Renungan Hari ke 5 sesudah Penampakan Tuhan,
Jumat 7 Januari 2010
1Yoh 5:5-13, Mzm 147:12-13,14-15,19-20, Luk 5:12-16
(Raimundus dr Penyafort, Lindalva)
Jumat 7 Januari 2010
1Yoh 5:5-13, Mzm 147:12-13,14-15,19-20, Luk 5:12-16
(Raimundus dr Penyafort, Lindalva)
“Seringkali Yesus mengecewakan kita karena permohonan kita tidak dikabulkan?”
BACAAN INJIL:
Pada suatu kali Yesus berada dalam sebuah kota. Di situ ada seorang yang penuh kusta. Ketika ia melihat Yesus, tersungkurlah ia dan memohon: "Tuan, jika Tuan mau, Tuan dapat mentahirkan aku." Lalu Yesus mengulurkan tangan-Nya, menjamah orang itu, dan berkata: "Aku mau, jadilah engkau tahir." Seketika itu juga lenyaplah penyakit kustanya. Yesus melarang orang itu memberitahukannya kepada siapapun juga dan berkata: "Pergilah, perlihatkanlah dirimu kepada imam dan persembahkanlah untuk pentahiranmu persembahan seperti yang diperintahkan Musa, sebagai bukti bagi mereka." Tetapi kabar tentang Yesus makin jauh tersiar dan datanglah orang banyak berbondong-bondong kepada-Nya untuk mendengar Dia dan untuk disembuhkan dari penyakit mereka. Akan tetapi Ia mengundurkan diri ke tempat-tempat yang sunyi dan berdoa.
Demikianlah Injil Tuhan bagi kita hari ini.
RENUNGAN:
Mungkin kita pernah kecewa kepada Yesus atau malah mungkin kita sering merasa kecewa karena merasa permohonan kita tidak pernah dikabulkan. Hal ini kadang membuat kita malas datang kepada-Nya untuk memohon, kalaupun menyampaikan permohonan, permohonan itu disampaikan hanya sebagai basa-basi dan tidak disampaikan dengan penuh keyakinan. Permohonan sering kita panjatkan tanpa ada pengharapan untuk dikabulkan.
Dalam injil yang kita dengar hari ini, orang kusta itu tersungkur di hadapan Yesus dan memohon penyembuhan dari Yesus. Namun dalam permohonan itu, dia tidak berkata, “Tuhan, sembuhkanlah aku.” Tetapi dia hanya berkata , “Tuan, jika Tuan mau, Tuan dapat mentahirkan aku.” Sungguh luar biasa, orang kusta itu tidak secara konkrit mengajukan permohonan untuk disembuhkan, tetapi Yesus langsung menyembuhkan orang itu. Bagi kita, orang kusta itu hanya sekali saja meminta, tapi langsung dikabulkan oleh Yesus. Sedangkan kita mungkin merasa sudah sering, berkali-kali memohon tetapi seakan tidak pernah dikabulkan.
Orang kusta itu memohon dengan tersungkur. Tersungkur tentu bukan karena dia tidak bisa berdiri tegak atau berlutut biasa. Sikap tersungkur adalah tanda kerendahan hati yang mendalam. Dalam kata-kata orang kusta itupun, tampak suatu iman dan keyakinan bahwa Yesus adalah Tuhan yang dapat menyembuhkannya dan yakin bahwa Yesus tahu dan mau menyembuhkannya. Orang kusta itu percaya bahwa Yesus sanggup menyembuhkannya dan pasti mau, tetapi dia tidak mau memaksakan permohonannya itu, dia menyerahkan sepenuhnya kepada kemauan atau kehendak Yesus. Orang kusta itu percaya bahwa Yesus tahu apa yang terbaik bagi dirinya sehingga dia tidak ngotot memaksakan kehendaknya atau permohonannya.
Kita pasti sering memanjatkan permohonan kepada Yesus dan seringpula merasa permohonan kita tidak dikabulkan. Namun kita seringkali kita datang memohon bukan dengan sikap tersungkur di hadapan Yesus. Kita mungkin sering memohon bukan dengan sikap rendah hati karena kita merasa tidak pantas memohonan kepada-Nya karena kedosaan dan ketidaksetiaan kita kepada-Nya, tidak dengan rendah hati karena percaya bahwa Yesus adalah Tuhan yang mahakuasa. Tanpa kita sadari, kita memohon kepada Yesus dengan ditunggangi kesombongan diri yakni merasa bahwa Yesus pantas dan harus membantu atau mengabulkan doa kita . Kita berpikir bahwa diri kita sudah baik, sehingga Yesus harus membantu kita. Memang hal ini bisa jadi kita tidak sadari, tapi kadang itu terjadi dalam permohonan kita. Mungkin kita seperti orang banyak itu yang berbondong-bondong mengikuti Yesus tetapi tidak sepenuhnya percaya bahwa Yesus adalah Tuhan yang mahakuasa, mahapengasih dan mahapenyayang.
Kita datang kepada-Nya tidak dengan sikap tersungkur. Doa permohonan yang disampaikan dengan ketulusan dan kerendahan hati, juga akan terungkap dalam penyerahan diri pada kehendak Tuhan. Artinya dalam permhonan itu, kita serahkan pada kehendak-Nya karena kita percaya Yesus pasti tahu apa yang terbaik bagi kita dan akan memberikan yang terbaik bagi kita. Kita seringkali merasa bahwa apa yang kita mohonkan, adalah penting, baik dan berguna bagi kita, padahal belum tentu demikian menurut Yesus. Dari sebab itu, memang kita bisa memohon, berharap tetapi tetap menyerahkan sepenuhnya kepada kehendak Tuhan dan percaya bahwa Tuhan akan memberikan yang terbaik bagi kita. Karena kita kurang menghayati sikap ini, maka kita seringkali kecewa kepada Yesus, padahal Yesus memberikan jauh lebih besar daripada yang kita mohonkan, hanya kita kurang menyadarinya sebab kita hanya terpusat pada apa yang kita katakana, pada apa yang kita anggap baik dan berguna bagi kita. Dari sebab itu, dalam doa-doa terutama dalam doa permohonan kita, sampaikanlah dalam kerendahan hari yang mendalam, dalam iman yang tulus dan serahkan semuanya pada kehendak-Nya. Yakinlah, Yesus akan memberikan yang terbaik bagi kita, melebihi apa yang kita mohonkan. Semoga. Amin.
Pada suatu kali Yesus berada dalam sebuah kota. Di situ ada seorang yang penuh kusta. Ketika ia melihat Yesus, tersungkurlah ia dan memohon: "Tuan, jika Tuan mau, Tuan dapat mentahirkan aku." Lalu Yesus mengulurkan tangan-Nya, menjamah orang itu, dan berkata: "Aku mau, jadilah engkau tahir." Seketika itu juga lenyaplah penyakit kustanya. Yesus melarang orang itu memberitahukannya kepada siapapun juga dan berkata: "Pergilah, perlihatkanlah dirimu kepada imam dan persembahkanlah untuk pentahiranmu persembahan seperti yang diperintahkan Musa, sebagai bukti bagi mereka." Tetapi kabar tentang Yesus makin jauh tersiar dan datanglah orang banyak berbondong-bondong kepada-Nya untuk mendengar Dia dan untuk disembuhkan dari penyakit mereka. Akan tetapi Ia mengundurkan diri ke tempat-tempat yang sunyi dan berdoa.
Demikianlah Injil Tuhan bagi kita hari ini.
RENUNGAN:
Mungkin kita pernah kecewa kepada Yesus atau malah mungkin kita sering merasa kecewa karena merasa permohonan kita tidak pernah dikabulkan. Hal ini kadang membuat kita malas datang kepada-Nya untuk memohon, kalaupun menyampaikan permohonan, permohonan itu disampaikan hanya sebagai basa-basi dan tidak disampaikan dengan penuh keyakinan. Permohonan sering kita panjatkan tanpa ada pengharapan untuk dikabulkan.
Dalam injil yang kita dengar hari ini, orang kusta itu tersungkur di hadapan Yesus dan memohon penyembuhan dari Yesus. Namun dalam permohonan itu, dia tidak berkata, “Tuhan, sembuhkanlah aku.” Tetapi dia hanya berkata , “Tuan, jika Tuan mau, Tuan dapat mentahirkan aku.” Sungguh luar biasa, orang kusta itu tidak secara konkrit mengajukan permohonan untuk disembuhkan, tetapi Yesus langsung menyembuhkan orang itu. Bagi kita, orang kusta itu hanya sekali saja meminta, tapi langsung dikabulkan oleh Yesus. Sedangkan kita mungkin merasa sudah sering, berkali-kali memohon tetapi seakan tidak pernah dikabulkan.
Orang kusta itu memohon dengan tersungkur. Tersungkur tentu bukan karena dia tidak bisa berdiri tegak atau berlutut biasa. Sikap tersungkur adalah tanda kerendahan hati yang mendalam. Dalam kata-kata orang kusta itupun, tampak suatu iman dan keyakinan bahwa Yesus adalah Tuhan yang dapat menyembuhkannya dan yakin bahwa Yesus tahu dan mau menyembuhkannya. Orang kusta itu percaya bahwa Yesus sanggup menyembuhkannya dan pasti mau, tetapi dia tidak mau memaksakan permohonannya itu, dia menyerahkan sepenuhnya kepada kemauan atau kehendak Yesus. Orang kusta itu percaya bahwa Yesus tahu apa yang terbaik bagi dirinya sehingga dia tidak ngotot memaksakan kehendaknya atau permohonannya.
Kita pasti sering memanjatkan permohonan kepada Yesus dan seringpula merasa permohonan kita tidak dikabulkan. Namun kita seringkali kita datang memohon bukan dengan sikap tersungkur di hadapan Yesus. Kita mungkin sering memohon bukan dengan sikap rendah hati karena kita merasa tidak pantas memohonan kepada-Nya karena kedosaan dan ketidaksetiaan kita kepada-Nya, tidak dengan rendah hati karena percaya bahwa Yesus adalah Tuhan yang mahakuasa. Tanpa kita sadari, kita memohon kepada Yesus dengan ditunggangi kesombongan diri yakni merasa bahwa Yesus pantas dan harus membantu atau mengabulkan doa kita . Kita berpikir bahwa diri kita sudah baik, sehingga Yesus harus membantu kita. Memang hal ini bisa jadi kita tidak sadari, tapi kadang itu terjadi dalam permohonan kita. Mungkin kita seperti orang banyak itu yang berbondong-bondong mengikuti Yesus tetapi tidak sepenuhnya percaya bahwa Yesus adalah Tuhan yang mahakuasa, mahapengasih dan mahapenyayang.
Kita datang kepada-Nya tidak dengan sikap tersungkur. Doa permohonan yang disampaikan dengan ketulusan dan kerendahan hati, juga akan terungkap dalam penyerahan diri pada kehendak Tuhan. Artinya dalam permhonan itu, kita serahkan pada kehendak-Nya karena kita percaya Yesus pasti tahu apa yang terbaik bagi kita dan akan memberikan yang terbaik bagi kita. Kita seringkali merasa bahwa apa yang kita mohonkan, adalah penting, baik dan berguna bagi kita, padahal belum tentu demikian menurut Yesus. Dari sebab itu, memang kita bisa memohon, berharap tetapi tetap menyerahkan sepenuhnya kepada kehendak Tuhan dan percaya bahwa Tuhan akan memberikan yang terbaik bagi kita. Karena kita kurang menghayati sikap ini, maka kita seringkali kecewa kepada Yesus, padahal Yesus memberikan jauh lebih besar daripada yang kita mohonkan, hanya kita kurang menyadarinya sebab kita hanya terpusat pada apa yang kita katakana, pada apa yang kita anggap baik dan berguna bagi kita. Dari sebab itu, dalam doa-doa terutama dalam doa permohonan kita, sampaikanlah dalam kerendahan hari yang mendalam, dalam iman yang tulus dan serahkan semuanya pada kehendak-Nya. Yakinlah, Yesus akan memberikan yang terbaik bagi kita, melebihi apa yang kita mohonkan. Semoga. Amin.
0 comments:
Post a Comment
Syalom. Terimakasih atas kunjungan dan komentarnya.Semoga Tuhan memberkati para Saudara.