RENUNGAN HARI BIASA: SABTU 7 SEPTEMBER 2013
Kol. 1:21-23; Mzm. 54:3-4,6,8; Luk. 6:1-5
BACAAN INJIL:
Pada suatu hari Sabat, ketika Yesus berjalan di ladang gandum, murid-murid-Nya memetik bulir gandum dan memakannya, sementara mereka menggisarnya dengan tangannya. Tetapi beberapa orang Farisi berkata: "Mengapa kamu berbuat sesuatu yang tidak diperbolehkan pada hari Sabat?" Lalu Yesus menjawab mereka: "Tidakkah kamu baca apa yang dilakukan oleh Daud, ketika ia dan mereka yang mengikutinya lapar, bagaimana ia masuk ke dalam Rumah Allah dan mengambil roti sajian, lalu memakannya dan memberikannya kepada pengikut-pengikutnya, padahal roti itu tidak boleh dimakan kecuali oleh imam-imam?" Kata Yesus lagi kepada mereka: "Anak Manusia adalah Tuhan atas hari Sabat."
RENUNGAN:
Mungkin kita masih ingat berita yang beredar di media massa dan media sosial yang menceritakan tentang seorang nenek yang dituntut oleh Perusahaan dengan tuduhan mencuri singkong. (Benar tidaknya kisah ini, ada yang meragukannya, namun di sini dipakai hanya sebagai contoh). Dikatakan bahwa jaksa PU menuntut nenek itu karena mencuri singkong perusahaan, nenek itu berdalih terpaksa mencuri singkong karena kemiskinan, anak laki-lakinya sedang sakit dan cucunya kelaparan.
Meneger PT tersebut tatap menuntut nenek itu dengan alasan supaya menjadi pelajaran bagi yang lainnya. Diceritakan bahwa hakim yang menangani kasus tersebut menghela nafas panjang, sambil menatap Nenek tersebut untuk membacakan putusanya. “Maafkan saya, saya tidak mampu membuat keputusan sendiri, hukum tetaplah hukum, jadi anda tetap di hukum. Saya putuskan bahwa anda di denda sebesar 1 juta rupiah, jika tidak memiliki uang sebanyak tuntutan, maka anda harus di hukum penjara selama 2.5 tahun sebagaimana tuntutan jaksa”
Namun hakim itu berdiri dan mencopot topi toganya, mengambil dompet dan membuka, menarik uang dari dalam dompet tersebut sebanyak 1 juta rupiah dan di masukkan ke dalam topi toga. “Saya atas nama pengadilan, juga menjatuhkan denda 50 ribu rupiah kepada hadirin semuanya, karena tinggal di kota ini dengan kelalaian, membiarkan seorang warga kelaparan hingga terpaksa mencuri”.
Akhirnya, nenek tersebut terbebas dari beban denda dan pulang membawa uang sebanyak 3,5 juta, termasuk 50 ribu rupiah dari Perusahaan yang menuntutnya.
Cerita ini kiranya cocok kita pakai untuk merenungkan injil hari ini. Orang-orang Farisi menegur Yesus dan murid-murid-Nya, karena murid-murid-Nya dalam perjalanan memetik gandum dan memakannya, padahal hari itu hari sabat. Yesus dan para murid dalam perjalanan, sehingga tentu mereka lapar sehingga mereka memetik gandum dan memakannya. Tidak dikatakan ladang gandum itu milik siapa, tapi yang jelas orang Farisi menegur karena itu dilakukan pada hari sabat.Orang Farisi itu tentu tahu bahwa para murid Yesus sedang kelaparan karena baru dari perjalanan jauh, dia harusnya memberi mereka makan, namun tidak melakukannya, malahan menegur mereka. Orang Farisi itu taat pada hukum hari sabad dan merasa bahwa hidup mereka benar sehingga menegur para murid Yesus yang dianggap melanggar aturan hari sabad tetapi justru tidak melakukan perbuatan baik.
Orang Farisi ini sama seperti kisah di atas, taat pada aturan hukum tetapi membiarkan nenek itu miskin, kelaparan sehingga sampai mencuri singkong.
Kiranya hal demikian masih sering terjadi dalam hidup kita. Banyak orang atau mungkin kita sendiri menganggap bahwa diri kita adalah orang baik, orang beriman sehingga dengan mudah menghakimi bahwa orang lain tidak baik atau tidak beriman karena mereka tidak melakukan seperti yang kita lakukan. Kita menganggap diri kita beriman, tetapi kita hanya memikirkan diri sendiri, tidak peduli dengan orang lain, dan bahkan membiarkan orang lain menderita, bahkan kita mempersalahkan orang menderita dengan alasan bahwa mereka mendirita karena kemalasan atau kesalahan mereka sendiri. Ketika kita dihadapan dengan orang menderita dan miskin, kita sering hanya memberi nasihat dan tidak berbuat apa-apa.
Pada akhir injil hari ini Yesus mengatakan, “Anak Manusia adalah Tuhan atas hari Sabat." Kalimat ini tentu mengatakan bahwa Yesus yang hadir di hadapan mereka adalah Anak Manusia yang berkuasa atas semuanya. Namun selain itu dapat kita katakan bahwa iman dan pengabdian kepada Tuhan diatas semua peraturan yang berlaku. Penyembahan dan pengabdian kepada Tuhan harus lebih utama daripada ketaatan pada aturan. Pengabdian itu harus dilakukan dengan perbuatan cinta kasih kepada sesama. Namun kenyataannya, orang lebih sering hanya sekedar taat pada aturan agama, menjalankan ritual atau kegiatan agama tetapi tidak punya cinta kasih dan tidak berbuat kasih kepada sesama. Kita seringkali malah membiarkan orang di sekitar kita menderita. Hidup iman kita tidak diukur terutama dari ketaatan kita dalam aturan agama, bukan pula ditentukan oleh keaktivan kita dalam kegiatan Gereja, tetapi sejauh mana kita punya cinta kasih kepada sesama yang diungkapkan dalam kepedulian dan perbuatan baik kepada sesama. Amin.
0 comments:
Post a Comment
Syalom. Terimakasih atas kunjungan dan komentarnya.Semoga Tuhan memberkati para Saudara.