RENUNGAN HARI MINGGU BIASA PEKAN XXVI
MINGGU 25 September 2011
Yeh 18:25-28, Mzm 25:4bc-5,6-7,8-9, Flp 2:1-11, Mat 21:28-32
MINGGU 25 September 2011
Yeh 18:25-28, Mzm 25:4bc-5,6-7,8-9, Flp 2:1-11, Mat 21:28-32
“Para pemungut cukai dan para pelacur akan mendahului kamu masuk ke dalam kerajaan surga.”
BACAAN INJIL: Mat 21:28-32
"Tetapi apakah pendapatmu tentang ini: Seorang mempunyai dua anak laki-laki. Ia pergi kepada anak yang sulung dan berkata: Anakku, pergi dan bekerjalah hari ini dalam kebun anggur. Jawab anak itu: Baik, bapa. Tetapi ia tidak pergi. Lalu orang itu pergi kepada anak yang kedua dan berkata demikian juga. Dan anak itu menjawab: Aku tidak mau. Tetapi kemudian ia menyesal lalu pergi juga. Siapakah di antara kedua orang itu yang melakukan kehendak ayahnya?" Jawab mereka: "Yang terakhir." Kata Yesus kepada mereka: "Aku berkata kepadamu, sesungguhnya pemungut-pemungut cukai dan perempuan-perempuan sundal akan mendahului kamu masuk ke dalam Kerajaan Allah. Sebab Yohanes datang untuk menunjukkan jalan kebenaran kepadamu, dan kamu tidak percaya kepadanya. Tetapi pemungut-pemungut cukai dan perempuan-perempuan sundal percaya kepadanya. Dan meskipun kamu melihatnya, tetapi kemudian kamu tidak menyesal dan kamu tidak juga percaya kepadanya."
RENUNGAN:
Beriman bukan hanya sekedar kata-kata atau penampilan, tetapi harus nyata dalam hidup dan perbuatan yang menghyati apa yang diimani.
Injil hari ini sungguh membawa kita mengingat kembali pada masa kecil kita. Saat kita kecil, kita pasti pernah melakukan seperti yang digambarkan dalam Injil hari ini, yakni orang tua menyuruh kita melakukan suatu pekerjaan, kita menjawab ‘ya’ tetapi ternyata tidak melakukannya. Apa yang disuruh orang tua kita pasti sesuatu yang baik, tetapi kita saat itu mengatakan ‘ya’ namun tidak melakukannya, mungkin karena kita lagi asyik bermain-main, atau karena kita belum mengerti bahwa yang disuruh orang tua itu adalah baik, atau karena kita tidak mau capek melakukan yang disuruh orang tua. Ketika itu, pasti orang tua kita senang mendengar jawaban kita, padahal kita tidak melakukannya. Setelah orang tua tahu bahwa kita tidak melakukan apa yang sudah kita jawab ‘ya’, saat itu pasti orang tua menjadi marah dan kita kena marah. Namun tentu juga kita waktu anak-anak pernah mengatakan tidak pada perintah orang tua, tetapi akhirnya melakukannya. Kita akhirnya melakukan perintah orang tua, bukan karena sadar itu baik, tetapi mungkin karena kita takut dihukum. Kita sebagai orang tua tentu pasti jengkel bila anak mengatakan ‘ya’ atas apa yang kita suruh tetapi tidak melakukannya. Kalau dulu kita melakukan hal demikian kepada orang tua kita, sekarang setelah menjadi orang tua, pasti anak-anak kita juga melakukan hal yang sama kepada kita.
Kebiasaan waktu kecil ini ternyata juga masih sering terjadi dan dilakukan juga orang dewasa. Kita lihat aja apa yang terjadi saat ini, banyak para koruptor yang pada saat menduduki jabatan, mereka pasti disumpah untuk setia pada pekerjaan, pada pimpinan dan untuk bekerja demi kepentingan rakyat. Mereka pasti berpenampilan menawan dan dalam kata sambutan pun pasti mereka mengatakan hal-hal yang baik atau janji-janji yang enak di dengar. Tetapi dalam kenyataannya, hidup mereka dan apa yang mereka lakukan tidak seperti yang mereka katakan dan tidak sesuai dengan jabatan mereka.
Namun kiranya hal seperti itu juga sering kita lakukan. Kita dengan mudah mengatakan ‘ya’ atas suatu kebaikan dan kebenaran, tetapi kita tidak melakukannya. Demikian juga dalam hidup beriman. Dalam Injil hari ini, teguran Yesus kepada para imam-imam kepala dan tua-tua bangsa Yahudi juga ditujukan kepada kita semua, sehingga kitapun harus ikut merenungkan hidup iman kita. Yesus mengkritik imam-imam kepala dan tua-tua bangsa Yahudi yang menganggap dirinya baik, suci, dekat dengan Tuhan, mereka itu juga banyak tahu akan sabda Tuhan, peraturan Tuhan dan bahkan banyak membuat peraturan tetapi hidup mereka tidak sesuai dengan penampilan dan dengan apa yang mereka katakan. Sedangkan para pemungut cukai dan para pelacur, adalah orang yang dianggap hina, tetapi mereka sadar akan kedosaan mereka sehingga ketika mendengarkan pewartaan Yohanes Pembaptis, mereka mau bertobat. Yesus mengatakan bahwa mereka itulah yang akan terlebih dahulu masuk surga. Mereka lebih dahulu masuk surga, tentu bukan karena status mereka tetapi karena kesadaran diri sebagai orang berdosa dan mereka mau bertobat. Pertobatan mereka dinyatakan dengan hidup menuruti ajaran Yohanes Pembaptis. Sedangkan para imam kepala dan tua-tua Yahudi tidak menyadari kedosaan mereka, malah menganggap dirinya baik dan benar, dan mereka tidak mau bertobat.
Kita mungkin juga pasti sering mengatakan ‘ya’ atas iman kita, tetapi kita tidak hidup sesuai dengan iman kita. Mungkin kita rajin ke Gereja, aktif dalam kegiatan Gereja, menjadi pengurus Gereja dan mungkin pintar berkotbah sampai hapal ayat-ayat kitab Suci, tetapi hidup kita tidak hidup seperti apa yang kita imani, tidak sesuai dengan ulah kesalehan yang kita lakukan dan hidup kita tidak sesuai dengan apa yang kita katakan. Tidak sedikit orang yang mengatakan dirinya beriman tetapi tidak hidup sebagai orang beriman. Mengapa demikian? Yang jelas karena belum sungguh percaya kepada Tuhan. Kita malah sering mempersalahkan Tuhan atas hidup kita, kita terlalu banyak menuntut pada Tuhan. Coba kita dengarkan apa yang dikatakan Tuhan dalam Bacaan I tadi, “Tetapi kamu berkata: Tindakan Tuhan tidak tepat! Dengarlah dulu, hai kaum Israel, apakah tindakan-Ku yang tidak tepat ataukah tindakanmu yang tidak tepat?” Jelas bahwa Tuhan tidak pernah melakukan tindakan yang tidak tepat atas kita, tetapi kitalah yang selalu tidak mau percaya pada-Nya dan tindakan kitalah yang seringkali tidak tepat. Maka seruan pertobatan hari ini hendaknya mengajak dan membuat kita berani bertobat, yakni hidup sesuai dengan apa yang kita imani.
Kita bertobat dengan hidup sesuai dengan yang kita imani dan kita katakan, yakni harus tampak dalam sikap hidup sehati dan sepikir dalam kasih bersama orang lain, satu jiwa, satu tujuan, dengan tidak mencari kepentingan sendiri atau puji-pujian yang sia-sia. Lebih lanjut Paulus mengatakan bahwa hidup orang beriman adalah selalu mementingkan kepentingan orang lain, tidak mementingkan diri sendiri. Terlebih lagi Paulus mengatakan, hidup kita bersama, menaruh pikiran dan perasaan yang terdapat juga dalam Kristus Yesus, yang walaupun dalam rupa Allah, tidak menganggap kesetaraan dengan Allah itu sebagai milik yang harus dipertahankan, melainkan telah mengosongkan diri-Nya sendiri, dan mengambil rupa seorang hamba, dan menjadi sama dengan manusia. Dengan hidup demikian, nyatalah bahwa kita tidak hanya mengatakan ‘ya’ tetapi sungguh hidup baik sesuai dengan iman kita. Dengan hidup demikian, percayalah bahwa kita akan beroleh hidup bahagia dan kekal serta masuk Surga. Oleh karena itu, mari kita bertobat, hidup beriman dan menjadi pelaku-pelaku sabda Tuhan. Amin.
"Tetapi apakah pendapatmu tentang ini: Seorang mempunyai dua anak laki-laki. Ia pergi kepada anak yang sulung dan berkata: Anakku, pergi dan bekerjalah hari ini dalam kebun anggur. Jawab anak itu: Baik, bapa. Tetapi ia tidak pergi. Lalu orang itu pergi kepada anak yang kedua dan berkata demikian juga. Dan anak itu menjawab: Aku tidak mau. Tetapi kemudian ia menyesal lalu pergi juga. Siapakah di antara kedua orang itu yang melakukan kehendak ayahnya?" Jawab mereka: "Yang terakhir." Kata Yesus kepada mereka: "Aku berkata kepadamu, sesungguhnya pemungut-pemungut cukai dan perempuan-perempuan sundal akan mendahului kamu masuk ke dalam Kerajaan Allah. Sebab Yohanes datang untuk menunjukkan jalan kebenaran kepadamu, dan kamu tidak percaya kepadanya. Tetapi pemungut-pemungut cukai dan perempuan-perempuan sundal percaya kepadanya. Dan meskipun kamu melihatnya, tetapi kemudian kamu tidak menyesal dan kamu tidak juga percaya kepadanya."
RENUNGAN:
Beriman bukan hanya sekedar kata-kata atau penampilan, tetapi harus nyata dalam hidup dan perbuatan yang menghyati apa yang diimani.
Injil hari ini sungguh membawa kita mengingat kembali pada masa kecil kita. Saat kita kecil, kita pasti pernah melakukan seperti yang digambarkan dalam Injil hari ini, yakni orang tua menyuruh kita melakukan suatu pekerjaan, kita menjawab ‘ya’ tetapi ternyata tidak melakukannya. Apa yang disuruh orang tua kita pasti sesuatu yang baik, tetapi kita saat itu mengatakan ‘ya’ namun tidak melakukannya, mungkin karena kita lagi asyik bermain-main, atau karena kita belum mengerti bahwa yang disuruh orang tua itu adalah baik, atau karena kita tidak mau capek melakukan yang disuruh orang tua. Ketika itu, pasti orang tua kita senang mendengar jawaban kita, padahal kita tidak melakukannya. Setelah orang tua tahu bahwa kita tidak melakukan apa yang sudah kita jawab ‘ya’, saat itu pasti orang tua menjadi marah dan kita kena marah. Namun tentu juga kita waktu anak-anak pernah mengatakan tidak pada perintah orang tua, tetapi akhirnya melakukannya. Kita akhirnya melakukan perintah orang tua, bukan karena sadar itu baik, tetapi mungkin karena kita takut dihukum. Kita sebagai orang tua tentu pasti jengkel bila anak mengatakan ‘ya’ atas apa yang kita suruh tetapi tidak melakukannya. Kalau dulu kita melakukan hal demikian kepada orang tua kita, sekarang setelah menjadi orang tua, pasti anak-anak kita juga melakukan hal yang sama kepada kita.
Kebiasaan waktu kecil ini ternyata juga masih sering terjadi dan dilakukan juga orang dewasa. Kita lihat aja apa yang terjadi saat ini, banyak para koruptor yang pada saat menduduki jabatan, mereka pasti disumpah untuk setia pada pekerjaan, pada pimpinan dan untuk bekerja demi kepentingan rakyat. Mereka pasti berpenampilan menawan dan dalam kata sambutan pun pasti mereka mengatakan hal-hal yang baik atau janji-janji yang enak di dengar. Tetapi dalam kenyataannya, hidup mereka dan apa yang mereka lakukan tidak seperti yang mereka katakan dan tidak sesuai dengan jabatan mereka.
Namun kiranya hal seperti itu juga sering kita lakukan. Kita dengan mudah mengatakan ‘ya’ atas suatu kebaikan dan kebenaran, tetapi kita tidak melakukannya. Demikian juga dalam hidup beriman. Dalam Injil hari ini, teguran Yesus kepada para imam-imam kepala dan tua-tua bangsa Yahudi juga ditujukan kepada kita semua, sehingga kitapun harus ikut merenungkan hidup iman kita. Yesus mengkritik imam-imam kepala dan tua-tua bangsa Yahudi yang menganggap dirinya baik, suci, dekat dengan Tuhan, mereka itu juga banyak tahu akan sabda Tuhan, peraturan Tuhan dan bahkan banyak membuat peraturan tetapi hidup mereka tidak sesuai dengan penampilan dan dengan apa yang mereka katakan. Sedangkan para pemungut cukai dan para pelacur, adalah orang yang dianggap hina, tetapi mereka sadar akan kedosaan mereka sehingga ketika mendengarkan pewartaan Yohanes Pembaptis, mereka mau bertobat. Yesus mengatakan bahwa mereka itulah yang akan terlebih dahulu masuk surga. Mereka lebih dahulu masuk surga, tentu bukan karena status mereka tetapi karena kesadaran diri sebagai orang berdosa dan mereka mau bertobat. Pertobatan mereka dinyatakan dengan hidup menuruti ajaran Yohanes Pembaptis. Sedangkan para imam kepala dan tua-tua Yahudi tidak menyadari kedosaan mereka, malah menganggap dirinya baik dan benar, dan mereka tidak mau bertobat.
Kita mungkin juga pasti sering mengatakan ‘ya’ atas iman kita, tetapi kita tidak hidup sesuai dengan iman kita. Mungkin kita rajin ke Gereja, aktif dalam kegiatan Gereja, menjadi pengurus Gereja dan mungkin pintar berkotbah sampai hapal ayat-ayat kitab Suci, tetapi hidup kita tidak hidup seperti apa yang kita imani, tidak sesuai dengan ulah kesalehan yang kita lakukan dan hidup kita tidak sesuai dengan apa yang kita katakan. Tidak sedikit orang yang mengatakan dirinya beriman tetapi tidak hidup sebagai orang beriman. Mengapa demikian? Yang jelas karena belum sungguh percaya kepada Tuhan. Kita malah sering mempersalahkan Tuhan atas hidup kita, kita terlalu banyak menuntut pada Tuhan. Coba kita dengarkan apa yang dikatakan Tuhan dalam Bacaan I tadi, “Tetapi kamu berkata: Tindakan Tuhan tidak tepat! Dengarlah dulu, hai kaum Israel, apakah tindakan-Ku yang tidak tepat ataukah tindakanmu yang tidak tepat?” Jelas bahwa Tuhan tidak pernah melakukan tindakan yang tidak tepat atas kita, tetapi kitalah yang selalu tidak mau percaya pada-Nya dan tindakan kitalah yang seringkali tidak tepat. Maka seruan pertobatan hari ini hendaknya mengajak dan membuat kita berani bertobat, yakni hidup sesuai dengan apa yang kita imani.
Kita bertobat dengan hidup sesuai dengan yang kita imani dan kita katakan, yakni harus tampak dalam sikap hidup sehati dan sepikir dalam kasih bersama orang lain, satu jiwa, satu tujuan, dengan tidak mencari kepentingan sendiri atau puji-pujian yang sia-sia. Lebih lanjut Paulus mengatakan bahwa hidup orang beriman adalah selalu mementingkan kepentingan orang lain, tidak mementingkan diri sendiri. Terlebih lagi Paulus mengatakan, hidup kita bersama, menaruh pikiran dan perasaan yang terdapat juga dalam Kristus Yesus, yang walaupun dalam rupa Allah, tidak menganggap kesetaraan dengan Allah itu sebagai milik yang harus dipertahankan, melainkan telah mengosongkan diri-Nya sendiri, dan mengambil rupa seorang hamba, dan menjadi sama dengan manusia. Dengan hidup demikian, nyatalah bahwa kita tidak hanya mengatakan ‘ya’ tetapi sungguh hidup baik sesuai dengan iman kita. Dengan hidup demikian, percayalah bahwa kita akan beroleh hidup bahagia dan kekal serta masuk Surga. Oleh karena itu, mari kita bertobat, hidup beriman dan menjadi pelaku-pelaku sabda Tuhan. Amin.
0 comments:
Post a Comment
Syalom. Terimakasih atas kunjungan dan komentarnya.Semoga Tuhan memberkati para Saudara.