Renungan : Selasa 4 Januari 2011
(1Yoh 4:7-10; Mrk 6:34-44 )
"Kamu harus memberi mereka makan!"
(1Yoh 4:7-10; Mrk 6:34-44 )
"Kamu harus memberi mereka makan!"
BACAAN INJIL:
"Ketika Yesus mendarat, Ia melihat sejumlah besar orang banyak, maka tergeraklah hati-Nya oleh belas kasihan kepada mereka, karena mereka seperti domba yang tidak mempunyai gembala. Lalu mulailah Ia mengajarkan banyak hal kepada mereka. Pada waktu hari sudah mulai malam, datanglah murid-murid-Nya kepada-Nya dan berkata: "Tempat ini sunyi dan hari sudah mulai malam. Suruhlah mereka pergi, supaya mereka dapat membeli makanan di desa-desa dan di kampung-kampung di sekitar ini." Tetapi jawab-Nya: "Kamu harus memberi mereka makan!" Kata mereka kepada-Nya: "Jadi haruskah kami membeli roti seharga dua ratus dinar untuk memberi mereka makan?" Tetapi Ia berkata kepada mereka: "Berapa banyak roti yang ada padamu? Cobalah periksa!" Sesudah memeriksanya mereka berkata: "Lima roti dan dua ikan." Lalu Ia menyuruh orang-orang itu, supaya semua duduk berkelompok-kelompok di atas rumput hijau. Maka duduklah mereka berkelompok-kelompok, ada yang seratus, ada yang lima puluh orang. Dan setelah Ia mengambil lima roti dan dua ikan itu, Ia menengadah ke langit dan mengucap berkat, lalu memecah-mecahkan roti itu dan memberikannya kepada murid-murid-Nya, supaya dibagi-bagikan kepada orang-orang itu; begitu juga kedua ikan itu dibagi-bagikan-Nya kepada semua mereka. Dan mereka semuanya makan sampai kenyang. Kemudian orang mengumpulkan potongan-potongan roti dua belas bakul penuh, selain dari pada sisa-sisa ikan.Yang ikut makan roti itu ada lima ribu orang laki-laki."
Demikianlah Injil Tuhan bagi kita hari ini.
RENUNGAN:
Sering kita temui para pengemis meminta-minta sedekah di depan Gereja atau rumah ibadah. Ini suatu pemandangan yang ‘menarik’. Para pengemis itu mengharapkan belaskasihan dari orang-orang yang baru keluar dari Gereja, yang baru memuji memuliakan Tuhan dan yang tentunya baru mendengarkan firman Tuhan. Reaksi umat yang baru keluar beribadah atas para pengemis itu pasti bermacam-macam: mungkin ada yang memberi sedekah, mungkin ada tidak senang melihatnya sehingga mengusirnya atau membuat surat pembaca di majalah Paroki yang meminta pihak gereja mengusir mereka, mungkin ada pula yang tidak menghiraukannya dengan berbuat yang pura-pura tidak melihatnya dan pura-pura asyik berdiam diri merenungkan firman yang baru di dengar atau pura-pura berjalan sambil membahas Firman Tuhan yang beru didengar. Dan pasti masih banyak reaksi lain. Firman Tuhan yang kita dengar seringkali hanya tinggal dan mengendap dalam pikiran kita, tetapi tidak berbuah dalam perbuatan nyata.
Berbuat baik kepada sesama dengan berbagi, itu gampang diucapkan, indah didengar tetapi bukan hal yang mudah untuk diwujudkan. Fenomena yang terjadi dalam hidup sekarang ini adalah individualisme yang tinggi, masing-masing orang berpikir hanya untuk dirinya, semua terpusat pada diri sendiri. Orang berlomba untuk memenuhi apa yang dianggap menjadi hak atau kebutuhannya dan apa yang dia peroleh dari usaha kerasnya dianggap hanya dialah yang berhak untuk menikmatinya. Dengan demikian menganggap bahwa orang lain tidak pantas untuk ikut menikmati hasil jerih payahnya. Kepekaan terhadap sesama yang menderita dan kerelaan untuk berbagi kasih kepada mereka itu, dalam zaman ini merupakan suatu keutamaan yang sudah sulit kita temukan. Bahkan ada pula yang melihat orang miskin sebagai suatu proyek atau lahan untuk kepentingan pribadi, entah itu untuk mencari popularitas dengan mengadakan kegiatan aksi social atau ada pula yang mencari keuntungan dari orang-orang yang menderita. Begitu sulitnya untuk berbagi kasih dengan orang lain yang menderita.
Kisah mukjijat penggandaan roti oleh Yesus yang kita dengarkan dalam Injil hari ini mengajarkan kepada kita agar kita juga memiliki rasa belaskasih kepada sesama yang menderita, yang membutuhkan bantuan dari kita. Para murid ketika melihat orang banyak itu dan tahu mereka pasti sudah lapar, bukannya bertanya kepada Yesus apa yang harus diperbuat untuk mereka, tetapi malah meminta Yesus mengusir mereka semua dan menyuruh mereka pulang. Yesus bukannya mengusir tetapi malah mengatakan bahwa merekalah yang harus memberi orang banyak itu makan. Para rasul sangat kaget dengan jawaban Yesus, sehingga berkatan, "Jadi haruskah kami membeli roti seharga dua ratus dinar untuk memberi mereka makan?" Atas jawaban kekagetan ini ada dua hal yang kita tangkap:
1. Para murid merasa tidak memiliki uang sebanyak itu untuk membeli roti bagi orang sebanyak itu.
2. Para murid tidak rela berbagi karena tidak rela kehilangan banyak uang untuk memberi orang banyak itu makan.
Belaskasih tidak ada dalam diri para rasul pada waktu itu. Tetapi syukurlah bahwa Yesus Tuhan yang penuh belaskasih. Belaskasih yang begitu besar dalam diri Yesus dibuktikanNya dengan memberi makan orang banyak itu sampai kenyang dari lima roti dan dua ikan. Yesus menengadah ke lagit, mengucap syukur dan memecah-mecah roti itu dan membagikannya kepada orang banyak itu. Setelah semuanya makan kenyang, malah sisa roti ada 12 bakul dan belum termasuk sisa ikan.
Rasa belaskasih dalam diri kita akan membuat kita peka terhadap kebutuhan orang lain, peka akan orang-orang yang menderita yang ada di sekitar kita dan akan membuat kita rela berbagi sukacita, berkat kepada sesama serta juga membuat kita mencari cara untuk membantu orang lain. Rasa belasakasih ini yang mungkin sudah tersingkir dari diri kita masing-masing. Kita seringkali tidak mau melakukan kebaikan, tidak rela berbagi kepada sesama karena seperti para murid merasa tidak mempunya banyak untuk dibagikan kepada orang lain, menganggap bahwa kita saja masih berkekurangan. Tidak sedikit orang yang berpikir demikian, sehingga mengatakan bahwa dia akan mau berbagi dengan orang lain bila sudah kaya, bila kebutuhannya sudah tercukupi. Ini hanya alasan dari ketidakmauan berbagi dan tidak mau kehilangan dari apa yang ada padanya. Ada pula yang memberi atau berbagi tetapi memberikan apa yang tidak dibutuhkan, atau sisa-sisa dari kebutuhannya. Mungkin yang diberikannya banyak, tetapi tidak didasari oleh kasih karena memberi apa yang tidak dibutuhkan. Yesus memberi makan orang banyak itu dari lima roti dan dua ekor ikan. Ini bukan jumlah yang banyak, tetapi dari yang sedikit itu yang dibagikan dengan penuh belaskasih, semua orang dapat makan dengan kenyang.
Berbuat baik, berbagi dengan orang lain, tidak menunggu setelah kita berlebihan, tetapi kita harus berani berbagi dari apa yang kita miliki sekarang ini. Inilah yang lebih berkenan kepada Allah dan Allah akan mencukupi kebutuhan kita dan Dia akan menyempurnakan perbuatan belaskasih kita. Yesus memecah-mecah roti dan ikan itu dan membagikannya kepada orang banyak. Mari kita juga hendaknya berani memecah-mecah kehidupan kita dan membagikannya kepada orang banyak, dengan melakukan perbautan kasih kepada orang-orang yang menderita, yang membutuhkan uluran kasih dari kita. Bacaan pertama mengingatkan kita akan contoh teladan dan ajaran Yesus akan belasih ini dengan mengatakan, “Saudara-saudaraku yang kekasih, marilah kita saling mengasihi, sebab kasih itu berasal dari Allah; dan setiap orang yang mengasihi, lahir dari Allah dan mengenal Allah. Barangsiapa tidak mengasihi, ia tidak mengenal Allah, sebab Allah adalah kasih. (1Yoh 4:7.8).
"Ketika Yesus mendarat, Ia melihat sejumlah besar orang banyak, maka tergeraklah hati-Nya oleh belas kasihan kepada mereka, karena mereka seperti domba yang tidak mempunyai gembala. Lalu mulailah Ia mengajarkan banyak hal kepada mereka. Pada waktu hari sudah mulai malam, datanglah murid-murid-Nya kepada-Nya dan berkata: "Tempat ini sunyi dan hari sudah mulai malam. Suruhlah mereka pergi, supaya mereka dapat membeli makanan di desa-desa dan di kampung-kampung di sekitar ini." Tetapi jawab-Nya: "Kamu harus memberi mereka makan!" Kata mereka kepada-Nya: "Jadi haruskah kami membeli roti seharga dua ratus dinar untuk memberi mereka makan?" Tetapi Ia berkata kepada mereka: "Berapa banyak roti yang ada padamu? Cobalah periksa!" Sesudah memeriksanya mereka berkata: "Lima roti dan dua ikan." Lalu Ia menyuruh orang-orang itu, supaya semua duduk berkelompok-kelompok di atas rumput hijau. Maka duduklah mereka berkelompok-kelompok, ada yang seratus, ada yang lima puluh orang. Dan setelah Ia mengambil lima roti dan dua ikan itu, Ia menengadah ke langit dan mengucap berkat, lalu memecah-mecahkan roti itu dan memberikannya kepada murid-murid-Nya, supaya dibagi-bagikan kepada orang-orang itu; begitu juga kedua ikan itu dibagi-bagikan-Nya kepada semua mereka. Dan mereka semuanya makan sampai kenyang. Kemudian orang mengumpulkan potongan-potongan roti dua belas bakul penuh, selain dari pada sisa-sisa ikan.Yang ikut makan roti itu ada lima ribu orang laki-laki."
Demikianlah Injil Tuhan bagi kita hari ini.
RENUNGAN:
Sering kita temui para pengemis meminta-minta sedekah di depan Gereja atau rumah ibadah. Ini suatu pemandangan yang ‘menarik’. Para pengemis itu mengharapkan belaskasihan dari orang-orang yang baru keluar dari Gereja, yang baru memuji memuliakan Tuhan dan yang tentunya baru mendengarkan firman Tuhan. Reaksi umat yang baru keluar beribadah atas para pengemis itu pasti bermacam-macam: mungkin ada yang memberi sedekah, mungkin ada tidak senang melihatnya sehingga mengusirnya atau membuat surat pembaca di majalah Paroki yang meminta pihak gereja mengusir mereka, mungkin ada pula yang tidak menghiraukannya dengan berbuat yang pura-pura tidak melihatnya dan pura-pura asyik berdiam diri merenungkan firman yang baru di dengar atau pura-pura berjalan sambil membahas Firman Tuhan yang beru didengar. Dan pasti masih banyak reaksi lain. Firman Tuhan yang kita dengar seringkali hanya tinggal dan mengendap dalam pikiran kita, tetapi tidak berbuah dalam perbuatan nyata.
Berbuat baik kepada sesama dengan berbagi, itu gampang diucapkan, indah didengar tetapi bukan hal yang mudah untuk diwujudkan. Fenomena yang terjadi dalam hidup sekarang ini adalah individualisme yang tinggi, masing-masing orang berpikir hanya untuk dirinya, semua terpusat pada diri sendiri. Orang berlomba untuk memenuhi apa yang dianggap menjadi hak atau kebutuhannya dan apa yang dia peroleh dari usaha kerasnya dianggap hanya dialah yang berhak untuk menikmatinya. Dengan demikian menganggap bahwa orang lain tidak pantas untuk ikut menikmati hasil jerih payahnya. Kepekaan terhadap sesama yang menderita dan kerelaan untuk berbagi kasih kepada mereka itu, dalam zaman ini merupakan suatu keutamaan yang sudah sulit kita temukan. Bahkan ada pula yang melihat orang miskin sebagai suatu proyek atau lahan untuk kepentingan pribadi, entah itu untuk mencari popularitas dengan mengadakan kegiatan aksi social atau ada pula yang mencari keuntungan dari orang-orang yang menderita. Begitu sulitnya untuk berbagi kasih dengan orang lain yang menderita.
Kisah mukjijat penggandaan roti oleh Yesus yang kita dengarkan dalam Injil hari ini mengajarkan kepada kita agar kita juga memiliki rasa belaskasih kepada sesama yang menderita, yang membutuhkan bantuan dari kita. Para murid ketika melihat orang banyak itu dan tahu mereka pasti sudah lapar, bukannya bertanya kepada Yesus apa yang harus diperbuat untuk mereka, tetapi malah meminta Yesus mengusir mereka semua dan menyuruh mereka pulang. Yesus bukannya mengusir tetapi malah mengatakan bahwa merekalah yang harus memberi orang banyak itu makan. Para rasul sangat kaget dengan jawaban Yesus, sehingga berkatan, "Jadi haruskah kami membeli roti seharga dua ratus dinar untuk memberi mereka makan?" Atas jawaban kekagetan ini ada dua hal yang kita tangkap:
1. Para murid merasa tidak memiliki uang sebanyak itu untuk membeli roti bagi orang sebanyak itu.
2. Para murid tidak rela berbagi karena tidak rela kehilangan banyak uang untuk memberi orang banyak itu makan.
Belaskasih tidak ada dalam diri para rasul pada waktu itu. Tetapi syukurlah bahwa Yesus Tuhan yang penuh belaskasih. Belaskasih yang begitu besar dalam diri Yesus dibuktikanNya dengan memberi makan orang banyak itu sampai kenyang dari lima roti dan dua ikan. Yesus menengadah ke lagit, mengucap syukur dan memecah-mecah roti itu dan membagikannya kepada orang banyak itu. Setelah semuanya makan kenyang, malah sisa roti ada 12 bakul dan belum termasuk sisa ikan.
Rasa belaskasih dalam diri kita akan membuat kita peka terhadap kebutuhan orang lain, peka akan orang-orang yang menderita yang ada di sekitar kita dan akan membuat kita rela berbagi sukacita, berkat kepada sesama serta juga membuat kita mencari cara untuk membantu orang lain. Rasa belasakasih ini yang mungkin sudah tersingkir dari diri kita masing-masing. Kita seringkali tidak mau melakukan kebaikan, tidak rela berbagi kepada sesama karena seperti para murid merasa tidak mempunya banyak untuk dibagikan kepada orang lain, menganggap bahwa kita saja masih berkekurangan. Tidak sedikit orang yang berpikir demikian, sehingga mengatakan bahwa dia akan mau berbagi dengan orang lain bila sudah kaya, bila kebutuhannya sudah tercukupi. Ini hanya alasan dari ketidakmauan berbagi dan tidak mau kehilangan dari apa yang ada padanya. Ada pula yang memberi atau berbagi tetapi memberikan apa yang tidak dibutuhkan, atau sisa-sisa dari kebutuhannya. Mungkin yang diberikannya banyak, tetapi tidak didasari oleh kasih karena memberi apa yang tidak dibutuhkan. Yesus memberi makan orang banyak itu dari lima roti dan dua ekor ikan. Ini bukan jumlah yang banyak, tetapi dari yang sedikit itu yang dibagikan dengan penuh belaskasih, semua orang dapat makan dengan kenyang.
Berbuat baik, berbagi dengan orang lain, tidak menunggu setelah kita berlebihan, tetapi kita harus berani berbagi dari apa yang kita miliki sekarang ini. Inilah yang lebih berkenan kepada Allah dan Allah akan mencukupi kebutuhan kita dan Dia akan menyempurnakan perbuatan belaskasih kita. Yesus memecah-mecah roti dan ikan itu dan membagikannya kepada orang banyak. Mari kita juga hendaknya berani memecah-mecah kehidupan kita dan membagikannya kepada orang banyak, dengan melakukan perbautan kasih kepada orang-orang yang menderita, yang membutuhkan uluran kasih dari kita. Bacaan pertama mengingatkan kita akan contoh teladan dan ajaran Yesus akan belasih ini dengan mengatakan, “Saudara-saudaraku yang kekasih, marilah kita saling mengasihi, sebab kasih itu berasal dari Allah; dan setiap orang yang mengasihi, lahir dari Allah dan mengenal Allah. Barangsiapa tidak mengasihi, ia tidak mengenal Allah, sebab Allah adalah kasih. (1Yoh 4:7.8).
0 comments:
Post a Comment
Syalom. Terimakasih atas kunjungan dan komentarnya.Semoga Tuhan memberkati para Saudara.