Uskup Indonesia kunjungi Vatikan
Uskup Martinus Dogma Situmorang OFMCap
Selama kunjungan ad limina lima tahunan ke Roma dari para uskup Indonesia, ketua presidium Konferensi Waligereja Indonesia (KWI) meminta Vatikan untuk memberikan Gereja lokal lebih banyak ruang untuk menjadi mandiri, terutama dalam penerjemahan teks-teks liturgis.
Uskup Padang Mgr. Martinus Dogma Situmorang OFMCap mengatakan tanggapan dari pejabat Vatikan sejauh ini ”sangat baik” dan dalam pertemuannya dengan Paus Benediktus XVI, Bapa Suci tidak hanya “sangat kebapakan” dan “sangat hangat” tetapi juga menunjukkan pengetahuan yang luas tentang Gereja di Indonesia dan situasi umum bangsa Indonesia.
Kunjungan ad limina dimulai pada 29 September dan berakhir pada 8 Oktober.
“Kami tidak hanya meminta materi, tetapi juga dukungan rohani dan moral,” kata Uskup Situmorang pada pertemuan di Roma. “Kami merasa dekat dengan Vatikan, dengan Gereja universal.”
Namun di sisi lain, Gereka Indonesia perlu lebih banyak ruang untuk menjadi mandiri, misalnya terkait hal-hal “kecil” seperti teks-teks liturgi.
Ini memang harus persis sama seperti teks yang diterima di seluruh Gereja, namun hal ini menyulitkan para uskup dalam memberikan pelayanan pastoral bagi umat, tambahnya.
Uskup Situmorang mengutip “masalah tradisi, budaya dan epistemologi” yang terkadang muncul dari terjemahan ini.
Ia juga mengatakan uskup kadang-kadang berpindah dari satu keuskupan ke keuskupan lain, dalam waktu yang sangat singkat, sehingga meninggalkan umat Katolik setempat dalam kekosongan.
Uskup memuji hubungan Gereja Indonesia dengan Duta Besar Vatikan untuk Indonesia. “Kami telah memiliki para nuncio yang luar biasa dan kami sangat dekat dengan mereka.”
“Para nuncio sangat responsif,” tambahnya, meskipun kadang-kadang masih ada sikap ‘ Kami dari Roma, kami tahu lebih baik.’
Uskup juga mengungkapkan keprihatinan atas meningkatnya kekerasan oleh kelompok-kelompok ekstremis Muslim dan gelombang radikalisasi yang menyebar di Indonesia.
“Ada yang mengatakan bahwa kekerasan ini tidak murni agama,” katanya, tapi “Saya tidak percaya itu murni politik atau ekonomi.” “Saya khawatir karena frekuensi meningkat dan di sejumlah tempat kelompok itu bertumbuh.”
Uskup Situmorang menekankan, bagaimanapun hubungan baik dengan “mayoritas Muslim yang moderat, sangat bersahabat, terbuka dan kooperatif.”
Para tokoh Muslim di seluruh tanah air, tambahnya, sangat prihatin tentang kelompok-kelompok radikal ini. “Mereka mengatakan kepada kami dan juga pemimpin agama-agama lain, bahwa masjid mereka diambil dan mempengaruhi umat mereka.”
Sebagai umat Katolik di sebuah negara multi-agama, katanya, ‘kami adalah kekuatan spiritual dan moral yang ingin melestarikan nilai-nilai negara kami tanpa agenda tersembunyi.’
“Kami harus tetap kuat, dan terus bekerja dengan agama-agama lain karena kami tidak bisa berpura-pura melakukan yang terbaik bagi negara tanpa bersama-sama dengan para pemimpin dan umat beriman dari semua agama.”
LINK:Indonesian prelates visit Vatican
Disadur dari: www.cathnewsindonesia.com
Uskup Padang Mgr. Martinus Dogma Situmorang OFMCap mengatakan tanggapan dari pejabat Vatikan sejauh ini ”sangat baik” dan dalam pertemuannya dengan Paus Benediktus XVI, Bapa Suci tidak hanya “sangat kebapakan” dan “sangat hangat” tetapi juga menunjukkan pengetahuan yang luas tentang Gereja di Indonesia dan situasi umum bangsa Indonesia.
Kunjungan ad limina dimulai pada 29 September dan berakhir pada 8 Oktober.
“Kami tidak hanya meminta materi, tetapi juga dukungan rohani dan moral,” kata Uskup Situmorang pada pertemuan di Roma. “Kami merasa dekat dengan Vatikan, dengan Gereja universal.”
Namun di sisi lain, Gereka Indonesia perlu lebih banyak ruang untuk menjadi mandiri, misalnya terkait hal-hal “kecil” seperti teks-teks liturgi.
Ini memang harus persis sama seperti teks yang diterima di seluruh Gereja, namun hal ini menyulitkan para uskup dalam memberikan pelayanan pastoral bagi umat, tambahnya.
Uskup Situmorang mengutip “masalah tradisi, budaya dan epistemologi” yang terkadang muncul dari terjemahan ini.
Ia juga mengatakan uskup kadang-kadang berpindah dari satu keuskupan ke keuskupan lain, dalam waktu yang sangat singkat, sehingga meninggalkan umat Katolik setempat dalam kekosongan.
Uskup memuji hubungan Gereja Indonesia dengan Duta Besar Vatikan untuk Indonesia. “Kami telah memiliki para nuncio yang luar biasa dan kami sangat dekat dengan mereka.”
“Para nuncio sangat responsif,” tambahnya, meskipun kadang-kadang masih ada sikap ‘ Kami dari Roma, kami tahu lebih baik.’
Uskup juga mengungkapkan keprihatinan atas meningkatnya kekerasan oleh kelompok-kelompok ekstremis Muslim dan gelombang radikalisasi yang menyebar di Indonesia.
“Ada yang mengatakan bahwa kekerasan ini tidak murni agama,” katanya, tapi “Saya tidak percaya itu murni politik atau ekonomi.” “Saya khawatir karena frekuensi meningkat dan di sejumlah tempat kelompok itu bertumbuh.”
Uskup Situmorang menekankan, bagaimanapun hubungan baik dengan “mayoritas Muslim yang moderat, sangat bersahabat, terbuka dan kooperatif.”
Para tokoh Muslim di seluruh tanah air, tambahnya, sangat prihatin tentang kelompok-kelompok radikal ini. “Mereka mengatakan kepada kami dan juga pemimpin agama-agama lain, bahwa masjid mereka diambil dan mempengaruhi umat mereka.”
Sebagai umat Katolik di sebuah negara multi-agama, katanya, ‘kami adalah kekuatan spiritual dan moral yang ingin melestarikan nilai-nilai negara kami tanpa agenda tersembunyi.’
“Kami harus tetap kuat, dan terus bekerja dengan agama-agama lain karena kami tidak bisa berpura-pura melakukan yang terbaik bagi negara tanpa bersama-sama dengan para pemimpin dan umat beriman dari semua agama.”
LINK:Indonesian prelates visit Vatican
Disadur dari: www.cathnewsindonesia.com
0 comments:
Post a Comment
Syalom. Terimakasih atas kunjungan dan komentarnya.Semoga Tuhan memberkati para Saudara.