RENUNGAN HARI BIASA PEKAN XXXII, Senin 7 Nopember 2011
Keb. 1:1-7; Mzm. 139:1-3,4-6,7-8,9-10; Luk. 17:1-6
Keb. 1:1-7; Mzm. 139:1-3,4-6,7-8,9-10; Luk. 17:1-6
BACAAN INJIL:
Yesus berkata kepada murid-murid-Nya: "Tidak mungkin tidak akan ada penyesatan, tetapi celakalah orang yang mengadakannya. Adalah lebih baik baginya jika sebuah batu kilangan diikatkan pada lehernya, lalu ia dilemparkan ke dalam laut, dari pada menyesatkan salah satu dari orang-orang yang lemah ini. Jagalah dirimu! Jikalau saudaramu berbuat dosa, tegorlah dia, dan jikalau ia menyesal, ampunilah dia. Bahkan jikalau ia berbuat dosa terhadap engkau tujuh kali sehari dan tujuh kali ia kembali kepadamu dan berkata: Aku menyesal, engkau harus mengampuni dia." Lalu kata rasul-rasul itu kepada Tuhan: "Tambahkanlah iman kami!" Jawab Tuhan: "Kalau sekiranya kamu mempunyai iman sebesar biji sesawi saja, kamu dapat berkata kepada pohon ara ini: Terbantunlah engkau dan tertanamlah di dalam laut, dan ia akan taat kepadamu."
RENUNGAN:
Tiada yang mustahil bagi orang yang percaya (beriman). Kiranya syair nyanyian ini begitu indah bila kita dengar dan meneguhkan iman kita. Namun untuk dapat sungguh beriman bukanlah hal yang mudah. Iman kita kepada Tuhan mungkin akan kuat atau teguh saat hidup kita terasa lancar, saat bahagia tidak ada persoalan, tetapi iman itu akan melemah bila kita menghadapi persoalan hidup. Tidak sedikit pula orang mengatakan dirinya beriman tetapi iman itu tidak tampak dalam hidup sehari-hari.
Yesus mengharapkan agar iman kita itu sungguh hidup dan nyata dalam hidup sehari-hari. Bahkan iman kita hendaknya bukan hanya membawa diri kita sendiri percaya kepada Allah, tetapi menjadi terang atau penuntun sesama kita pada Allah. Kita sebagai orang beriman bukannya malah menyesatkan orang lain. Memang terasa aneh mendengar pernyataan bahwa kita hendaknya menyesatkan orang lain. Iman tidak pernah menyesatkan kita dan sesama. Namun bisa saja kita sebagai orang beriman malah menyesatkan orang lain. Ini bisa terjadi manakala kita mengatakan diri sebagai orang beriman, tetapi iman itu tidak tampak dalam keseharian kita, misalnya saat menghadapi persoalan malah kita putus asa seakan tidak ada pengahrapan, kurang percaya pada kuasa dan kasih Allah. Melihat hal ini, orang lain berpikiran bahwa iman kita itu tidak benar, karena nyatanya kita yang mengatakan diri orang beriman tetapi tidak yakin dengan iman kita, dari sebab itu orang lainpun bisa menjadi tidak beriman. Juga bisa terjadi bila kita rajin ke Gereja, rajin berdoa dan rajin beribadah ternyata perilaku hidup kita tidak sesuai dengan iman kita, misalnya kita tidak mempunyai sikap cinta kasih kepada sesama, tidak punya pengampunan terhadap sesama. Bisa saja terjadi karena sikap kita yang tidak diresapi oleh iman, orang yang mulai berusaha beriman menjadi berpaling dari iman. Hal yang demikian bisa dikatakan bahwa kita malah menjadi membuat orang lain tersesat.
Mungkin kita berpikir tidak pernah menyesatkan orang lain. Tetapi terkadang kita dengan tidak sadar membuat orang lain tersesat yakni bila hidup kita tidak selaras dengan iman kita dan juga bila kita tidak peduli dengan orang lain, misalnya kita tahu sesama kita hidupnya tidak baik, tetapi kita membuarkannya begitu saja. Yesus mengatakan bahwa bila kita sungguh beriman, kita hendaknya menegur sesama kita yang berdosa, agar mereka tidak tersesat dan kembali kepada Allah. Kita hendaknya berani mengampuni sesama kita yang bersalah dan mita maaf kepada kita. Namun kadang kita sulit mengampuni orang yang bersalah kepada kita. Sikap tidak mau mengampuni sesama, adalah bukan sikap hidup kristiani.
Bahkan kadang kita dengan sengaja bisa menyesatkan orang lain, yakni bila kita mengajarkan iman bukan seperti yang diajarkan Gereja tetapi sesuai dengan pikiran dan kemauan kita. Jangan sampai hal ini terjadi, sebab Yesus dengan tegas mengatakan bahwa orang yang menyebapkan orang lain tersesat, orang itu celaka dan lebih baik ke lehernya diikatkan batu kilangan ke lehernya dan dia dilemparkan ke dalam laut.
Maka marilah kita berusaha senantiasa hidup dalam iman, hari demi hari memperdalam iman kita. Hari ini mari kita juga berseru, “Tuhan, tambahkanlah iman kami!” Juga kita ingatlah selalu bahwa tiada yang mustahil bagi orang yang percaya (beriman). Amin.
Yesus berkata kepada murid-murid-Nya: "Tidak mungkin tidak akan ada penyesatan, tetapi celakalah orang yang mengadakannya. Adalah lebih baik baginya jika sebuah batu kilangan diikatkan pada lehernya, lalu ia dilemparkan ke dalam laut, dari pada menyesatkan salah satu dari orang-orang yang lemah ini. Jagalah dirimu! Jikalau saudaramu berbuat dosa, tegorlah dia, dan jikalau ia menyesal, ampunilah dia. Bahkan jikalau ia berbuat dosa terhadap engkau tujuh kali sehari dan tujuh kali ia kembali kepadamu dan berkata: Aku menyesal, engkau harus mengampuni dia." Lalu kata rasul-rasul itu kepada Tuhan: "Tambahkanlah iman kami!" Jawab Tuhan: "Kalau sekiranya kamu mempunyai iman sebesar biji sesawi saja, kamu dapat berkata kepada pohon ara ini: Terbantunlah engkau dan tertanamlah di dalam laut, dan ia akan taat kepadamu."
RENUNGAN:
Tiada yang mustahil bagi orang yang percaya (beriman). Kiranya syair nyanyian ini begitu indah bila kita dengar dan meneguhkan iman kita. Namun untuk dapat sungguh beriman bukanlah hal yang mudah. Iman kita kepada Tuhan mungkin akan kuat atau teguh saat hidup kita terasa lancar, saat bahagia tidak ada persoalan, tetapi iman itu akan melemah bila kita menghadapi persoalan hidup. Tidak sedikit pula orang mengatakan dirinya beriman tetapi iman itu tidak tampak dalam hidup sehari-hari.
Yesus mengharapkan agar iman kita itu sungguh hidup dan nyata dalam hidup sehari-hari. Bahkan iman kita hendaknya bukan hanya membawa diri kita sendiri percaya kepada Allah, tetapi menjadi terang atau penuntun sesama kita pada Allah. Kita sebagai orang beriman bukannya malah menyesatkan orang lain. Memang terasa aneh mendengar pernyataan bahwa kita hendaknya menyesatkan orang lain. Iman tidak pernah menyesatkan kita dan sesama. Namun bisa saja kita sebagai orang beriman malah menyesatkan orang lain. Ini bisa terjadi manakala kita mengatakan diri sebagai orang beriman, tetapi iman itu tidak tampak dalam keseharian kita, misalnya saat menghadapi persoalan malah kita putus asa seakan tidak ada pengahrapan, kurang percaya pada kuasa dan kasih Allah. Melihat hal ini, orang lain berpikiran bahwa iman kita itu tidak benar, karena nyatanya kita yang mengatakan diri orang beriman tetapi tidak yakin dengan iman kita, dari sebab itu orang lainpun bisa menjadi tidak beriman. Juga bisa terjadi bila kita rajin ke Gereja, rajin berdoa dan rajin beribadah ternyata perilaku hidup kita tidak sesuai dengan iman kita, misalnya kita tidak mempunyai sikap cinta kasih kepada sesama, tidak punya pengampunan terhadap sesama. Bisa saja terjadi karena sikap kita yang tidak diresapi oleh iman, orang yang mulai berusaha beriman menjadi berpaling dari iman. Hal yang demikian bisa dikatakan bahwa kita malah menjadi membuat orang lain tersesat.
Mungkin kita berpikir tidak pernah menyesatkan orang lain. Tetapi terkadang kita dengan tidak sadar membuat orang lain tersesat yakni bila hidup kita tidak selaras dengan iman kita dan juga bila kita tidak peduli dengan orang lain, misalnya kita tahu sesama kita hidupnya tidak baik, tetapi kita membuarkannya begitu saja. Yesus mengatakan bahwa bila kita sungguh beriman, kita hendaknya menegur sesama kita yang berdosa, agar mereka tidak tersesat dan kembali kepada Allah. Kita hendaknya berani mengampuni sesama kita yang bersalah dan mita maaf kepada kita. Namun kadang kita sulit mengampuni orang yang bersalah kepada kita. Sikap tidak mau mengampuni sesama, adalah bukan sikap hidup kristiani.
Bahkan kadang kita dengan sengaja bisa menyesatkan orang lain, yakni bila kita mengajarkan iman bukan seperti yang diajarkan Gereja tetapi sesuai dengan pikiran dan kemauan kita. Jangan sampai hal ini terjadi, sebab Yesus dengan tegas mengatakan bahwa orang yang menyebapkan orang lain tersesat, orang itu celaka dan lebih baik ke lehernya diikatkan batu kilangan ke lehernya dan dia dilemparkan ke dalam laut.
Maka marilah kita berusaha senantiasa hidup dalam iman, hari demi hari memperdalam iman kita. Hari ini mari kita juga berseru, “Tuhan, tambahkanlah iman kami!” Juga kita ingatlah selalu bahwa tiada yang mustahil bagi orang yang percaya (beriman). Amin.
0 comments:
Post a Comment
Syalom. Terimakasih atas kunjungan dan komentarnya.Semoga Tuhan memberkati para Saudara.