KERJASAMA ANTARA GEREJA KATOLIK, BIMAS KATOLIK
DAN PENYULUH AGAMA KATOLIK
DAN PENYULUH AGAMA KATOLIK
Kesatuan dalam keragaman.
Keragaman lembaga dan peran menjadi ciri khas Gereja. Ketika bersinggungan dengan negara keragaman tersebut semakin lebih luas lagi. Walaupun di sanasini masih banyak hal yang belum diapresiasi pemerintah atas apa yang kita harapkan dari negara soal hidup keberagaman, khususnya dalam relasi dengan agama lain dan perhatian negara terhadap agama kita, tetap kita syukuri bahwa pemerintah masih memberi ruang dan kesempatan untuk kemajuan dan perkembangan hidup keberagamaan kita.
Keberadaan Bimas Katolik dan Penempatan beberapa Penyuluh Agama Katolik di beberapa daerah, misalnya, menjadi bukti perhatian pemerintah. Dari rakyat, oleh rakyat, untuk rakyat. Jelas bahwa keberadaan lembaga ini dengan orang-orangnya merupakan sebuah sikap menampung aspirasi dari, oleh dan untuk umat Katolik. Keberadaan Gereja katolik menjadi dasar keberadam Bimas Katolik dan penyuluh Agama Katolik. Premis terbalik tidak bisa dikatakan. Keberadaan lembaga keagamaan kdolik jelas ada dan lahir karena umat katolik. Dengan demikian misinya pun menjadi jelas. Misinya selaras dengan misi Gereja Katotik, yaitu pewartaan dan pengembangan iman kekatolikan.
Pengalaman selama ini menjadi gembala yang memberi pandangan kepada saya. Segala hal yang dijalani dan dialami menjadi barometer tuk melihat kekompakm gerak dalam bemisi di Keuskupan Agung Medan khususnya. Saya merasa ada kekurang harmonisan nyata antata misi Gereja dan misi Departemen Agama atau Bimas katolik. Di sini kenyataanny bisa timbal balik dialami oleh gereja sendiri atau orang-orang yang bekerja di Bimas dan penyuluh agama Katolik. Kurang bijak saling menuduh, tapi bijak bila kita mengakui ada secara factual kekurangharmonisan itu. Pada kenyataannnya masih terjadi kekurangpuasan baik dari pihak kalangan katekis negara terhadap para imam-imam, atau ketidak puasan komunitas Gereja paroki terhadap para penyuluh agama katolik. Keadaan ini masih merupakan sebuah sandungan dan kendala bagi pengembangan pastoral yang utuh dan efektif untuk paroki. Untuk itu perlu beberapa penegasan awal sebelum melangkah kepada sistematisasi kejelasan. Penegasan awal itu adalah:
Pertama, negara pancasila dalam kementrian agama telah mengambil kewajiban bagi dirinya untuk mendukung hidup dan pengembangan agama di Indonesia.
Kedua, eksistensi Bimas Katolik tergantung dan teruntuk pelayanan umat katolik. Hanya karena jumlah umat katoliklah sehingga eksistensi dan formasi Bimas Katolik mempunyai adanya yang sekarang. Karena itu, adalah tuntutan adanya dan fungsi Bimas Katolik yang teruntuk bagi pelayanan umat katolik untuk lebih akurat penyaluran (pelayanan) fungsi Bimas Katolik telah didaftarkan bidang-bidang yang dapat, yang sepantasanya, dan yang disanggupi oleh pihak Bimas katolik bagi pengembangan dan pembinaan Gereja Katolik. Dalam hal ini antara lain tentulah tercatat bantuan Bimas Katolik untuk mendukung sekolah katekis (STP Bonaventura) menyediakan sarana-sarana gerejawi, seperti perangkat misa, peralatan Gereja, bahkan sumbangan pembangunan rumah ibadat. Juga telah disepakati dan sudah terlaksana subsidi dan pendampingan Bimas Katolik bagi seminaris, pembinaan para pengurus gereja, imam muda, dan lain-lain. Termasuk dalam kesepakatan kerjasama antara Bimas Katolik dan paroki-paroki untuk mengusahakan diangkatrya beberapa PenyuluhAgama Katolik agar terjadi keselarasan kerjasama antara paroki dan tenaga-tenaga Penyuluh Agama Katolik. Mereka kita harapkan resmi ditempatkan di paroki-paroki. Artinya, pendampingan dan bimbingan kerja dan karya diserahkan kepada pastor paroki juga dalam peningkatan status dan golongan dibutuhkan rekomendasi dari pastor paroki. Para penyuluh mendapat penghidupan dan penggajian dari negara, tetapi koordinasi dan pemberian lingkup karya dan tanggung jawab para penyuluh tersebut adalah pastor paroki. Pastor paroki yang bertanggungjawab untuk melakukan bimbingan atas tenagatenaga ini dalam hubungan dengan Bimas Katolik dan Keuskupan. Ada baiknya jika secara berkala mereka dikumpulkan, diarahkan dan dibina dalam kesatuan seluruh tenaga pastoral di paroki.
+ Salam dan berkat
MgrA.B. Sinaga, OFMCap
MENJEMAAT, No. l0D(XXIIVOktober'2011
Keragaman lembaga dan peran menjadi ciri khas Gereja. Ketika bersinggungan dengan negara keragaman tersebut semakin lebih luas lagi. Walaupun di sanasini masih banyak hal yang belum diapresiasi pemerintah atas apa yang kita harapkan dari negara soal hidup keberagaman, khususnya dalam relasi dengan agama lain dan perhatian negara terhadap agama kita, tetap kita syukuri bahwa pemerintah masih memberi ruang dan kesempatan untuk kemajuan dan perkembangan hidup keberagamaan kita.
Keberadaan Bimas Katolik dan Penempatan beberapa Penyuluh Agama Katolik di beberapa daerah, misalnya, menjadi bukti perhatian pemerintah. Dari rakyat, oleh rakyat, untuk rakyat. Jelas bahwa keberadaan lembaga ini dengan orang-orangnya merupakan sebuah sikap menampung aspirasi dari, oleh dan untuk umat Katolik. Keberadaan Gereja katolik menjadi dasar keberadam Bimas Katolik dan penyuluh Agama Katolik. Premis terbalik tidak bisa dikatakan. Keberadaan lembaga keagamaan kdolik jelas ada dan lahir karena umat katolik. Dengan demikian misinya pun menjadi jelas. Misinya selaras dengan misi Gereja Katotik, yaitu pewartaan dan pengembangan iman kekatolikan.
Pengalaman selama ini menjadi gembala yang memberi pandangan kepada saya. Segala hal yang dijalani dan dialami menjadi barometer tuk melihat kekompakm gerak dalam bemisi di Keuskupan Agung Medan khususnya. Saya merasa ada kekurang harmonisan nyata antata misi Gereja dan misi Departemen Agama atau Bimas katolik. Di sini kenyataanny bisa timbal balik dialami oleh gereja sendiri atau orang-orang yang bekerja di Bimas dan penyuluh agama Katolik. Kurang bijak saling menuduh, tapi bijak bila kita mengakui ada secara factual kekurangharmonisan itu. Pada kenyataannnya masih terjadi kekurangpuasan baik dari pihak kalangan katekis negara terhadap para imam-imam, atau ketidak puasan komunitas Gereja paroki terhadap para penyuluh agama katolik. Keadaan ini masih merupakan sebuah sandungan dan kendala bagi pengembangan pastoral yang utuh dan efektif untuk paroki. Untuk itu perlu beberapa penegasan awal sebelum melangkah kepada sistematisasi kejelasan. Penegasan awal itu adalah:
Pertama, negara pancasila dalam kementrian agama telah mengambil kewajiban bagi dirinya untuk mendukung hidup dan pengembangan agama di Indonesia.
Kedua, eksistensi Bimas Katolik tergantung dan teruntuk pelayanan umat katolik. Hanya karena jumlah umat katoliklah sehingga eksistensi dan formasi Bimas Katolik mempunyai adanya yang sekarang. Karena itu, adalah tuntutan adanya dan fungsi Bimas Katolik yang teruntuk bagi pelayanan umat katolik untuk lebih akurat penyaluran (pelayanan) fungsi Bimas Katolik telah didaftarkan bidang-bidang yang dapat, yang sepantasanya, dan yang disanggupi oleh pihak Bimas katolik bagi pengembangan dan pembinaan Gereja Katolik. Dalam hal ini antara lain tentulah tercatat bantuan Bimas Katolik untuk mendukung sekolah katekis (STP Bonaventura) menyediakan sarana-sarana gerejawi, seperti perangkat misa, peralatan Gereja, bahkan sumbangan pembangunan rumah ibadat. Juga telah disepakati dan sudah terlaksana subsidi dan pendampingan Bimas Katolik bagi seminaris, pembinaan para pengurus gereja, imam muda, dan lain-lain. Termasuk dalam kesepakatan kerjasama antara Bimas Katolik dan paroki-paroki untuk mengusahakan diangkatrya beberapa PenyuluhAgama Katolik agar terjadi keselarasan kerjasama antara paroki dan tenaga-tenaga Penyuluh Agama Katolik. Mereka kita harapkan resmi ditempatkan di paroki-paroki. Artinya, pendampingan dan bimbingan kerja dan karya diserahkan kepada pastor paroki juga dalam peningkatan status dan golongan dibutuhkan rekomendasi dari pastor paroki. Para penyuluh mendapat penghidupan dan penggajian dari negara, tetapi koordinasi dan pemberian lingkup karya dan tanggung jawab para penyuluh tersebut adalah pastor paroki. Pastor paroki yang bertanggungjawab untuk melakukan bimbingan atas tenagatenaga ini dalam hubungan dengan Bimas Katolik dan Keuskupan. Ada baiknya jika secara berkala mereka dikumpulkan, diarahkan dan dibina dalam kesatuan seluruh tenaga pastoral di paroki.
+ Salam dan berkat
MgrA.B. Sinaga, OFMCap
MENJEMAAT, No. l0D(XXIIVOktober'2011
0 comments:
Post a Comment
Syalom. Terimakasih atas kunjungan dan komentarnya.Semoga Tuhan memberkati para Saudara.