Larangan terhadap Alkitab dicabut
Tokoh-tokoh agama dalam sebuah acara doa lintas agama di Lahore
Umat Kristen memuji sebuah partai Islam karena mengubah keputusannya. Sebelumnya, partai itu menuntut agar Alkitab dilarang.
Julius Salik, penyelenggara World Minorities Alliance, sangat menghargai pernyataan yang penuh solidaritas dari partai itu. “Ini merupakan langkah terpuji dari seorang ulama yang paham kebenaran ajaran Islam. Menemukan orang yang berkarya bagi kerukunan agama itu sulit,” kata mantan menteri federal yang tinggal di Islamabad itu dalam siaran pers pada 14 Juni.
Reaksi positif bermunculan setelah Maulana Sami Ul Haq, pemimpin Jamiat Ulema-e-Islam, mengatakan kepada media bahwa dia mengecam seorang ulama yang menjadi tokoh partainya, karena menuntut agar Alkitab dilarang.
“Kami percaya pada solidaritas keagamaan; saya tantang orang yang menuntut agar Alkitab dilarang itu. Semua muslim wajib menghormati kitab-kitab suci, tetapi ini juga berlaku untuk para pengikut agama-agama lain,” katanya pada 13 Juni.
Bulan lalu, para ulama meminta Mahkamah Agung untuk melarang Alkitab berdasarkan Undang-Undang Penghujatan Pakistan. Permintaan muncul sebagai reaksi atas aksi pembakaran Alquran di Amerika Serikat yang diselenggarakan oleh Pendeta Terry Jones.
Pastor Francis Nadeem, pelindung Dewan Nasional untuk Dialog Antaragama, mengatakan, keputusan partai itu tidak manfaat maupun merugikan kerukunan antaragama di Pakistan.
“Larangan itu sendiri salah. Tidak ada seorangpun yang akan memperkarakan hal itu atau membawa kitab-kitab suci untuk diperkarakan di pengadilan,” katanya.
“Yesus sendiri diakui dalam Alquran. Setiap aksi melawan Alkitab akan berhadapan dengan kekuatan mayoritas,” tambah imam Kapusin tersebut.
Leaders appreciate lifting of Bible threat(ucanews.com)
Disadur dari :cathnewsindonesia.com ,Tanggal publikasi: 16 Juni 2011
Umat Kristen memuji sebuah partai Islam karena mengubah keputusannya. Sebelumnya, partai itu menuntut agar Alkitab dilarang.
Julius Salik, penyelenggara World Minorities Alliance, sangat menghargai pernyataan yang penuh solidaritas dari partai itu. “Ini merupakan langkah terpuji dari seorang ulama yang paham kebenaran ajaran Islam. Menemukan orang yang berkarya bagi kerukunan agama itu sulit,” kata mantan menteri federal yang tinggal di Islamabad itu dalam siaran pers pada 14 Juni.
Reaksi positif bermunculan setelah Maulana Sami Ul Haq, pemimpin Jamiat Ulema-e-Islam, mengatakan kepada media bahwa dia mengecam seorang ulama yang menjadi tokoh partainya, karena menuntut agar Alkitab dilarang.
“Kami percaya pada solidaritas keagamaan; saya tantang orang yang menuntut agar Alkitab dilarang itu. Semua muslim wajib menghormati kitab-kitab suci, tetapi ini juga berlaku untuk para pengikut agama-agama lain,” katanya pada 13 Juni.
Bulan lalu, para ulama meminta Mahkamah Agung untuk melarang Alkitab berdasarkan Undang-Undang Penghujatan Pakistan. Permintaan muncul sebagai reaksi atas aksi pembakaran Alquran di Amerika Serikat yang diselenggarakan oleh Pendeta Terry Jones.
Pastor Francis Nadeem, pelindung Dewan Nasional untuk Dialog Antaragama, mengatakan, keputusan partai itu tidak manfaat maupun merugikan kerukunan antaragama di Pakistan.
“Larangan itu sendiri salah. Tidak ada seorangpun yang akan memperkarakan hal itu atau membawa kitab-kitab suci untuk diperkarakan di pengadilan,” katanya.
“Yesus sendiri diakui dalam Alquran. Setiap aksi melawan Alkitab akan berhadapan dengan kekuatan mayoritas,” tambah imam Kapusin tersebut.
Leaders appreciate lifting of Bible threat(ucanews.com)
Disadur dari :cathnewsindonesia.com ,Tanggal publikasi: 16 Juni 2011
0 comments:
Post a Comment
Syalom. Terimakasih atas kunjungan dan komentarnya.Semoga Tuhan memberkati para Saudara.