi dalam meteri dan waktu. Oleh sebab itu orang enggan menjadi pengurus Gereja dan aktif dalam kehidupan menggereja. Juga ada pula yang menjalankan iman dan kehidupan menggereja mengharapkan imbalan, baik itu uang maupun non materi yakni pujian dan penghargaan. Sehingga bila hal itu tidak didapatkan maka seseorang itu pasti akan kecewa. Dari sebab itulah tidak jarang kita temukan seseorang mengharapkan perlakuan khusus dari Gereja karena merasa sudah berbuat banyak bagi Gereja baik itu pengorbanan tenaga maupun karena telah menyumbang banyak dana untuk kehidupan Gereja.
Menghargai jasa atau pekerjaan yang telah dilakukan itu memang sangat penting. Baiklah kita juga berani menghargai pekerjaan dan kebaikan orang lain yang telah diperbuat kepada kita. Namun seringkali kita begitu sulit menghargai perbuatan baik orang lain kepada kita. Kita menganggap bahwa mereka itu memang sudah kewajibannya melakukan itu kepada kita sehingga membuat kita tidak menghargai dan mengucapkan terimakasih kepada kita. Dalam hal ini dapat kita beri contoh, misalnya pasti banyak orang beriman yang mempunyai pembantu rumah tangga, yang bekerja siang malam bagi keluarga itu, tetapi karena merasa mereka sudah menggajinya, maka mereka tidak layak menghargai atau mengucapkan terima kasih kepada mereka. Hal yang demikian juga kadang kita terapkan dalam beriman, yakni menganggap bahwa sudah sewajarnya Tuhan memberkati kita karena Dia Tuhan dan kita sudah melakukan pekerjaan-Nya lewat Gereja-Nya sehingga tidak perlu bersyukur dan berterimakasih kepada Dia. Maka sebagai orang beriman, baiklah kiranya kita tidak berlaku demikian. Hendaknya kita berani menghargai orang lain, perbuatan atau pekerjaan yang telah dilakukan orang lain untuk kita sekecil apapun, dan walaupun mereka sudah mendapat gaji atau upah dari pekerjaannya. Ucapan syukur hendaknya kita lambungkan terutama kepada Tuhan yang telah memberi hidup dan berkat-Nya kepada kita.
Mengharapkan jasa atau penghargaan atas apa yang telah kita kerjakan memang wajar. Namun kiranya hal itu bukan menjadi tujuan apalagi bila yang telah kita lakukan menyangkut Gereja atau kehidupan beriman. Janganlah kiranya kita menjadi gila hormat dan penghargaan bila melakukan sesuatu kebaikan kepada orang lain terutama kepada Gereja-Nya. Bila kita melakukan perbuatan baik kepada sesama dan terutama kepada Gereja-Nya, hendaknya kita selalu bersikap rendah hati dan selalu sadar bahwa kita melakukannya adalah karena iman, karena memang kita harus melakukannya, sehingga melakukannya dengan tulus. Dasar dari sikap demikian adalah karena kita adalah hamba-hamba Tuhan, yang sudah diberi anugerah hidup, mendapat kepercayaan dari Tuhan atas berkat-Nya, sehingga sudah selayaknya dan sepantasnya melakukan kebaikan karena Tuhan sudah terlebih dahulu sangat baik kepada kita. Lakukanlah semuanya dengan tulus hati dengan dijiwai oleh iman, meskipun yakin bahwa semuanya berkenan pada Tuhan dan Tuhan sendiri pasti akan membalasanya. Orang yang berbuat dengan tulus, dia tidak akan pernah kecewa dan mundur dari berbuat baik atau pelayan walaupun tidak dihargai oleh orang lain. Amin.
0 comments:
Post a Comment
Syalom. Terimakasih atas kunjungan dan komentarnya.Semoga Tuhan memberkati para Saudara.