RENUNGAN HARI BIASA PEKAN XXVIII, Senin 10 Oktober 2011
Daniel
Rm 1:1-7, Mzm 98:1,2-3ab,3cd-4, Luk 11:29-32
Daniel
Rm 1:1-7, Mzm 98:1,2-3ab,3cd-4, Luk 11:29-32
BACAAN INJIL
Ketika orang banyak mengerumuni-Nya, berkatalah Yesus: "Angkatan ini adalah angkatan yang jahat. Mereka menghendaki suatu tanda, tetapi kepada mereka tidak akan diberikan tanda selain tanda nabi Yunus. Sebab seperti Yunus menjadi tanda untuk orang-orang Niniwe, demikian pulalah Anak Manusia akan menjadi tanda untuk angkatan ini. Pada waktu penghakiman, ratu dari Selatan itu akan bangkit bersama orang dari angkatan ini dan ia akan menghukum mereka. Sebab ratu ini datang dari ujung bumi untuk mendengarkan hikmat Salomo, dan sesungguhnya yang ada di sini lebih dari pada Salomo! Pada waktu penghakiman, orang-orang Niniwe akan bangkit bersama angkatan ini dan mereka akan menghukumnya. Sebab orang-orang Niniwe itu bertobat waktu mereka mendengarkan pemberitaan Yunus, dan sesungguhnya yang ada di sini lebih dari pada Yunus!"
RENUNGAN:
Pernah suatu ketika pada saat mengendarai mobil di kota Medan, di belokan saya distop oleh polisi. Saya kaget bahwa polisi tiba-tiba menyuruh saya berhenti, sehingga saya bertanya kepada polisi mengapa saya dihentikan. Pak polisi mengatakan bahwa saya telah melanggar rambu-rambu lalulintas yakni belok kanan padahal di tikungan itu dilarang belok kanan. Polisi itu menunjukkan rambu lalulintas atau tanda yang menunjukkan dilarang belok kanan. Rambu atau tanda memang ada tapi posisinya lumayan tinggi sehingga sulit di lihat bila kendaraan sudah mendekati belokan, harus dilihat dari jauh dan itupun terhalang oleh ranting pohon. Mungkin maksudnya supaya yang berkendaraan hati-hati, konsetrasi melihat rambu-rambu sejak dari kejauhan. Atau mungkin demikian dibuat supaya menjadi jebakan bagi para pengendara agar melanggarnya sehingga menjadi yang berkendara melanggarnya sehingga bisa dipersalahkan dan menjadi ‘santapan’ polisi.Yah akhirnya berurusan dengan polisi.
Kita membutuhkan tanda di jalan raya, agar kita tidak tersesat, agar kendaraan teratur atau agar tidak kena tilang. Namun kita seringkali kurang memperhatikan tanda-tanda yang sudah ada dan kadang tidak peduli akan tanda itu.
Dalam kehidupan beriman pun kita butuh tanda yang meyakinkan kita akan kehadiran dan kasih Allah pada kita. Kebutuhan akan tanda adalah hal yang manusiawi. Tuhan pun sudah memberi kita tanda akan kasih –Nya kepada kita. Tanda kasih Allah yang besar nyata pada Yesus Kristus yang rela menderita, wafat di salib dan bangkit demi keselamatan kita. Inilah tanda nyata kasih Allah kepada kita. Namun seringkali kita tidak menerima dan percaya pada tanda itu, karena kita mau hidup menurut kesukaan kita, sama halnya seperti orang berkendara sudah melihat lampu merah menyala tetapi dia tetap menerobos. Maka dari itu, baiklah kita tidak menuntut tanda dari Tuhan bahwa Dia adalah Tuhan yang mahakasih, bahwa Dia senantiasa memberkati kita. Sebab Yesus sendiri sudah rela mengorbankan nyawa-Nya sebagai tanda nyata kasih-Nya kepada kita, Dia pun akan melakukan apapun demi keselamatan dan kebahagiaan kita. Sehingga kita bukan lagi menuntut tanda dari-Nya tetapi percaya dan menyerahkan diri kepada-Nya.
Selain itu, percayalah bahwa Allah juga memberi tanda kehadiran dan karya kasih-Nya dalam hidup kita sehari-hari, baik itu lewat peristiwa hidup, atau pengalaman hidup dan lewat orang lain. Hanya memang terkadang tersamar oleh sesuatu atau sengaja disamarkan oleh yang tidak menghendaki kita percaya kepada-Nya. Oleh sebab itu, baiklah kita lebih cermat melihat dan menemukan tanda yang diberikan Tuhan kepada kita. Untuk itu, kita harus berusaha semakin menyatu dengan Tuhan, hidup sesuai dengan kehendak Tuhan. Bila kita memiliki relasi yang mendalam dengan Tuhan, hidup sesuai dengan kehendak-Nya, bukan lagi hanya menurut kehendak kita, maka kita akan bisa dengan mudah melihat tanda kasih Allah dalam hidup kita. Sehingga kita tidak menuntut tanda itu, dan tidak usah susah-susah mencari tanda kehadiran Allah dalam hidup kita. Amin.
Ketika orang banyak mengerumuni-Nya, berkatalah Yesus: "Angkatan ini adalah angkatan yang jahat. Mereka menghendaki suatu tanda, tetapi kepada mereka tidak akan diberikan tanda selain tanda nabi Yunus. Sebab seperti Yunus menjadi tanda untuk orang-orang Niniwe, demikian pulalah Anak Manusia akan menjadi tanda untuk angkatan ini. Pada waktu penghakiman, ratu dari Selatan itu akan bangkit bersama orang dari angkatan ini dan ia akan menghukum mereka. Sebab ratu ini datang dari ujung bumi untuk mendengarkan hikmat Salomo, dan sesungguhnya yang ada di sini lebih dari pada Salomo! Pada waktu penghakiman, orang-orang Niniwe akan bangkit bersama angkatan ini dan mereka akan menghukumnya. Sebab orang-orang Niniwe itu bertobat waktu mereka mendengarkan pemberitaan Yunus, dan sesungguhnya yang ada di sini lebih dari pada Yunus!"
RENUNGAN:
Pernah suatu ketika pada saat mengendarai mobil di kota Medan, di belokan saya distop oleh polisi. Saya kaget bahwa polisi tiba-tiba menyuruh saya berhenti, sehingga saya bertanya kepada polisi mengapa saya dihentikan. Pak polisi mengatakan bahwa saya telah melanggar rambu-rambu lalulintas yakni belok kanan padahal di tikungan itu dilarang belok kanan. Polisi itu menunjukkan rambu lalulintas atau tanda yang menunjukkan dilarang belok kanan. Rambu atau tanda memang ada tapi posisinya lumayan tinggi sehingga sulit di lihat bila kendaraan sudah mendekati belokan, harus dilihat dari jauh dan itupun terhalang oleh ranting pohon. Mungkin maksudnya supaya yang berkendaraan hati-hati, konsetrasi melihat rambu-rambu sejak dari kejauhan. Atau mungkin demikian dibuat supaya menjadi jebakan bagi para pengendara agar melanggarnya sehingga menjadi yang berkendara melanggarnya sehingga bisa dipersalahkan dan menjadi ‘santapan’ polisi.Yah akhirnya berurusan dengan polisi.
Kita membutuhkan tanda di jalan raya, agar kita tidak tersesat, agar kendaraan teratur atau agar tidak kena tilang. Namun kita seringkali kurang memperhatikan tanda-tanda yang sudah ada dan kadang tidak peduli akan tanda itu.
Dalam kehidupan beriman pun kita butuh tanda yang meyakinkan kita akan kehadiran dan kasih Allah pada kita. Kebutuhan akan tanda adalah hal yang manusiawi. Tuhan pun sudah memberi kita tanda akan kasih –Nya kepada kita. Tanda kasih Allah yang besar nyata pada Yesus Kristus yang rela menderita, wafat di salib dan bangkit demi keselamatan kita. Inilah tanda nyata kasih Allah kepada kita. Namun seringkali kita tidak menerima dan percaya pada tanda itu, karena kita mau hidup menurut kesukaan kita, sama halnya seperti orang berkendara sudah melihat lampu merah menyala tetapi dia tetap menerobos. Maka dari itu, baiklah kita tidak menuntut tanda dari Tuhan bahwa Dia adalah Tuhan yang mahakasih, bahwa Dia senantiasa memberkati kita. Sebab Yesus sendiri sudah rela mengorbankan nyawa-Nya sebagai tanda nyata kasih-Nya kepada kita, Dia pun akan melakukan apapun demi keselamatan dan kebahagiaan kita. Sehingga kita bukan lagi menuntut tanda dari-Nya tetapi percaya dan menyerahkan diri kepada-Nya.
Selain itu, percayalah bahwa Allah juga memberi tanda kehadiran dan karya kasih-Nya dalam hidup kita sehari-hari, baik itu lewat peristiwa hidup, atau pengalaman hidup dan lewat orang lain. Hanya memang terkadang tersamar oleh sesuatu atau sengaja disamarkan oleh yang tidak menghendaki kita percaya kepada-Nya. Oleh sebab itu, baiklah kita lebih cermat melihat dan menemukan tanda yang diberikan Tuhan kepada kita. Untuk itu, kita harus berusaha semakin menyatu dengan Tuhan, hidup sesuai dengan kehendak Tuhan. Bila kita memiliki relasi yang mendalam dengan Tuhan, hidup sesuai dengan kehendak-Nya, bukan lagi hanya menurut kehendak kita, maka kita akan bisa dengan mudah melihat tanda kasih Allah dalam hidup kita. Sehingga kita tidak menuntut tanda itu, dan tidak usah susah-susah mencari tanda kehadiran Allah dalam hidup kita. Amin.
0 comments:
Post a Comment
Syalom. Terimakasih atas kunjungan dan komentarnya.Semoga Tuhan memberkati para Saudara.