RENUNGAN HARI BIASA PEKAN XXXI, Senin 31 Oktober 2011
Alfonsus Rodriguez
Rm 11:29-36, Mzm 69:30-31,33-34,36-37, Luk 14:12-14
Alfonsus Rodriguez
Rm 11:29-36, Mzm 69:30-31,33-34,36-37, Luk 14:12-14
BACAAN INJIL
Dan Yesus berkata juga kepada orang yang mengundang Dia: "Apabila engkau mengadakan perjamuan siang atau perjamuan malam, janganlah engkau mengundang sahabat-sahabatmu atau saudara-saudaramu atau kaum keluargamu atau tetangga-tetanggamu yang kaya, karena mereka akan membalasnya dengan mengundang engkau pula dan dengan demikian engkau mendapat balasnya. Tetapi apabila engkau mengadakan perjamuan, undanglah orang-orang miskin, orang-orang cacat, orang-orang lumpuh dan orang-orang buta. Dan engkau akan berbahagia, karena mereka tidak mempunyai apa-apa untuk membalasnya kepadamu. Sebab engkau akan mendapat balasnya pada hari kebangkitan orang-orang benar."
RENUNGAN:
Suatu hal yang biasa terjadi orang mengadakan pesta atau perjamuan makan untuk merayakan suatu keberhasilan yang dicapai, misalnya keluarga mengadakan makan bersama dengan mengudang kerabat untuk merayakan anaknya yang sudah lulus kuliah. Inti dari perayaan pada dasarnya adalah kegembiraan dan perayaan syukur bersama, kegembiraan itu hendak driayakan bersama orang lain. Namun seringkali unsur kegembiraan dan perayaan syukur suah kehilangan maknanya pada pesta-pesta sekarang ini. Banyak orang mengadakan pesta atau perjamuan makan bersama orang lian, bukan lagi untuk bergembira dan sebagai ucapan syukur, tetapi sudah menjadi suatu ajang untuk pamer keberhasilan, pameran kekayaan, pamer status sosial dan bahkan untuk mencari keuntungan. Oleh karena itu dalam pesta demikian, tuan rumah berusaha mengundang orang-orang kaya dengan harapan mendapat banyak kado dari undangan atau untuk memperlihatkan diri kepada orang lain bahwa mereka mempunyai kenalan orang-orang kaya atau orang penting, sebab seringkali dianggap bahwa kehadiran para tamu yang banyak, apalagi bila para tamu itu orang-orang kaya dianggap menjadi bukti status sosial yang tinggi atau menaikkan status sosial si tuan rumah. Atau juga mereka mengharapkan keuntungan dari pesta tersebut. Sehingga ucapan syukur yang harusnya berbagi kegembiraan bersama orang lain, menjadi ajang untuk menaikkan status sosial dan bahkan mencari keuntungan.
Oleh karena itulah saat Yesus diundang pada pesta, justru Yesus mengajarkan suatu ajaran yang berbeda dengan prinsip dan perilaku manusia. Yesus mengatakan, kalau mengadakan pesta, hendaknya yang diundang bukan sahabat-sahabat atau saudara-saudara atau kaum keluarga atau tetangga-tetangga yang kaya, bukan orang-orang kaya, bukan orang-orang penting atau pejabat yang tentunya akan dapat membalas semuanya itu, tetapi mengundang orang-orang miskin, orang-orang cacat, orang-orang lumpuh dan orang-orang buta. Orang-orang ini pasti tidak akan dapat membalasnya, dan Yesus mengatakan bahwa ketika orang itu tidak dapat membalas semuanya itu, saat itu kita akan merasakan kebahagiaan. Lagi-lagi ajaran Yesus ini berbeda dengan kebiasaan kita, yakni kita bahagia bila kita mendapat sesuatu pemberian sebagai balasan dari perbuatan kita atau mendapatkan kado yang banyak dalam pesta yang kita adakan.
Sabda Yesus hari ini mengajarkan kepada kita bahwa bersyukur atau mensyukur berkat Tuhan yang kita terima adalah kerelaan berbagi sukacita dengan orang lain, tanpa mengharapkan imbalan atau balasan dari kegembiraan yang kita bagikan kepada sesama. Orang kadang kala memberikan sesuatu atau sumbangan kepada orang lain, atau kelompok atau ke Gereja dengan dalih sebagai ungkapan syukur mereka atas berkat yang mereka terima. Namun di balik pemberian ungkapan syukur tersebut, orang itu mengharapkan sesuatu yang tidak harus pemberian dalam bentuk barang sebagai balasan dari pemberian mereka, tetapi bisa saja mengharapkan agar mereka dihormati, dianggap baik atau pemberian mereka harus diumumkan sehingga banyak orang yang mengetahuinya. Hal seperti ini jelas bukan ungkapan syukur yang murni. Ucapan syukur yang murni seorang beriman adalah berbagi berkat Allah dengan sesama tanpa mengharapkan balasan.
Selain itu, sabda Yesus mengajar kita bahwa berbuat baik sebagai ungkapan syukur adalah dilakukan terutama bersama dan kepada orang-orang kecil. Berbuat baik kepada sesama, kenalan, keluarga, kaum kerabat atau kolega bisnis kita, ini hal yang biasa dan mudah. Sebab pada saat itu atau pada kesempatan lain, kita akan mendapatkan balasan dari perbuatan baik dari mereka yang sudah mendapatkan perbuatan baik dari kita. Namun berbuat baik kepada orang-orang miskin, orang kecil yang tidak bisa membalas perbuatan baik, ini tentunya bukanlah hal yang mudah. Namun berbuat baik kepada orang-orang miskin, orang kecil dengan tanpa memandang status sosial dan tanpa mengharapkan balasan, itulah perbuatan baik yang sesungguhnya. Dalam perbuatan baik demikian, kita melakukan suatu perbuatan baik demi perbuatan baik itu sendiri, bukan demi mendapat balasan atau mengharapkan imbalan. Perbuatan baik yang tanpa mengharapkan imbalan akan mendatangkan sukacita bagi kita. Kiranya dengan berbuat baik kepada orang yang tidak dapan membalas kebaikan kita, sukacita yang kita dapatkan adalah sukacita surgawi yang tidak hanya kita dapatkan kelak setelah hidup di dunia ini, tetapi juga sekarang ini yakni orang yang mendapatkan kebaikan dari kita akan bersyukur dan memanjatkan doa dan mohon berkat Tuhan bagi kita. Kiranya ucapan terimakasih, ucapan syukur dari doa orang-orang yang mendapatkan kebaikan dari kita, itu jauh lebih berharga dibandingkan dengan belasan dalam bentuk uang / barang, dan itu akan lebih mendatangkan kebahagiaan kepada kita.
Oleh karena mari kita ungkapkan rasa syukur kita atas berkat yang kita terima dengan kerelaan berbagi berkat Tuhan, berbagi suka cita dengan sesama kita tanpa mengharapkan pamrih. Kita juga hendaknya berbuat baik kepada sesama terutama kepada orang-orang kecil, dan itu kita lakukan dengan tulus. Dengan memberi dengan tulus, kita akan beroleh kebahagiaan yang melebihi materi. Amin.
Dan Yesus berkata juga kepada orang yang mengundang Dia: "Apabila engkau mengadakan perjamuan siang atau perjamuan malam, janganlah engkau mengundang sahabat-sahabatmu atau saudara-saudaramu atau kaum keluargamu atau tetangga-tetanggamu yang kaya, karena mereka akan membalasnya dengan mengundang engkau pula dan dengan demikian engkau mendapat balasnya. Tetapi apabila engkau mengadakan perjamuan, undanglah orang-orang miskin, orang-orang cacat, orang-orang lumpuh dan orang-orang buta. Dan engkau akan berbahagia, karena mereka tidak mempunyai apa-apa untuk membalasnya kepadamu. Sebab engkau akan mendapat balasnya pada hari kebangkitan orang-orang benar."
RENUNGAN:
Suatu hal yang biasa terjadi orang mengadakan pesta atau perjamuan makan untuk merayakan suatu keberhasilan yang dicapai, misalnya keluarga mengadakan makan bersama dengan mengudang kerabat untuk merayakan anaknya yang sudah lulus kuliah. Inti dari perayaan pada dasarnya adalah kegembiraan dan perayaan syukur bersama, kegembiraan itu hendak driayakan bersama orang lain. Namun seringkali unsur kegembiraan dan perayaan syukur suah kehilangan maknanya pada pesta-pesta sekarang ini. Banyak orang mengadakan pesta atau perjamuan makan bersama orang lian, bukan lagi untuk bergembira dan sebagai ucapan syukur, tetapi sudah menjadi suatu ajang untuk pamer keberhasilan, pameran kekayaan, pamer status sosial dan bahkan untuk mencari keuntungan. Oleh karena itu dalam pesta demikian, tuan rumah berusaha mengundang orang-orang kaya dengan harapan mendapat banyak kado dari undangan atau untuk memperlihatkan diri kepada orang lain bahwa mereka mempunyai kenalan orang-orang kaya atau orang penting, sebab seringkali dianggap bahwa kehadiran para tamu yang banyak, apalagi bila para tamu itu orang-orang kaya dianggap menjadi bukti status sosial yang tinggi atau menaikkan status sosial si tuan rumah. Atau juga mereka mengharapkan keuntungan dari pesta tersebut. Sehingga ucapan syukur yang harusnya berbagi kegembiraan bersama orang lain, menjadi ajang untuk menaikkan status sosial dan bahkan mencari keuntungan.
Oleh karena itulah saat Yesus diundang pada pesta, justru Yesus mengajarkan suatu ajaran yang berbeda dengan prinsip dan perilaku manusia. Yesus mengatakan, kalau mengadakan pesta, hendaknya yang diundang bukan sahabat-sahabat atau saudara-saudara atau kaum keluarga atau tetangga-tetangga yang kaya, bukan orang-orang kaya, bukan orang-orang penting atau pejabat yang tentunya akan dapat membalas semuanya itu, tetapi mengundang orang-orang miskin, orang-orang cacat, orang-orang lumpuh dan orang-orang buta. Orang-orang ini pasti tidak akan dapat membalasnya, dan Yesus mengatakan bahwa ketika orang itu tidak dapat membalas semuanya itu, saat itu kita akan merasakan kebahagiaan. Lagi-lagi ajaran Yesus ini berbeda dengan kebiasaan kita, yakni kita bahagia bila kita mendapat sesuatu pemberian sebagai balasan dari perbuatan kita atau mendapatkan kado yang banyak dalam pesta yang kita adakan.
Sabda Yesus hari ini mengajarkan kepada kita bahwa bersyukur atau mensyukur berkat Tuhan yang kita terima adalah kerelaan berbagi sukacita dengan orang lain, tanpa mengharapkan imbalan atau balasan dari kegembiraan yang kita bagikan kepada sesama. Orang kadang kala memberikan sesuatu atau sumbangan kepada orang lain, atau kelompok atau ke Gereja dengan dalih sebagai ungkapan syukur mereka atas berkat yang mereka terima. Namun di balik pemberian ungkapan syukur tersebut, orang itu mengharapkan sesuatu yang tidak harus pemberian dalam bentuk barang sebagai balasan dari pemberian mereka, tetapi bisa saja mengharapkan agar mereka dihormati, dianggap baik atau pemberian mereka harus diumumkan sehingga banyak orang yang mengetahuinya. Hal seperti ini jelas bukan ungkapan syukur yang murni. Ucapan syukur yang murni seorang beriman adalah berbagi berkat Allah dengan sesama tanpa mengharapkan balasan.
Selain itu, sabda Yesus mengajar kita bahwa berbuat baik sebagai ungkapan syukur adalah dilakukan terutama bersama dan kepada orang-orang kecil. Berbuat baik kepada sesama, kenalan, keluarga, kaum kerabat atau kolega bisnis kita, ini hal yang biasa dan mudah. Sebab pada saat itu atau pada kesempatan lain, kita akan mendapatkan balasan dari perbuatan baik dari mereka yang sudah mendapatkan perbuatan baik dari kita. Namun berbuat baik kepada orang-orang miskin, orang kecil yang tidak bisa membalas perbuatan baik, ini tentunya bukanlah hal yang mudah. Namun berbuat baik kepada orang-orang miskin, orang kecil dengan tanpa memandang status sosial dan tanpa mengharapkan balasan, itulah perbuatan baik yang sesungguhnya. Dalam perbuatan baik demikian, kita melakukan suatu perbuatan baik demi perbuatan baik itu sendiri, bukan demi mendapat balasan atau mengharapkan imbalan. Perbuatan baik yang tanpa mengharapkan imbalan akan mendatangkan sukacita bagi kita. Kiranya dengan berbuat baik kepada orang yang tidak dapan membalas kebaikan kita, sukacita yang kita dapatkan adalah sukacita surgawi yang tidak hanya kita dapatkan kelak setelah hidup di dunia ini, tetapi juga sekarang ini yakni orang yang mendapatkan kebaikan dari kita akan bersyukur dan memanjatkan doa dan mohon berkat Tuhan bagi kita. Kiranya ucapan terimakasih, ucapan syukur dari doa orang-orang yang mendapatkan kebaikan dari kita, itu jauh lebih berharga dibandingkan dengan belasan dalam bentuk uang / barang, dan itu akan lebih mendatangkan kebahagiaan kepada kita.
Oleh karena mari kita ungkapkan rasa syukur kita atas berkat yang kita terima dengan kerelaan berbagi berkat Tuhan, berbagi suka cita dengan sesama kita tanpa mengharapkan pamrih. Kita juga hendaknya berbuat baik kepada sesama terutama kepada orang-orang kecil, dan itu kita lakukan dengan tulus. Dengan memberi dengan tulus, kita akan beroleh kebahagiaan yang melebihi materi. Amin.
0 comments:
Post a Comment
Syalom. Terimakasih atas kunjungan dan komentarnya.Semoga Tuhan memberkati para Saudara.