Warga diminta tenang hadapi SMS provokasi
Menyusul berbagai penyebaran SMS dan teror bom yang ditemukan kemarin di kota Ambon yang tujuannya memprovokasi warga, para pemuka agama setempat minta warga untuk tidak terprovokasi.
“Kita harus tetap memperkuat ketahanan masyarakat terhadap berbagai upaya provokasi dan kita juga bangga dengan ketahanan masyarakat terhadap berbagai upaya provokasi yang terjadi karena mereka tidak mudah dipengaruhi begitu saja,” kata Pastor Agus Ulahayanan, sektretaris keuskupan Amboina, seperti dikutip Suara Pembaruan (29/9).
Pastor Agus mengaku saat ini warga tak mau lagi dibodohi dengan berbagai bentuk provokasi dan harus terjerumus untuk hidup dalam konflik yang hanya menyusahkan semua orang sebagaimana tahun 1999 silam.
Lebih lanjut Pastor Agus mengatakan, banyak orang Maluku sudah tidak mau lagi hidup susah di tengah kerusuhan yang pernah terjadi, sebab semua orang sudah merasakan susahnya bagaimana dan sudah menyesal semuanya dan tidak lagi mau dibodohi.
“Beberapa peristiwa yang terjadi, terutama dengan pelemparan dan temuan bom tersebut tidak bisa disangkal akan menjadi sebuah sarana provokasi, entah tujuannya apa,” ujarnya.
Sementara kepala Divisi Humas Polri Inspektur Jenderal Anton Bachrul Alam mengungkapkan, jenis rakitan bom di Kota Ambon, Maluku, berbeda dari bom di Kepunton, Solo, Jawa Tengah.
Ketika ditanya mengenai pelaku bom di empat tempat di Ambon, Anton menyatakan, saat ini kepolisian masih menelusurinya. Namun, polisi menduga keempat bom tersebut dirakit oleh orang yang sama dengan. Hal itu dilihat dari jenis bom rakitannya.
“Jenis (empat) bom di Ambon sama. Dua meledak, dua tidak. Masih didalami, kita tunggu saja kelompok mana yang melakukan aksi ini,” ujarnya.
Disadur dari: www.cathnewsindonesia.com
“Kita harus tetap memperkuat ketahanan masyarakat terhadap berbagai upaya provokasi dan kita juga bangga dengan ketahanan masyarakat terhadap berbagai upaya provokasi yang terjadi karena mereka tidak mudah dipengaruhi begitu saja,” kata Pastor Agus Ulahayanan, sektretaris keuskupan Amboina, seperti dikutip Suara Pembaruan (29/9).
Pastor Agus mengaku saat ini warga tak mau lagi dibodohi dengan berbagai bentuk provokasi dan harus terjerumus untuk hidup dalam konflik yang hanya menyusahkan semua orang sebagaimana tahun 1999 silam.
Lebih lanjut Pastor Agus mengatakan, banyak orang Maluku sudah tidak mau lagi hidup susah di tengah kerusuhan yang pernah terjadi, sebab semua orang sudah merasakan susahnya bagaimana dan sudah menyesal semuanya dan tidak lagi mau dibodohi.
“Beberapa peristiwa yang terjadi, terutama dengan pelemparan dan temuan bom tersebut tidak bisa disangkal akan menjadi sebuah sarana provokasi, entah tujuannya apa,” ujarnya.
Sementara kepala Divisi Humas Polri Inspektur Jenderal Anton Bachrul Alam mengungkapkan, jenis rakitan bom di Kota Ambon, Maluku, berbeda dari bom di Kepunton, Solo, Jawa Tengah.
Ketika ditanya mengenai pelaku bom di empat tempat di Ambon, Anton menyatakan, saat ini kepolisian masih menelusurinya. Namun, polisi menduga keempat bom tersebut dirakit oleh orang yang sama dengan. Hal itu dilihat dari jenis bom rakitannya.
“Jenis (empat) bom di Ambon sama. Dua meledak, dua tidak. Masih didalami, kita tunggu saja kelompok mana yang melakukan aksi ini,” ujarnya.
Disadur dari: www.cathnewsindonesia.com
0 comments:
Post a Comment
Syalom. Terimakasih atas kunjungan dan komentarnya.Semoga Tuhan memberkati para Saudara.