RENUNGAN HARI BIASA PEKAN XXVIII, Selasa11 Oktober 2011
Elia dr Socorro Nieves, SP Maria, Bunda Gereja
Rm 1:16-25, Mzm 19:2-3,4-5, Luk 11:37-41
Elia dr Socorro Nieves, SP Maria, Bunda Gereja
Rm 1:16-25, Mzm 19:2-3,4-5, Luk 11:37-41
BACAAN INJIL
Ketika Yesus selesai mengajar, seorang Farisi mengundang Dia untuk makan di rumahnya. Maka masuklah Ia ke rumah itu, lalu duduk makan. Orang Farisi itu melihat hal itu dan ia heran, karena Yesus tidak mencuci tangan-Nya sebelum makan. Tetapi Tuhan berkata kepadanya: "Kamu orang-orang Farisi, kamu membersihkan bagian luar dari cawan dan pinggan, tetapi bagian dalammu penuh rampasan dan kejahatan. Hai orang-orang bodoh, bukankah Dia yang menjadikan bagian luar, Dia juga yang menjadikan bagian dalam? Akan tetapi, berikanlah isinya sebagai sedekah dan sesungguhnya semuanya akan menjadi bersih bagimu.
RENUNGAN:
Orang yang baik, orang yang suci, selalu bersikap rendah hati dan merasa dirinya adalah orang yang berdosa, membutuhkan pertobatan. Sedangkan orang yang merasa dirinya baik, merasa suci, dia mudah menilai orang lain tidak melakukan hal yang baik dan merasa tidak butuh pertobatan.
Orang Farisi itu mengundang Yesus bukan karena dia percaya bahwa Yesus adalah Mesias, mungkin saja karena rasa kagum belaka. Namun kiranya dia mengundang Yesus terlebih karena merasa dirinya layak untuk menjamu Yesus di rumahnya, karena merasa dirinya sudah berlaku benar dan orang beriman. Oleh karena itulah dia heran ketika Yesus makan tidak mencuci tangan terlebih dahulu. Mencuci tangan dalam tradisi Yahudi bukanlah hanya soal menyangkut higienis atau kebersihan saja, tetapi lebih manyangkut pada ajaran yang dianut saat itu yakni suatu pemikiaran, siapa tahu bahwa tangan itu sudah menyentuh sesuatu yang pernah disentuh oleh orang-orang yang dianggap berdosa. Jadi seakan mencuci tangan menjadi suatu pertanda usaha menjaga kesucian diri. Orang Farisi itu heran karena merasa Yesus seorang guru, tapi tidak menjaga kesucian diri dan tidak melaksanakan ajaran agama.
Kesempatan itu justru digunakan oleh Yesus untuk menegur orang Farisi yang merasa dirinya beriman, merasa dirinya sudah baik, dan suci. Yesus mengatakan bahwa orang-orang farisi hanya memperhatikan luarnya saja, hanya mengikuti aturan saja tetapi hati dan perbuatan mereka penuh dengan kebusukan. Yesus mengajarkan bahwa penampilan itu juga baik, tetapi yang terpenting adalah hati dan perbuatan yang baik.
Kitapun seringkali seperti orang-orang Farisi yang merasa diri sudah benar karena taat pada aturan agama, karena kita berpenampilan baik dan tidak melakukan kejahatan terhadap sesama. Namun kiranya itu tidak cukup dan itu hanya bagian luar saja. Namun hidup yang baik itu harus juga terpancar pada hati yang tulus, bersih dan perbuatan baik kepada sesama. Oleh karena itu pula Yesus mengatakan, “Akan tetapi, berikanlah isinya sebagai sedekah dan sesungguhnya semuanya akan menjadi bersih bagimu.” Itu berarti hidup baik, itu tercurah dalam sikap dan perbuatan baik kepada sesama. Maka semoga kita selalu mengusahakan kebersihan dan ketulusan hati. Amin.
Ketika Yesus selesai mengajar, seorang Farisi mengundang Dia untuk makan di rumahnya. Maka masuklah Ia ke rumah itu, lalu duduk makan. Orang Farisi itu melihat hal itu dan ia heran, karena Yesus tidak mencuci tangan-Nya sebelum makan. Tetapi Tuhan berkata kepadanya: "Kamu orang-orang Farisi, kamu membersihkan bagian luar dari cawan dan pinggan, tetapi bagian dalammu penuh rampasan dan kejahatan. Hai orang-orang bodoh, bukankah Dia yang menjadikan bagian luar, Dia juga yang menjadikan bagian dalam? Akan tetapi, berikanlah isinya sebagai sedekah dan sesungguhnya semuanya akan menjadi bersih bagimu.
RENUNGAN:
Orang yang baik, orang yang suci, selalu bersikap rendah hati dan merasa dirinya adalah orang yang berdosa, membutuhkan pertobatan. Sedangkan orang yang merasa dirinya baik, merasa suci, dia mudah menilai orang lain tidak melakukan hal yang baik dan merasa tidak butuh pertobatan.
Orang Farisi itu mengundang Yesus bukan karena dia percaya bahwa Yesus adalah Mesias, mungkin saja karena rasa kagum belaka. Namun kiranya dia mengundang Yesus terlebih karena merasa dirinya layak untuk menjamu Yesus di rumahnya, karena merasa dirinya sudah berlaku benar dan orang beriman. Oleh karena itulah dia heran ketika Yesus makan tidak mencuci tangan terlebih dahulu. Mencuci tangan dalam tradisi Yahudi bukanlah hanya soal menyangkut higienis atau kebersihan saja, tetapi lebih manyangkut pada ajaran yang dianut saat itu yakni suatu pemikiaran, siapa tahu bahwa tangan itu sudah menyentuh sesuatu yang pernah disentuh oleh orang-orang yang dianggap berdosa. Jadi seakan mencuci tangan menjadi suatu pertanda usaha menjaga kesucian diri. Orang Farisi itu heran karena merasa Yesus seorang guru, tapi tidak menjaga kesucian diri dan tidak melaksanakan ajaran agama.
Kesempatan itu justru digunakan oleh Yesus untuk menegur orang Farisi yang merasa dirinya beriman, merasa dirinya sudah baik, dan suci. Yesus mengatakan bahwa orang-orang farisi hanya memperhatikan luarnya saja, hanya mengikuti aturan saja tetapi hati dan perbuatan mereka penuh dengan kebusukan. Yesus mengajarkan bahwa penampilan itu juga baik, tetapi yang terpenting adalah hati dan perbuatan yang baik.
Kitapun seringkali seperti orang-orang Farisi yang merasa diri sudah benar karena taat pada aturan agama, karena kita berpenampilan baik dan tidak melakukan kejahatan terhadap sesama. Namun kiranya itu tidak cukup dan itu hanya bagian luar saja. Namun hidup yang baik itu harus juga terpancar pada hati yang tulus, bersih dan perbuatan baik kepada sesama. Oleh karena itu pula Yesus mengatakan, “Akan tetapi, berikanlah isinya sebagai sedekah dan sesungguhnya semuanya akan menjadi bersih bagimu.” Itu berarti hidup baik, itu tercurah dalam sikap dan perbuatan baik kepada sesama. Maka semoga kita selalu mengusahakan kebersihan dan ketulusan hati. Amin.
0 comments:
Post a Comment
Syalom. Terimakasih atas kunjungan dan komentarnya.Semoga Tuhan memberkati para Saudara.