RENUNGAN HARI BIASA PEKAN XVI, SABTU 23 Juli 2011
(Birgitta, Kunigunda)
Kel 24:3-8, Mzm 50:1-2,5-6,14-15, Mat 13:24-30
(Birgitta, Kunigunda)
Kel 24:3-8, Mzm 50:1-2,5-6,14-15, Mat 13:24-30
BACAAN INJIL:
Yesus membentangkan suatu perumpamaan lain lagi kepada mereka, kata-Nya: "Hal Kerajaan Sorga itu seumpama orang yang menaburkan benih yang baik di ladangnya. Tetapi pada waktu semua orang tidur, datanglah musuhnya menaburkan benih lalang di antara gandum itu, lalu pergi. Ketika gandum itu tumbuh dan mulai berbulir, nampak jugalah lalang itu. Maka datanglah hamba-hamba tuan ladang itu kepadanya dan berkata: Tuan, bukankah benih baik, yang tuan taburkan di ladang tuan? Dari manakah lalang itu? Jawab tuan itu: Seorang musuh yang melakukannya. Lalu berkatalah hamba-hamba itu kepadanya: Jadi maukah tuan supaya kami pergi mencabut lalang itu? Tetapi ia berkata: Jangan, sebab mungkin gandum itu ikut tercabut pada waktu kamu mencabut lalang itu. Biarkanlah keduanya tumbuh bersama sampai waktu menuai. Pada waktu itu aku akan berkata kepada para penuai: Kumpulkanlah dahulu lalang itu dan ikatlah berberkas-berkas untuk dibakar; kemudian kumpulkanlah gandum itu ke dalam lumbungku."
RENUNGAN:
Siapa yang tidak jengkel dan mungkin menjadi marah bila kebaikan kita justru dibalas dengan perbuatan jahat? Atau Kita berusaha berbuat baik, hidup baik, tetapi justru ada orang yang menanamkan kebencian kepada kita. Memang benar dikatakan bahwa hidup baik itu memang sangat baik dan dikehendaki oleh Tuhan tetapi tidak selamanya berjalan mulus, karena pasti selalu ada tantangan dan bahkan pasti ada saja orang yang berusaha menanamkan benih kejahatan untuk merusak kebaikan kita dan untuk mempengaruhi kita. Pada saat kita menjadi marah akibat kejahatan orang lain pada kita dan ketika kita membenci dan membalas kejatahan mereka, saat itu pulalah benih kebaikan yang sudah ditanamkan oleh Allah dalam diri kita akhirnya ikut tercabut dari diri kita. Mungkin kita berpikir bahwa kita membalas kejahatan orang lain dengan perbuatan yang serupa dengan maksud agar seseorang itu jera dan tidka berbuat hal yang sama, tetapi seringkali pula tanpa sadar kita justru mencabut benih kebaikan dalam diri kita.
Memang manusia berpikir bahwa kejahatan dan orang-orang jahat di dunia ini patut dihukum dan bahkan kalau perlu dihukum mati saja. Namun pikiran Tuhan sungguh berbeda ketika menghadapi kejahatan manusia. Dalam injil dikatakan bahwa Tuhan telah menanamkan kebaikan ke dalam hidup ini dan ke dalam diri kita, tetapi tengah malam saat semuanya tidur si jahat menaburkan benuh yang jahat ke tengah-tengah benih yang baik. Benih kejahatan itu tumbuh bersama benih kebaikan dan ini membuat para pekerja. Mereka meminta ijin agar diperkenankan untuk mencabut lalang-lalang itu. Tetapi Tuhan melarang mereka dengan alasan supaya jangan ikut gandum itu tercabut saat mencabut lalang-lalang itu. Tuhan membiarkan lalang itu tumbuh bersama gandum tentu bukan karena menghendaki lalang itu tumbuh tetapi demi gandum-gandum supaya tidak ikut tercabut. Pikiran demikian tentu membuat para pekerja itu bingung, tetapi Tuhan menambahkan bahwa walaupun seakan Tuhan membiarkan lalang itu ikut Tumbuh, tetapi yang jelas Tuhan tidak menghendakinya sebab pada musim panen, gandum akan dimasukkan ke lumbungnya sedangkan lalang itu akan diikat dan dibakat.
Kesabaran Tuhan atas manusia terutama yang hidup tidak baik sungguh memang luar biasa. Tuhan tidak langsung menghukum dan mencabut nyawa orang-orang yang hidupnya tidak baik.
Berbeda dengan manusia yang mudah emosi dan tidak sabar bila menghadapi kejahatan dalam hidupnya. Kita malah seringkali justru jatuh pada perbuatan yang tidak baik. Sebagaimana kita katakan tadi, bahwa saat itu tidak sabar menghadapi kejahatan dan akhirnya melakukan hal yang sama terhadap yang berbuat jahat kepada kita, saat itu kita mencabut benih kebaikan dalam diri kita.
Dari sebab itu, mari kita belajar dari Tuhan sendiri yang begitu sabar menghadapi kejahatan. Sehingga dalam menghadapi kejahatan dan perbuatan jahat terhadap orang lain, kita harus sabar dan tetap waspada jangan sampai kita pada akhirnya justru ikut mencabut benih kebaikan yang telah ditanamkan Tuhan dalam diri kita. Juga kita berusaha hidup setia dalam perbuatan baik. Memang bagi dunia dan bagi orang lain, kita kelihatan lemah, bodoh dan bisa saja kehilangan kesempatan hidup. Tetapi justru dengan tetap sabar dan setia dalam perbuatan baik, pada akhirnya kita akan masuk dalam lumbung Kerajaan Allah. Amin.
Yesus membentangkan suatu perumpamaan lain lagi kepada mereka, kata-Nya: "Hal Kerajaan Sorga itu seumpama orang yang menaburkan benih yang baik di ladangnya. Tetapi pada waktu semua orang tidur, datanglah musuhnya menaburkan benih lalang di antara gandum itu, lalu pergi. Ketika gandum itu tumbuh dan mulai berbulir, nampak jugalah lalang itu. Maka datanglah hamba-hamba tuan ladang itu kepadanya dan berkata: Tuan, bukankah benih baik, yang tuan taburkan di ladang tuan? Dari manakah lalang itu? Jawab tuan itu: Seorang musuh yang melakukannya. Lalu berkatalah hamba-hamba itu kepadanya: Jadi maukah tuan supaya kami pergi mencabut lalang itu? Tetapi ia berkata: Jangan, sebab mungkin gandum itu ikut tercabut pada waktu kamu mencabut lalang itu. Biarkanlah keduanya tumbuh bersama sampai waktu menuai. Pada waktu itu aku akan berkata kepada para penuai: Kumpulkanlah dahulu lalang itu dan ikatlah berberkas-berkas untuk dibakar; kemudian kumpulkanlah gandum itu ke dalam lumbungku."
RENUNGAN:
Siapa yang tidak jengkel dan mungkin menjadi marah bila kebaikan kita justru dibalas dengan perbuatan jahat? Atau Kita berusaha berbuat baik, hidup baik, tetapi justru ada orang yang menanamkan kebencian kepada kita. Memang benar dikatakan bahwa hidup baik itu memang sangat baik dan dikehendaki oleh Tuhan tetapi tidak selamanya berjalan mulus, karena pasti selalu ada tantangan dan bahkan pasti ada saja orang yang berusaha menanamkan benih kejahatan untuk merusak kebaikan kita dan untuk mempengaruhi kita. Pada saat kita menjadi marah akibat kejahatan orang lain pada kita dan ketika kita membenci dan membalas kejatahan mereka, saat itu pulalah benih kebaikan yang sudah ditanamkan oleh Allah dalam diri kita akhirnya ikut tercabut dari diri kita. Mungkin kita berpikir bahwa kita membalas kejahatan orang lain dengan perbuatan yang serupa dengan maksud agar seseorang itu jera dan tidka berbuat hal yang sama, tetapi seringkali pula tanpa sadar kita justru mencabut benih kebaikan dalam diri kita.
Memang manusia berpikir bahwa kejahatan dan orang-orang jahat di dunia ini patut dihukum dan bahkan kalau perlu dihukum mati saja. Namun pikiran Tuhan sungguh berbeda ketika menghadapi kejahatan manusia. Dalam injil dikatakan bahwa Tuhan telah menanamkan kebaikan ke dalam hidup ini dan ke dalam diri kita, tetapi tengah malam saat semuanya tidur si jahat menaburkan benuh yang jahat ke tengah-tengah benih yang baik. Benih kejahatan itu tumbuh bersama benih kebaikan dan ini membuat para pekerja. Mereka meminta ijin agar diperkenankan untuk mencabut lalang-lalang itu. Tetapi Tuhan melarang mereka dengan alasan supaya jangan ikut gandum itu tercabut saat mencabut lalang-lalang itu. Tuhan membiarkan lalang itu tumbuh bersama gandum tentu bukan karena menghendaki lalang itu tumbuh tetapi demi gandum-gandum supaya tidak ikut tercabut. Pikiran demikian tentu membuat para pekerja itu bingung, tetapi Tuhan menambahkan bahwa walaupun seakan Tuhan membiarkan lalang itu ikut Tumbuh, tetapi yang jelas Tuhan tidak menghendakinya sebab pada musim panen, gandum akan dimasukkan ke lumbungnya sedangkan lalang itu akan diikat dan dibakat.
Kesabaran Tuhan atas manusia terutama yang hidup tidak baik sungguh memang luar biasa. Tuhan tidak langsung menghukum dan mencabut nyawa orang-orang yang hidupnya tidak baik.
Berbeda dengan manusia yang mudah emosi dan tidak sabar bila menghadapi kejahatan dalam hidupnya. Kita malah seringkali justru jatuh pada perbuatan yang tidak baik. Sebagaimana kita katakan tadi, bahwa saat itu tidak sabar menghadapi kejahatan dan akhirnya melakukan hal yang sama terhadap yang berbuat jahat kepada kita, saat itu kita mencabut benih kebaikan dalam diri kita.
Dari sebab itu, mari kita belajar dari Tuhan sendiri yang begitu sabar menghadapi kejahatan. Sehingga dalam menghadapi kejahatan dan perbuatan jahat terhadap orang lain, kita harus sabar dan tetap waspada jangan sampai kita pada akhirnya justru ikut mencabut benih kebaikan yang telah ditanamkan Tuhan dalam diri kita. Juga kita berusaha hidup setia dalam perbuatan baik. Memang bagi dunia dan bagi orang lain, kita kelihatan lemah, bodoh dan bisa saja kehilangan kesempatan hidup. Tetapi justru dengan tetap sabar dan setia dalam perbuatan baik, pada akhirnya kita akan masuk dalam lumbung Kerajaan Allah. Amin.
0 comments:
Post a Comment
Syalom. Terimakasih atas kunjungan dan komentarnya.Semoga Tuhan memberkati para Saudara.