RENUNGAN HARI BIASA PEKAN XXXII, Rabu 9 Nopember 2011
(Pesta Pemberkatan Gereja Basilika Lateran)
Yeh.47:1-2,8-9,12 atau 1Kor 3:9c-11,16-17, Mzm 46:2-3,5-6,8-9;R:5; Yoh 2:13-22
(Pesta Pemberkatan Gereja Basilika Lateran)
Yeh.47:1-2,8-9,12 atau 1Kor 3:9c-11,16-17, Mzm 46:2-3,5-6,8-9;R:5; Yoh 2:13-22
BACAAN INJIL:
Ketika hari raya Paskah orang Yahudi sudah dekat, Yesus berangkat ke Yerusalem. Dalam Bait Suci didapati-Nya pedagang-pedagang lembu, kambing domba dan merpati, dan penukar-penukar uang duduk di situ. Ia membuat cambuk dari tali lalu mengusir mereka semua dari Bait Suci dengan semua kambing domba dan lembu mereka; uang penukar-penukar dihamburkan-Nya ke tanah dan meja-meja mereka dibalikkan-Nya. Kepada pedagang-pedagang merpati Ia berkata: "Ambil semuanya ini dari sini, jangan kamu membuat rumah Bapa-Ku menjadi tempat berjualan."
Maka teringatlah murid-murid-Nya, bahwa ada tertulis: "Cinta untuk rumah-Mu menghanguskan Aku." Orang-orang Yahudi menantang Yesus, katanya: "Tanda apakah dapat Engkau tunjukkan kepada kami, bahwa Engkau berhak bertindak demikian?" Jawab Yesus kepada mereka: "Rombak Bait Allah ini, dan dalam tiga hari Aku akan mendirikannya kembali." Lalu kata orang Yahudi kepada-Nya: "Empat puluh enam tahun orang mendirikan Bait Allah ini dan Engkau dapat membangunnya dalam tiga hari?" Tetapi yang dimaksudkan-Nya dengan Bait Allah ialah tubuh-Nya sendiri. Kemudian, sesudah Ia bangkit dari antara orang mati, barulah teringat oleh murid-murid-Nya bahwa hal itu telah dikatakan-Nya, dan merekapun percayalah akan Kitab Suci dan akan perkataan yang telah diucapkan Yesus.
RENUNGAN:
Kita semua meyakini bahwa Gedung Gereja adalah rumah Tuhan. Dikatakan rumah Tuhan karena gereja itu dipersembahkan untuk Tuhan, dikuduskan untuk Tuhan. Gereja itu menjadi tanda kehadiran Tuhan di tengah hidup manusia dan di dalamnyalah umat ‘bertemu”, memuji memuliakan Tuhan dan menimba kekuatan baru bari Tuhan. Kita semua pasti tahu akan hal ini. Gedung Gereja sebagai rumah Tuhan, tentu diupayakan keagungan bangunan gereja, baik dari segi mutu bangunan dan sikap umat saat berada dalam gereja.
Kalau diperkotaan, gereja sebagai rumah Tuhan sungguh nampak dan dapat kita nikmati, karena gedung gereja begitu besar, anggun dan bagus sehingga umat bisa dengan mudah merasakan bahwa bangungan itu sungguh rumah Tuhan. Namun meskipun demikian, bangunan Gereja sebagai rumah Tuhan, harus juga tampak dalam sikap umat saat berada di dalam gereja maupun di sekitar gereja. Namun kiranya di tempat-tempat tertentu banyak gereja yang kurang layak disebut rumah Tuhan. Sebab begitu banyak gereja yang mutunya sangat jelek dibanding dengan rumah-rumah penduduk sekitar, apalagi bila dibandingkan dengan rumah-rumah orang kaya di perkotaan. Tuhan yang memberi hidup dan berkat kepada manusia, tetapi rumah atau bangunan yang dipersembahkan untuk Dia ternyata jauh lebih jelek dibandingkan dengan rumah manusia. Sehingga gereja sebagai rumah Tuhan hanya dalam iman, sering bukan dalam kenyataan. Hal ini juga semakin memprihatinkan ketika umat tidak menunjukkan sikap penghormatan ketika berada di dalam Gereja, misalnya saat perayaan terjadi, orang malah sibuk sendiri dengan pikirannya entah ke mana, malah ribut atau berbicara-bicara dengan orang lain, sibuk ber-sms ria, dan bersikap seperti berada di rumah sendiri atau di tempat rekreasi. Malahan di gereja-gereja stasi seringkali umat juga merokok atau makan sirih. Mengapa bisa demikian terjadi? Karena umat belum menghayati bahwa bangunan Gereja adalah rumah Tuhan. Tapi bisa juga karena memang bangunan gereja jauh lebih jelek daripada rumah umat itu sendiri.
Keyakinan bahwa bangunan Gereja sebagai rumah Tuhan, umumnya hanya dalam keyakinan, bukan dalam kenyataan hidup umat, juga terlihat dari besarnya pengorbanan umat bagi bangunan gereja. Seringkali umat begitu sulit berkorban untuk perawatan bangunan gereja, apalagi untuk pembangunan bangunan gereja. Suatu kenyataan bahwa untuk membangun rumah sendiri, untuk keperluan sehari-hari, umat menghabiskan banyak uang, tenaga dan waktu, tetapi bila untuk bangunan gereja, banyak umat yang sulit berkorban. Bila Gereja meminta umat untuk berbagi rejeki untuk pembangunan gereja, umumnya banyak umat yang pelit untuk memberi sumbangan, banyak yang berdalih bahwa mereka tidak bisa memberi apa-apa, dan ada pula yang mengatakan, “Kami hanya bisa nyumbang doa.” Ada pula kalaupun memberi, tetapi memberi sedikit dari banyak yang dikorbankan untuk hidupnya. Benarkah memang kita tidak punya apa-apa atau sedikit untuk dersembahkan untuk pembangunan rumah Tuhan? Padahal jelas kita semua ketahui bahwa bangunan gereja adalah rumah Tuhan. Sehingga bila kita menyakini sungguh akan hal ini, pasti kita semua berusaha dengan rela agar rumah Tuhan dapat terbangun dengan baik, dan juga dapat dirawat sehingga sungguh benar gereja adalah rumah Tuhan.
Inilah kiranya menjadi permenungan kita hari ini, Pesta Pemberkatan Gereja Lateran, kita diajak untuk menghayati kembali bahwa bangunan gereja adalah rumah Tuhan. Keyakinan kita harus kita tunjukkan dalam sikap yang baik dan benar selama dalam gereja, selama di sekitar gereja. Jangan kita jadikan gereja menjadi tempat berbisnis, menjadi tempat hiburan atau pajak dan lain-lain. Sikap iman kita juga harus kita ungkapkan dalam kerelaan berkorban untuk kepentingan gereja, terutama untuk pembangunan gereja di manapun berada, karena kita dalah satu saudara dan gereja di tempat lain, terutama di daerah terpencil adalah juga rumah Tuhan. Ingatlah, Tuhan telah memberi kita hidup dan berkat-Nya, tetapi rumah Tuhan kita bautkan yang jelek dan tidak layak. Amin.
Ketika hari raya Paskah orang Yahudi sudah dekat, Yesus berangkat ke Yerusalem. Dalam Bait Suci didapati-Nya pedagang-pedagang lembu, kambing domba dan merpati, dan penukar-penukar uang duduk di situ. Ia membuat cambuk dari tali lalu mengusir mereka semua dari Bait Suci dengan semua kambing domba dan lembu mereka; uang penukar-penukar dihamburkan-Nya ke tanah dan meja-meja mereka dibalikkan-Nya. Kepada pedagang-pedagang merpati Ia berkata: "Ambil semuanya ini dari sini, jangan kamu membuat rumah Bapa-Ku menjadi tempat berjualan."
Maka teringatlah murid-murid-Nya, bahwa ada tertulis: "Cinta untuk rumah-Mu menghanguskan Aku." Orang-orang Yahudi menantang Yesus, katanya: "Tanda apakah dapat Engkau tunjukkan kepada kami, bahwa Engkau berhak bertindak demikian?" Jawab Yesus kepada mereka: "Rombak Bait Allah ini, dan dalam tiga hari Aku akan mendirikannya kembali." Lalu kata orang Yahudi kepada-Nya: "Empat puluh enam tahun orang mendirikan Bait Allah ini dan Engkau dapat membangunnya dalam tiga hari?" Tetapi yang dimaksudkan-Nya dengan Bait Allah ialah tubuh-Nya sendiri. Kemudian, sesudah Ia bangkit dari antara orang mati, barulah teringat oleh murid-murid-Nya bahwa hal itu telah dikatakan-Nya, dan merekapun percayalah akan Kitab Suci dan akan perkataan yang telah diucapkan Yesus.
RENUNGAN:
Kita semua meyakini bahwa Gedung Gereja adalah rumah Tuhan. Dikatakan rumah Tuhan karena gereja itu dipersembahkan untuk Tuhan, dikuduskan untuk Tuhan. Gereja itu menjadi tanda kehadiran Tuhan di tengah hidup manusia dan di dalamnyalah umat ‘bertemu”, memuji memuliakan Tuhan dan menimba kekuatan baru bari Tuhan. Kita semua pasti tahu akan hal ini. Gedung Gereja sebagai rumah Tuhan, tentu diupayakan keagungan bangunan gereja, baik dari segi mutu bangunan dan sikap umat saat berada dalam gereja.
Kalau diperkotaan, gereja sebagai rumah Tuhan sungguh nampak dan dapat kita nikmati, karena gedung gereja begitu besar, anggun dan bagus sehingga umat bisa dengan mudah merasakan bahwa bangungan itu sungguh rumah Tuhan. Namun meskipun demikian, bangunan Gereja sebagai rumah Tuhan, harus juga tampak dalam sikap umat saat berada di dalam gereja maupun di sekitar gereja. Namun kiranya di tempat-tempat tertentu banyak gereja yang kurang layak disebut rumah Tuhan. Sebab begitu banyak gereja yang mutunya sangat jelek dibanding dengan rumah-rumah penduduk sekitar, apalagi bila dibandingkan dengan rumah-rumah orang kaya di perkotaan. Tuhan yang memberi hidup dan berkat kepada manusia, tetapi rumah atau bangunan yang dipersembahkan untuk Dia ternyata jauh lebih jelek dibandingkan dengan rumah manusia. Sehingga gereja sebagai rumah Tuhan hanya dalam iman, sering bukan dalam kenyataan. Hal ini juga semakin memprihatinkan ketika umat tidak menunjukkan sikap penghormatan ketika berada di dalam Gereja, misalnya saat perayaan terjadi, orang malah sibuk sendiri dengan pikirannya entah ke mana, malah ribut atau berbicara-bicara dengan orang lain, sibuk ber-sms ria, dan bersikap seperti berada di rumah sendiri atau di tempat rekreasi. Malahan di gereja-gereja stasi seringkali umat juga merokok atau makan sirih. Mengapa bisa demikian terjadi? Karena umat belum menghayati bahwa bangunan Gereja adalah rumah Tuhan. Tapi bisa juga karena memang bangunan gereja jauh lebih jelek daripada rumah umat itu sendiri.
Keyakinan bahwa bangunan Gereja sebagai rumah Tuhan, umumnya hanya dalam keyakinan, bukan dalam kenyataan hidup umat, juga terlihat dari besarnya pengorbanan umat bagi bangunan gereja. Seringkali umat begitu sulit berkorban untuk perawatan bangunan gereja, apalagi untuk pembangunan bangunan gereja. Suatu kenyataan bahwa untuk membangun rumah sendiri, untuk keperluan sehari-hari, umat menghabiskan banyak uang, tenaga dan waktu, tetapi bila untuk bangunan gereja, banyak umat yang sulit berkorban. Bila Gereja meminta umat untuk berbagi rejeki untuk pembangunan gereja, umumnya banyak umat yang pelit untuk memberi sumbangan, banyak yang berdalih bahwa mereka tidak bisa memberi apa-apa, dan ada pula yang mengatakan, “Kami hanya bisa nyumbang doa.” Ada pula kalaupun memberi, tetapi memberi sedikit dari banyak yang dikorbankan untuk hidupnya. Benarkah memang kita tidak punya apa-apa atau sedikit untuk dersembahkan untuk pembangunan rumah Tuhan? Padahal jelas kita semua ketahui bahwa bangunan gereja adalah rumah Tuhan. Sehingga bila kita menyakini sungguh akan hal ini, pasti kita semua berusaha dengan rela agar rumah Tuhan dapat terbangun dengan baik, dan juga dapat dirawat sehingga sungguh benar gereja adalah rumah Tuhan.
Inilah kiranya menjadi permenungan kita hari ini, Pesta Pemberkatan Gereja Lateran, kita diajak untuk menghayati kembali bahwa bangunan gereja adalah rumah Tuhan. Keyakinan kita harus kita tunjukkan dalam sikap yang baik dan benar selama dalam gereja, selama di sekitar gereja. Jangan kita jadikan gereja menjadi tempat berbisnis, menjadi tempat hiburan atau pajak dan lain-lain. Sikap iman kita juga harus kita ungkapkan dalam kerelaan berkorban untuk kepentingan gereja, terutama untuk pembangunan gereja di manapun berada, karena kita dalah satu saudara dan gereja di tempat lain, terutama di daerah terpencil adalah juga rumah Tuhan. Ingatlah, Tuhan telah memberi kita hidup dan berkat-Nya, tetapi rumah Tuhan kita bautkan yang jelek dan tidak layak. Amin.
0 comments:
Post a Comment
Syalom. Terimakasih atas kunjungan dan komentarnya.Semoga Tuhan memberkati para Saudara.