RENUNGAN HARI BIASA PEKAN XIX, JUMAT 19 AGUSTUS 2011
(Angelus Agustinus Mazzinghi, Helena, Gervasius Brunel, Paulus Charles & Elias Desgardin)
Rut 1:1,3-6,14b,22; Mzm 146:5-6,7,8-9a,9bc-10; Mat 22:34-40
(Angelus Agustinus Mazzinghi, Helena, Gervasius Brunel, Paulus Charles & Elias Desgardin)
Rut 1:1,3-6,14b,22; Mzm 146:5-6,7,8-9a,9bc-10; Mat 22:34-40
BACAAN INJIL:
Ketika orang-orang Farisi mendengar, bahwa Yesus telah membuat orang-orang Saduki itu bungkam, berkumpullah mereka dan seorang dari mereka, seorang ahli Taurat, bertanya untuk mencobai Dia: "Guru, hukum manakah yang terutama dalam hukum Taurat?" Jawab Yesus kepadanya: "Kasihilah Tuhan, Allahmu, dengan segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu dan dengan segenap akal budimu. Itulah hukum yang terutama dan yang pertama. Dan hukum yang kedua, yang sama dengan itu, ialah: Kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri. Pada kedua hukum inilah tergantung seluruh hukum Taurat dan kitab para nabi."
RENUNGAN:
Apa defenisi kasih? Pasti orang akan memberi jawaban yang beragam yang kadang menurut pengalaman masing-masing. Kasih atau cinta kasih memang suatu hal yang dibutuhkan manusia, setiap orang butuh dikasihi. Oleh karena itulah banyak buku yang berusaha menggambarkan apa sebenarnya kasih itu, juga hal yang sama kita dapat temukan dalam nyanyian-nyanyian maupun sinetron yang bertema kasih. Kita mendambakan kasih baik dari orang lain dan terutama dari Allah sendiri, dan bahkan kita seringkali dengan sangat gampang berbicara tentang kasih, namun yang sering terjadi kita sulit untuk menghidupinya. Kadang kita ingin dikasihi, tetapi kita sendiri tidak melakukannya.
Dalam permenungan hari ini, kalau kita ditanya apakah kita dikasihi oleh Allah. Mungkin sebagian akan menjawab bahwa Allah mengasihinya. Tetapi tidak sedikit juga orang yang ragu akan kasih Allah atas dirinya. Apakah memang Allah tidak mengasihi manusia dan kasih-Nya membeda-bedakan? Jawaban yang pasti harus kita yakini bahwa semua orang dikasihi oleh Allah dan kasih-Nya tidak membeda-bedakan. Terkadang orang sampai pada pemikiran meragukan kasih Allah adalah karena iman dan kesadaran akan kasih Allah atas dirinya kurang mendalam.
Juga bila kita ditanya, “Apakah kita mengasihi Allah? Banyak diantara kita pasti dengan mantap menjawa, ‘ya’. Kita merasa sudah mengasihi Allah karena kita sudah penjadi pengikut-Nya, karena kita sudah mau percaya kepada-Nya, atau karena kita sudah rajin dalam kehidupan menggereja, rajin ibadah hari minggu atau pada kegiatan-kegiatan lain dan bahkan menjadi pengurus Gereja. Namun kiranya itu semua belumlah cukup sebagai jawaban atau bukti bahwa kita sudah mengasihi Allah. Kasih kepada Allah harus diungkapkan dalam seluruh kehidupan kita, bukan dalam bentuk yang kita lihat di atas tadi. Yesus mengatakan bahwa kasih kepada Allah harus dengan segenap hati. Karena bisa saja kita mengatakan kasih kepada Allah tetapi hati kita bukan untuk Dia, tetapi masih kepada harta, kekayaan dan pangkat. Kasih kepada Allah juga harus dengan segenap jiwa. Sebab seringkali kita mengatakan mengasihi Allah tetapi kita lebih mudah mengorbankan iman kita karena jabatan, pangkan dan kekayaan. Sehingga saat kita sulit untuk berkorban karena iman kepada Allah, apakah dengan demikian kita layak mengatakan bahwa kita sungguh mengasihi Allah? Tentulah tidak. Kalau memang sungguh kita mengasihi Allah, kita harus rela berkorban, bahkan berkorban jiwa sekalipun seperti yang telah dilakukan oleh para martir. Kasih kepada Allah juga dengan segenap akal budi kita. Artinya pikiran dan akal budi kita hendaknya diresapi dan dijiwai oleh kasih kepada Allah. Sehingga kita selalu memikirkan bentuk kasih kepada Allah.
Yang lebih penting lagi Yesus mengatakan bahwa kasih kepada Allah itu harus nyata dalam perbuatan kasih kepada sesama. Hal yang satu ini juga seringkali kita abaikan. Kadang kita temukan betapa banyaknya orang yang dengan indah berkata-kata tentang kasih, banyak orang yang dengan mudah mengatakan kata-kata indah dengan mengutip sabda Tuhan dan rajin ke Gereja dan aktif dalam kegiatan-kegiatan Gereja, namun mereka melalaikan kasih kepada sesamanya. Mari kita ingat bahwa kasih kepada Allah dan kasih kepada sesama adalah 2 hal yang tidak dipisahkan satu sama lain. Kasih kepada Allah tidak bisa dipisahkan dari kasih kepada sesama, demikian sebaliknya. Tidak mungkin orang sungguh mengasihi Allah bila dia tidak mengasihi sesamanya. Bila seseorang mengatakan dirinya sungguh mengasihi Allah tetapi tidak mengasihi sesamanya, itu adalah kebohongan belaka. Maka para saudara, mari kita berusaha mengasihi Allah dengan segenap hidup kita dan kasih kepada Allah itu kita wujudkan dalam kasih kepada sesama kita.
Ketika orang-orang Farisi mendengar, bahwa Yesus telah membuat orang-orang Saduki itu bungkam, berkumpullah mereka dan seorang dari mereka, seorang ahli Taurat, bertanya untuk mencobai Dia: "Guru, hukum manakah yang terutama dalam hukum Taurat?" Jawab Yesus kepadanya: "Kasihilah Tuhan, Allahmu, dengan segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu dan dengan segenap akal budimu. Itulah hukum yang terutama dan yang pertama. Dan hukum yang kedua, yang sama dengan itu, ialah: Kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri. Pada kedua hukum inilah tergantung seluruh hukum Taurat dan kitab para nabi."
RENUNGAN:
Apa defenisi kasih? Pasti orang akan memberi jawaban yang beragam yang kadang menurut pengalaman masing-masing. Kasih atau cinta kasih memang suatu hal yang dibutuhkan manusia, setiap orang butuh dikasihi. Oleh karena itulah banyak buku yang berusaha menggambarkan apa sebenarnya kasih itu, juga hal yang sama kita dapat temukan dalam nyanyian-nyanyian maupun sinetron yang bertema kasih. Kita mendambakan kasih baik dari orang lain dan terutama dari Allah sendiri, dan bahkan kita seringkali dengan sangat gampang berbicara tentang kasih, namun yang sering terjadi kita sulit untuk menghidupinya. Kadang kita ingin dikasihi, tetapi kita sendiri tidak melakukannya.
Dalam permenungan hari ini, kalau kita ditanya apakah kita dikasihi oleh Allah. Mungkin sebagian akan menjawab bahwa Allah mengasihinya. Tetapi tidak sedikit juga orang yang ragu akan kasih Allah atas dirinya. Apakah memang Allah tidak mengasihi manusia dan kasih-Nya membeda-bedakan? Jawaban yang pasti harus kita yakini bahwa semua orang dikasihi oleh Allah dan kasih-Nya tidak membeda-bedakan. Terkadang orang sampai pada pemikiran meragukan kasih Allah adalah karena iman dan kesadaran akan kasih Allah atas dirinya kurang mendalam.
Juga bila kita ditanya, “Apakah kita mengasihi Allah? Banyak diantara kita pasti dengan mantap menjawa, ‘ya’. Kita merasa sudah mengasihi Allah karena kita sudah penjadi pengikut-Nya, karena kita sudah mau percaya kepada-Nya, atau karena kita sudah rajin dalam kehidupan menggereja, rajin ibadah hari minggu atau pada kegiatan-kegiatan lain dan bahkan menjadi pengurus Gereja. Namun kiranya itu semua belumlah cukup sebagai jawaban atau bukti bahwa kita sudah mengasihi Allah. Kasih kepada Allah harus diungkapkan dalam seluruh kehidupan kita, bukan dalam bentuk yang kita lihat di atas tadi. Yesus mengatakan bahwa kasih kepada Allah harus dengan segenap hati. Karena bisa saja kita mengatakan kasih kepada Allah tetapi hati kita bukan untuk Dia, tetapi masih kepada harta, kekayaan dan pangkat. Kasih kepada Allah juga harus dengan segenap jiwa. Sebab seringkali kita mengatakan mengasihi Allah tetapi kita lebih mudah mengorbankan iman kita karena jabatan, pangkan dan kekayaan. Sehingga saat kita sulit untuk berkorban karena iman kepada Allah, apakah dengan demikian kita layak mengatakan bahwa kita sungguh mengasihi Allah? Tentulah tidak. Kalau memang sungguh kita mengasihi Allah, kita harus rela berkorban, bahkan berkorban jiwa sekalipun seperti yang telah dilakukan oleh para martir. Kasih kepada Allah juga dengan segenap akal budi kita. Artinya pikiran dan akal budi kita hendaknya diresapi dan dijiwai oleh kasih kepada Allah. Sehingga kita selalu memikirkan bentuk kasih kepada Allah.
Yang lebih penting lagi Yesus mengatakan bahwa kasih kepada Allah itu harus nyata dalam perbuatan kasih kepada sesama. Hal yang satu ini juga seringkali kita abaikan. Kadang kita temukan betapa banyaknya orang yang dengan indah berkata-kata tentang kasih, banyak orang yang dengan mudah mengatakan kata-kata indah dengan mengutip sabda Tuhan dan rajin ke Gereja dan aktif dalam kegiatan-kegiatan Gereja, namun mereka melalaikan kasih kepada sesamanya. Mari kita ingat bahwa kasih kepada Allah dan kasih kepada sesama adalah 2 hal yang tidak dipisahkan satu sama lain. Kasih kepada Allah tidak bisa dipisahkan dari kasih kepada sesama, demikian sebaliknya. Tidak mungkin orang sungguh mengasihi Allah bila dia tidak mengasihi sesamanya. Bila seseorang mengatakan dirinya sungguh mengasihi Allah tetapi tidak mengasihi sesamanya, itu adalah kebohongan belaka. Maka para saudara, mari kita berusaha mengasihi Allah dengan segenap hidup kita dan kasih kepada Allah itu kita wujudkan dalam kasih kepada sesama kita.
0 comments:
Post a Comment
Syalom. Terimakasih atas kunjungan dan komentarnya.Semoga Tuhan memberkati para Saudara.