RENUNGAN : Kamis 6 Januari 2011
1Yoh 4:19-5:4, Mzm 72:2,14,15bc,17, Luk 4:14-22a
(Didakus Yosef dr Sadiz)
1Yoh 4:19-5:4, Mzm 72:2,14,15bc,17, Luk 4:14-22a
(Didakus Yosef dr Sadiz)
"Pada hari ini genaplah nas ini sewaktu kamu mendengarnya."
BACAAN INJIL:
Dalam kuasa Roh kembalilah Yesus ke Galilea. Dan tersiarlah kabar tentang Dia di seluruh daerah itu. Sementara itu Ia mengajar di rumah-rumah ibadat di situ dan semua orang memuji Dia. Ia datang ke Nazaret tempat Ia dibesarkan, dan menurut kebiasaan-Nya pada hari Sabat Ia masuk ke rumah ibadat, lalu berdiri hendak membaca dari Alkitab. Kepada-Nya diberikan kitab nabi Yesaya dan setelah dibuka-Nya, Ia menemukan nas, di mana ada tertulis: "Roh Tuhan ada pada-Ku, oleh sebab Ia telah mengurapi Aku, untuk menyampaikan kabar baik kepada orang-orang miskin; dan Ia telah mengutus Aku untuk memberitakan pembebasan kepada orang-orang tawanan, dan penglihatan bagi orang-orang buta, untuk membebaskan orang-orang yang tertindas, untuk memberitakan tahun rahmat Tuhan telah datang." Kemudian Ia menutup kitab itu, memberikannya kembali kepada pejabat, lalu duduk; dan mata semua orang dalam rumah ibadat itu tertuju kepada-Nya. Lalu Ia memulai mengajar mereka, kata-Nya: "Pada hari ini genaplah nas ini sewaktu kamu mendengarnya." Dan semua orang itu membenarkan Dia dan mereka heran akan kata-kata yang indah yang diucapkan-Nya, lalu kata mereka: "Bukankah Ia ini anak Yusuf?"
Demikianlah Injil Tuhan bagi kita hari ini.
RENUNGAN
Kehadiran Yesus mengagumkan banyak orang, juga tersiar ke kampung halaman-Nya. Mungkin itulah alasan mengapa Yesus diminta untuk membacakan kitab suci ketika Dia masuk ke rumah ibadat pada hari Sabat. Orang-orang sekampung-Nya yang tentu juga mendengar ketenaran Yesus, ingin mendapat pengajaran dari-Nya. Kepada Yesus diberikan kitab nabi Yesaya yang berbicara tentang kedatangan Mesias yang menyampaikan kabar baik kepada orang miskin, memberitakan pembebasan kepada orang-orang tawanan penglihatan bagi orang-orang buta, untuk membebaskan orang-orang yang tertindas, untuk memberitakan tahun rahmat Tuhan telah datang. Orang-orang yang mendengar tentu berharap agar Yesus mengajarkan kepada mereka maksud dari ayat yang barusan mereka dengarkannya. Di luar dugaan mereka tentunya, Yesus justru menegaskan bahwa teks yang dibacakan-Nya adalah berbicara tentang diri-Nya. Itu berarti Yesus memperkenalkan diri-Nya bahwa Dialah Mesias sebagaimana yang telah dinubuatkan oleh nabi Yesaya.
Mungkin kita bertanya, “Apakah kebetulan kepada Yesus diberikan kitab nabi Yesaya untuk dibacakan?” Bagi kita yang percaya akan Roh Allah yang berdiam dalam diri Yesus, hal itu bukanlah suatu kebetulan. Namun lewat yang menurut orang kebetulan, kita bisa mengambil suatu makna yang besar yakni bahwa setiap Sabda Tuhan dibacakan kepada kita, saat itu pula Yesus hadir berbicara kepada kita. Setiap kita mendengarkan sabda Tuhan, saat itupula Yesus hadir dan Dia sendirilah yang menyampaikan sabda itu kepada kita. Demikian juga halnya ketika kita membaca kitab Suci baik secara pribadi maupun bersama-sama dalam kelompok, kita harus percaya bahwa saat itupula Yesus hadir.
Dari sebab itu, mari kita merenungkan, apakah setiap sabda kita dengar pada saat perayaan Ekaristi ataupun dalam ibadat, kita percaya bahwa Yesus hadir menyampaikan sabda itu kepada kita? Atau kita tidak peduli akan sabda yang disampaikan kepada kita, sibuk dengan diri sendiri? Mungkin seringkali kita kurang meyakini ini, sehingga ketika sabda dibacakan kita sibut dengan pikiran kita sendiri, bahkan mungkin sibuk sms an pada waktu itu. Juga mungkin adapula umat yang membaca kitab Suci ketika sabda Tuhan disampaikan. Memang yang dibacanya tentu perikop yang dibacakan saat itu, tetapi sikap demikian kuranglah baik karena bisa saja sebagai tanda bahwa dia kurang mengerti apa arti Sabda yang disampaikan. Walaupun hal ini bisa terjadi karena si pembaca kurang memahami perannya sebagai orang yang dipakai oleh Yesus untuk membacakan sabda-Nya dan menghadirkan Yesus lewat sabda-Nya.
Tidak jarang kita dengarkan pembaca / lector saat membacakan sabda dalam perayaan ekaristi, membaca dengan tidak sangat jelas, seakan membaca Koran dan membaca untuk diri sendiri, tidak sadar bahwa dia membacakan sabda Tuhan kepada orang baik. Oleh karena itu, baiklah siapapun yang bertugas untuk membcakan sabda pada perayaan ekaristi maupun dalam ibadat sabda, hendaknya mempersiapkan diri dengan sebaik-baiknya, meyadari perannya sebagai alat Tuhan dalam menyampaikan sabda-Nya sehingga, umat yang mendengarkan sabda itu sungguh menyadari dan mengimani bahwa Yesus hadir lewat sabda-Nya yang dibacakan.
Sabda Allah yang disampaikan dengan baik dan benar, menghadirkan Yesus sendiri yang bersabda bagi kita dan bagi banyak orang. Kalau kita mengimani ini, tentu baiklah kita menjadi pendengar yan baik, tidak sibut dengan pikiran sendiri, sibuk dengan HP atau sibuk membaca sendiri teks yang sama. Namun kiranya pendengar yang baik tidak hanya sekedar mendengar dan tekagum-kagum akan sabda yang diengarkan. Pendengar yang baik, tentunya menjadikan sabda yang diengar menjadi bagi dari dirinya dengan menghayati sabda yang didengarkan. Sabda yang kita dengar, hendaknya tidak tinggal dalam hati atau pikiran kita saja, tetapi berbuah dalam perbautan nyata seperti yang diperintahkan oleh Yesus sendiri yakni melakukan perbautankasih sebagaimana diaktakan dalam bacaan pertama mengakatan, “Inilah tandanya, bahwa kita mengasihi anak-anak Allah, yaitu apabila kita mengasihi Allah serta melakukan perintah-perintah-Nya.” (1Yoh 5:2). Sabda yang kita dengar sungguh menghadirkan Yesus sendiri bila sabda itu kita laksanakan dalam perbuatan kasih. Amin.
Dalam kuasa Roh kembalilah Yesus ke Galilea. Dan tersiarlah kabar tentang Dia di seluruh daerah itu. Sementara itu Ia mengajar di rumah-rumah ibadat di situ dan semua orang memuji Dia. Ia datang ke Nazaret tempat Ia dibesarkan, dan menurut kebiasaan-Nya pada hari Sabat Ia masuk ke rumah ibadat, lalu berdiri hendak membaca dari Alkitab. Kepada-Nya diberikan kitab nabi Yesaya dan setelah dibuka-Nya, Ia menemukan nas, di mana ada tertulis: "Roh Tuhan ada pada-Ku, oleh sebab Ia telah mengurapi Aku, untuk menyampaikan kabar baik kepada orang-orang miskin; dan Ia telah mengutus Aku untuk memberitakan pembebasan kepada orang-orang tawanan, dan penglihatan bagi orang-orang buta, untuk membebaskan orang-orang yang tertindas, untuk memberitakan tahun rahmat Tuhan telah datang." Kemudian Ia menutup kitab itu, memberikannya kembali kepada pejabat, lalu duduk; dan mata semua orang dalam rumah ibadat itu tertuju kepada-Nya. Lalu Ia memulai mengajar mereka, kata-Nya: "Pada hari ini genaplah nas ini sewaktu kamu mendengarnya." Dan semua orang itu membenarkan Dia dan mereka heran akan kata-kata yang indah yang diucapkan-Nya, lalu kata mereka: "Bukankah Ia ini anak Yusuf?"
Demikianlah Injil Tuhan bagi kita hari ini.
RENUNGAN
Kehadiran Yesus mengagumkan banyak orang, juga tersiar ke kampung halaman-Nya. Mungkin itulah alasan mengapa Yesus diminta untuk membacakan kitab suci ketika Dia masuk ke rumah ibadat pada hari Sabat. Orang-orang sekampung-Nya yang tentu juga mendengar ketenaran Yesus, ingin mendapat pengajaran dari-Nya. Kepada Yesus diberikan kitab nabi Yesaya yang berbicara tentang kedatangan Mesias yang menyampaikan kabar baik kepada orang miskin, memberitakan pembebasan kepada orang-orang tawanan penglihatan bagi orang-orang buta, untuk membebaskan orang-orang yang tertindas, untuk memberitakan tahun rahmat Tuhan telah datang. Orang-orang yang mendengar tentu berharap agar Yesus mengajarkan kepada mereka maksud dari ayat yang barusan mereka dengarkannya. Di luar dugaan mereka tentunya, Yesus justru menegaskan bahwa teks yang dibacakan-Nya adalah berbicara tentang diri-Nya. Itu berarti Yesus memperkenalkan diri-Nya bahwa Dialah Mesias sebagaimana yang telah dinubuatkan oleh nabi Yesaya.
Mungkin kita bertanya, “Apakah kebetulan kepada Yesus diberikan kitab nabi Yesaya untuk dibacakan?” Bagi kita yang percaya akan Roh Allah yang berdiam dalam diri Yesus, hal itu bukanlah suatu kebetulan. Namun lewat yang menurut orang kebetulan, kita bisa mengambil suatu makna yang besar yakni bahwa setiap Sabda Tuhan dibacakan kepada kita, saat itu pula Yesus hadir berbicara kepada kita. Setiap kita mendengarkan sabda Tuhan, saat itupula Yesus hadir dan Dia sendirilah yang menyampaikan sabda itu kepada kita. Demikian juga halnya ketika kita membaca kitab Suci baik secara pribadi maupun bersama-sama dalam kelompok, kita harus percaya bahwa saat itupula Yesus hadir.
Dari sebab itu, mari kita merenungkan, apakah setiap sabda kita dengar pada saat perayaan Ekaristi ataupun dalam ibadat, kita percaya bahwa Yesus hadir menyampaikan sabda itu kepada kita? Atau kita tidak peduli akan sabda yang disampaikan kepada kita, sibuk dengan diri sendiri? Mungkin seringkali kita kurang meyakini ini, sehingga ketika sabda dibacakan kita sibut dengan pikiran kita sendiri, bahkan mungkin sibuk sms an pada waktu itu. Juga mungkin adapula umat yang membaca kitab Suci ketika sabda Tuhan disampaikan. Memang yang dibacanya tentu perikop yang dibacakan saat itu, tetapi sikap demikian kuranglah baik karena bisa saja sebagai tanda bahwa dia kurang mengerti apa arti Sabda yang disampaikan. Walaupun hal ini bisa terjadi karena si pembaca kurang memahami perannya sebagai orang yang dipakai oleh Yesus untuk membacakan sabda-Nya dan menghadirkan Yesus lewat sabda-Nya.
Tidak jarang kita dengarkan pembaca / lector saat membacakan sabda dalam perayaan ekaristi, membaca dengan tidak sangat jelas, seakan membaca Koran dan membaca untuk diri sendiri, tidak sadar bahwa dia membacakan sabda Tuhan kepada orang baik. Oleh karena itu, baiklah siapapun yang bertugas untuk membcakan sabda pada perayaan ekaristi maupun dalam ibadat sabda, hendaknya mempersiapkan diri dengan sebaik-baiknya, meyadari perannya sebagai alat Tuhan dalam menyampaikan sabda-Nya sehingga, umat yang mendengarkan sabda itu sungguh menyadari dan mengimani bahwa Yesus hadir lewat sabda-Nya yang dibacakan.
Sabda Allah yang disampaikan dengan baik dan benar, menghadirkan Yesus sendiri yang bersabda bagi kita dan bagi banyak orang. Kalau kita mengimani ini, tentu baiklah kita menjadi pendengar yan baik, tidak sibut dengan pikiran sendiri, sibuk dengan HP atau sibuk membaca sendiri teks yang sama. Namun kiranya pendengar yang baik tidak hanya sekedar mendengar dan tekagum-kagum akan sabda yang diengarkan. Pendengar yang baik, tentunya menjadikan sabda yang diengar menjadi bagi dari dirinya dengan menghayati sabda yang didengarkan. Sabda yang kita dengar, hendaknya tidak tinggal dalam hati atau pikiran kita saja, tetapi berbuah dalam perbautan nyata seperti yang diperintahkan oleh Yesus sendiri yakni melakukan perbautankasih sebagaimana diaktakan dalam bacaan pertama mengakatan, “Inilah tandanya, bahwa kita mengasihi anak-anak Allah, yaitu apabila kita mengasihi Allah serta melakukan perintah-perintah-Nya.” (1Yoh 5:2). Sabda yang kita dengar sungguh menghadirkan Yesus sendiri bila sabda itu kita laksanakan dalam perbuatan kasih. Amin.
0 comments:
Post a Comment
Syalom. Terimakasih atas kunjungan dan komentarnya.Semoga Tuhan memberkati para Saudara.