RENUNGAN HARI BIASA PEKAN XVI, RABU 20 Juli 2011
(Apollinaris)
Kel 16:1-5,9-15, Mzm 78:18-19,23-24,25-26,27-28, Mat 13:1-9
(Apollinaris)
Kel 16:1-5,9-15, Mzm 78:18-19,23-24,25-26,27-28, Mat 13:1-9
BACAAN INJIL:
Pada hari itu keluarlah Yesus dari rumah itu dan duduk di tepi danau. Maka datanglah orang banyak berbondong-bondong lalu mengerumuni Dia, sehingga Ia naik ke perahu dan duduk di situ, sedangkan orang banyak semuanya berdiri di pantai. Dan Ia mengucapkan banyak hal dalam perumpamaan kepada mereka. Kata-Nya: "Adalah seorang penabur keluar untuk menabur. Pada waktu ia menabur, sebagian benih itu jatuh di pinggir jalan, lalu datanglah burung dan memakannya sampai habis. Sebagian jatuh di tanah yang berbatu-batu, yang tidak banyak tanahnya, lalu benih itupun segera tumbuh, karena tanahnya tipis. Tetapi sesudah matahari terbit, layulah ia dan menjadi kering karena tidak berakar. Sebagian lagi jatuh di tengah semak duri, lalu makin besarlah semak itu dan menghimpitnya sampai mati. Dan sebagian jatuh di tanah yang baik lalu berbuah: ada yang seratus kali lipat, ada yang enam puluh kali lipat, ada yang tiga puluh kali lipat. Siapa bertelinga, hendaklah ia mendengar!"
RENUNGAN:
Pada umumnya kita lebih senang bergaul dengan orang yang baik dan juga menguntungkan bagi kita. Ketika seseorang itu baik kepada kita, kita juga baik kepadanya. Namun manakala orang yang dulunya baik bila pada suatu waktu seseorang itu tidak baik lagi, kitapun pada umumnya pasti akan tidak baik kepada dia. Sering juga terjadi manakala seseorang itu tidak lagi memberi keuntungan bagi kita karena seseorang itu tiba-tiba menderita, kitapun akhirnya menjauh dari dari. Bahkan seringkali tanpa sadar kita membeda-bedakan orang lain. Orang tua kadang sadar atau tidak sadar membeda-bedakan kasih sayang mereka terhadap anak-anak mereka.
Namun syukurlah bahwa Tuhan tidak seperti kita manusia. Tuhan Allah memberikan berkat-Nya kepada semua orang, Tuhan tidak membeda-bedakan kasih-Nya kepada kita. Tuhan juga tidak pernah menghentikan kasih-Nya kepada kita walaupun kita berdosa. Tidak ada yang bisa menghalangi kasih Allah kepada kita. Hanya kita yang seringkali kurang menyadari dan mengimaninya sehingga anugerah, berkat dan kasih yang diberikan kepada kita tidak berbuah. Sekiranya kita percaya kepada Tuhan dan percaya bahwa Dia mengasihi kita, kita tentunya mengupayakan hidup kita menjadi lahan subur sehingga kasih dan berkat yang Dia berikan tinggal dalam diri kita dan akhirnya menghasilkan buah. Mengupayakan hidup menjadi tanah yang subur adalah dengan berusaha mendekatkan diri dengan Tuhan dan berusaha setia melaksanakan sabda Tuhan dalam hidup dan hal itu nyata dengan hidup melakukan perbuatan-perbuatan baik sebagaimana yang dikehendaki oleh Tuhan sendiri.
Pada akhir Injil tadi dikatakan bahwa benih yang jatuh di tanah yang baik lalu berbuah: ada yang seratus kali lipat, ada yang enam puluh kali lipat, ada yang tiga puluh kali lipat. Dalam hal ini, Allah tidak menuntut buah yang sama atau yang banyak melebihi kemampuan kita. Yang utama bagi Tuhan adalah bahwa benih kasih dan berkat yang Dia berikan kepada kita itu berbuah, bukannya malah menjadi mati. Bila hidup kita semakin dekat dengan Allah, tentu hidup kita pun akan menghasilkan buah yang lebih banyak lagi. Namun perlu juga kita ingat bahwa semakin besar berkat yang kita terima, semakin besar pula buah yang harus kita hasilkan. Amin.
Pada hari itu keluarlah Yesus dari rumah itu dan duduk di tepi danau. Maka datanglah orang banyak berbondong-bondong lalu mengerumuni Dia, sehingga Ia naik ke perahu dan duduk di situ, sedangkan orang banyak semuanya berdiri di pantai. Dan Ia mengucapkan banyak hal dalam perumpamaan kepada mereka. Kata-Nya: "Adalah seorang penabur keluar untuk menabur. Pada waktu ia menabur, sebagian benih itu jatuh di pinggir jalan, lalu datanglah burung dan memakannya sampai habis. Sebagian jatuh di tanah yang berbatu-batu, yang tidak banyak tanahnya, lalu benih itupun segera tumbuh, karena tanahnya tipis. Tetapi sesudah matahari terbit, layulah ia dan menjadi kering karena tidak berakar. Sebagian lagi jatuh di tengah semak duri, lalu makin besarlah semak itu dan menghimpitnya sampai mati. Dan sebagian jatuh di tanah yang baik lalu berbuah: ada yang seratus kali lipat, ada yang enam puluh kali lipat, ada yang tiga puluh kali lipat. Siapa bertelinga, hendaklah ia mendengar!"
RENUNGAN:
Pada umumnya kita lebih senang bergaul dengan orang yang baik dan juga menguntungkan bagi kita. Ketika seseorang itu baik kepada kita, kita juga baik kepadanya. Namun manakala orang yang dulunya baik bila pada suatu waktu seseorang itu tidak baik lagi, kitapun pada umumnya pasti akan tidak baik kepada dia. Sering juga terjadi manakala seseorang itu tidak lagi memberi keuntungan bagi kita karena seseorang itu tiba-tiba menderita, kitapun akhirnya menjauh dari dari. Bahkan seringkali tanpa sadar kita membeda-bedakan orang lain. Orang tua kadang sadar atau tidak sadar membeda-bedakan kasih sayang mereka terhadap anak-anak mereka.
Namun syukurlah bahwa Tuhan tidak seperti kita manusia. Tuhan Allah memberikan berkat-Nya kepada semua orang, Tuhan tidak membeda-bedakan kasih-Nya kepada kita. Tuhan juga tidak pernah menghentikan kasih-Nya kepada kita walaupun kita berdosa. Tidak ada yang bisa menghalangi kasih Allah kepada kita. Hanya kita yang seringkali kurang menyadari dan mengimaninya sehingga anugerah, berkat dan kasih yang diberikan kepada kita tidak berbuah. Sekiranya kita percaya kepada Tuhan dan percaya bahwa Dia mengasihi kita, kita tentunya mengupayakan hidup kita menjadi lahan subur sehingga kasih dan berkat yang Dia berikan tinggal dalam diri kita dan akhirnya menghasilkan buah. Mengupayakan hidup menjadi tanah yang subur adalah dengan berusaha mendekatkan diri dengan Tuhan dan berusaha setia melaksanakan sabda Tuhan dalam hidup dan hal itu nyata dengan hidup melakukan perbuatan-perbuatan baik sebagaimana yang dikehendaki oleh Tuhan sendiri.
Pada akhir Injil tadi dikatakan bahwa benih yang jatuh di tanah yang baik lalu berbuah: ada yang seratus kali lipat, ada yang enam puluh kali lipat, ada yang tiga puluh kali lipat. Dalam hal ini, Allah tidak menuntut buah yang sama atau yang banyak melebihi kemampuan kita. Yang utama bagi Tuhan adalah bahwa benih kasih dan berkat yang Dia berikan kepada kita itu berbuah, bukannya malah menjadi mati. Bila hidup kita semakin dekat dengan Allah, tentu hidup kita pun akan menghasilkan buah yang lebih banyak lagi. Namun perlu juga kita ingat bahwa semakin besar berkat yang kita terima, semakin besar pula buah yang harus kita hasilkan. Amin.
0 comments:
Post a Comment
Syalom. Terimakasih atas kunjungan dan komentarnya.Semoga Tuhan memberkati para Saudara.