RENUNGAN HARI BIASA: PEKAN BIASA X
Kamis 14 Juni 2012
(Gerardus, Elisa)
1Raj 18:41-46, Mzm 65:10abcd,10e-11,12-13, Mat 5:20-26
BACAAN INJIL:
Maka Aku berkata kepadamu: Jika hidup keagamaanmu tidak lebih benar dari pada hidup keagamaan ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi, sesungguhnya kamu tidak akan masuk ke dalam Kerajaan Sorga. Kamu telah mendengar yang difirmankan kepada nenek moyang kita: Jangan membunuh; siapa yang membunuh harus dihukum. Tetapi Aku berkata kepadamu: Setiap orang yang marah terhadap saudaranya harus dihukum; siapa yang berkata kepada saudaranya: Kafir! harus dihadapkan ke Mahkamah Agama dan siapa yang berkata: Jahil! harus diserahkan ke dalam neraka yang menyala-nyala. Sebab itu, jika engkau mempersembahkan persembahanmu di atas mezbah dan engkau teringat akan sesuatu yang ada dalam hati saudaramu terhadap engkau, tinggalkanlah persembahanmu di depan mezbah itu dan pergilah berdamai dahulu dengan saudaramu, lalu kembali untuk mempersembahkan persembahanmu itu. Segeralah berdamai dengan lawanmu selama engkau bersama-sama dengan dia di tengah jalan, supaya lawanmu itu jangan menyerahkan engkau kepada hakim dan hakim itu menyerahkan engkau kepada pembantunya dan engkau dilemparkan ke dalam penjara. Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya engkau tidak akan keluar dari sana, sebelum engkau membayar hutangmu sampai lunas.
RENUNGAN:
Ada pertanyaan yang sering dilontarkan, yakni, “Mana yang lebih baik, orang rajin beribadah tetapi tidak berbuat kasih atau berbuat baik kepada sesama dibanding dengan orang tidak pernah beribadah tetapi berbuat baik kepada sasama?”
Pertanyaan ini muncul tentu dengan sebab dan alasan masing-masing. Pertanyaan pertama muncul mungkin karena banyak orang mengatakan dirinya beriman, rajin melakukan ibadah tetapi hidupnya tidak mencerminkan dirinya orang beriman, tidak berbuat baik kepada sesama. Orang-orang demikian beriman hanya sekedar perayaan liturgi atau sekedar mengikuti aturan saja.
Pernyataan kedua itu muncul mungkin karena kekesalan atau sikap protes pada orang beriman yang tidak melakukan perbuatan baik kepada sesama. Kelompok mereka itu mengatakan bahwa mereka tidak perlu harus percaya pada Tuhan, tidak perlu harus rajin beribadah, yang penting melakukan perbuatan baik.
Sepintas kedua pernyataan di atas ada benarnya namun tidaklah demikian.
Oleh sebab itu Yesus mengatakan bahwa hidup orang beriman harus lebih benar daripada hidup ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi. Itu berarti Yesus mengharapkan bahwa hidup orang beriman tidak seperti hidup iman orang-orang Farisi dan ahli-ahli Taurat, tetapi harus lebih dari mereka. Dari Kitab Suci kita ketahui bagaimana hidup iman kedua kelompok ini, mereka taat beribadah, taat pada aturan dan banyak membuat aturan iman. Namun mereka melakukan ibadah mereka hanya untuk mendapat pujian dan hormat dari orang lain. Mereka juga membuat aturan ibadah bukan untuk membantu sesama lebih dekat dengan Tuhan tetapi demi kepentingan mereka. Mereka juga tidak mempunyai cinta kasih kepada sesama malah seringkali menindas orang-orang kecil.
Yesus mengajarkan bahwa hidup orang beriman bukan hanya sekedar menjalankan ibadah dan taat pada aturan tetapi juga harus menghayati iman itu yang tampak dalam relasi baik dengan sesama. Hidup iman harus juga terutama tampak dalam kasih kepada sesama. Pada ayat berikut Yesus memang mengatakan bahwa bila hendak mempersembahkan persembahan kepada Allah tetapi teringat sesuatu yang ada dalam hati orang lain, Yesus menyuruh meninggalkan persembahan itu dulu, pergi berdamai dengan orang itu dan batu datang kemudian untuk mempersembahkan persembahan. Pada ayat terakhit Yesus mengatakan bahwa seseorang tidak akan dibebaskan kalau dia tidak terlebih dahulu berbuat kasih dengan sesama.
Dalam pernyataan Yesus bahwa melakukan ibadah juga baik, berbuat baik kepada sesama juga baik, tetapi Yesus tidak menghilangkan salah satu dari keduanya. Justru Yesus menekankan bahwa keduanya harus berjalan bersama-sama, yakni melakukan ibadah iman dan berbuat baik kepada sesama. Atau Yesus menekankan bahwa hidup iman harus berbuah pada perbuatan baik kepada sesama.
Sehingga bagi kita jelas bahwa hidup keagamaan ditandai oleh sekurang-kurangnya dua hal, yaitu kesetiaan merayakan iman dan kesungguhan menghayati iman dalam kehidupan sehari-hari yang tampak pada hidup baik dan relasi kasih dengan sesama.
Orang beriman tidak cukup hanya mengatakan dirinya beriman, hanya karena dia rajin beribadah dan taat pada peraturan tetapi tidak mempunyai relasi kasih dengan sesama atau tidak berbuat baik kepada sesama. Banyak orang beriman yang rajin mengikuti perayaan-perayaan iman, namun sayang hidup konkritnya kurang mencerimkan iman itu itu. Iman sejati harus terungkap dalam cara hidup yang mencerminkan iman itu sendiri.
Juga kita ketahui bahwa tidak baik juga hidup orang yang melakukan perbuatan baik tetapi tidak pernah merayakan imannya. Juga sungguh lucu bila seseorang mengatakan dirinya orang beriman tetapi tidak pernah merayakan imannya, tidak taat pada aturan iman dengan alasan yang penting hidup baik dan berbuat baik.
Hidup iman itu juga harus terungkap dalam keikutsertaan yang setia dalam perayaan iman, terutama perayaan ekaristi. Sebab dalam perayaan ekaristi itu seseorang juga menyatakan ketaatan imannya kepada Tuhan dan persaudaraan dengan sesama lewat sesama yang ikut ambil bagian dalam perayaan iman itu.
Tidak benar juga bila orang mengatakan yang penting berbuat baik, tidak perlu harus rajin dalam ibadah bersama atau bahkan tidak perlu beriman agar seseorang berbuat baik. Pernyataan ini tentu tidaklah benar. Memang benar bahwa orang tidak beriman juga melakukan perbuatan baik. Tetapi perbuatan baik yang demikian bukan perbuatan kasih, lebih pada perbuatan belaskasihan kepada sesama, karena menganggap dirinya lebih baik, lebih hebat dari orang lain.
Sehingga jelas bahwa perbuatan baik itu bukan karena telah menyadari kasih Tuhan pada dirinya, dan kasih Tuhan itulah yang baik dibagikan kepada sesama.
Oleh sebab itu, orang beriman itu taat setia dalam perayaan iman dan iman itu berbuah dalam hidup sehari-hari yakni hidup baik dan kasih kepada sesama. Iman sejati terungkap pada cara hidup yang mencerminkan iman itu sendiri. Amin.
0 comments:
Post a Comment
Syalom. Terimakasih atas kunjungan dan komentarnya.Semoga Tuhan memberkati para Saudara.