RENUNGAN HARI BIASA:
JUMAT 6 SEPTEMBER 2013
Kol. 1:15-20; Mzm. 100:2,3,4,5; Luk. 5:33-39
BACAAN INJIL:
Orang-orang Farisi itu berkata pula kepada Yesus: "Murid-murid Yohanes sering berpuasa dan sembahyang, demikian juga murid-murid orang Farisi, tetapi murid-murid-Mu makan dan minum." Jawab Yesus kepada mereka: "Dapatkah sahabat mempelai laki-laki disuruh berpuasa, sedang mempelai itu bersama mereka? Tetapi akan datang waktunya, apabila mempelai itu diambil dari mereka, pada waktu itulah mereka akan berpuasa." Ia mengatakan juga suatu perumpamaan kepada mereka: "Tidak seorangpun mengoyakkan secarik kain dari baju yang baru untuk menambalkannya pada baju yang tua. Jika demikian, yang baru itu juga akan koyak dan pada yang tua itu tidak akan cocok kain penambal yang dikoyakkan dari yang baru itu. Demikian juga tidak seorangpun mengisikan anggur yang baru ke dalam kantong kulit yang tua, karena jika demikian, anggur yang baru itu akan mengoyakkan kantong itu dan anggur itu akan terbuang dan kantong itupun hancur. Tetapi anggur yang baru harus disimpan dalam kantong yang baru pula. Dan tidak seorangpun yang telah minum anggur tua ingin minum anggur yang baru, sebab ia akan berkata: Anggur yang tua itu baik."
RENUNGAN:
Yang membedakan hidup beriman, bukan apa yang mereka lakukan, tetapi tujuan dan motivasi dari apa yang dilakukan. Orang bisa saja melakukan hidup imannya bukan karena mengimaninya, tetapi bisa karena dipaksa, diwajibkan atau bisa juga demi mendapat pujian. Beberapa orang bisa saja melakukan bentuk puasa yang sama, tetapi berbeda tujuan dan motivasinya.
Dalam injil hari ini, kita mendengarkan bahwa orang-orang Farisi heran ketika melihat murid-murid Yesus tidak berpuasa sedangkan mereka berpuasa. Mereka sungguh heran karena para murid tidak berpuasa, makan minum dan seakan Yesus membiarkan demikian. Bagi mereka hal itu adalah tindakan yang melanggar aturan puasa, sehingga mereka menegur Yesus yang tidak mengajarkan puasa kepada para murid-Nya.
Menanggapi teguran orang-orang Farisi, Yesus seakan menentang ajaran puasa dan bahkan seakan membela murid-murid-Nya. Jelas bahwa Yesus bukannya menentang pentingnya puasa, tetapi justru kesempatan itu digunakan oleh Yesus untuk menegur orang-orang Farisi yang melakukan puasa tetapi bukan karena beriman.
Puasa itu penting, tetapi yang lebih penting adalah tujuan dan motivasi melakukannya.
Puasa dan pantang dilakukan adalah untuk hidup semakin mendekatkan diri dengan Tuhan, bukan sekedar tidak makan dan tidak minum, bukan hanya sekedar mengekang diri dari keinginan daging. Mengekang diri dan mengurangi makan atau minum, bukan tujuan tetapi cara untuk semakin menyatu dengan Tuhan. Tujuan puasa dan pantang adalah untuk hidup semakin mendekatkan diri dengan tujuan. Inilah yang mau dikatakan oleh Yesus kepada orang-orang Farisi.
Orang-orang Farisi melakukan puasa dan pantang serta melakukan kewajiban agama mereka, tetapi bukan untuk semakin mendekatkan diri dengan Tuhan, mereka melakukan semuanya itu hanya karena kewajiban dan bahkan untuk dipuji serta untuk mengelabui kejahatan mereka. Mereka melakukan kegiatan agama, tetapi hidup mereka penuh dengan kejahatan dan kemunafikan. Karena mereka tidak sungguh melakukan hidup iman bukan karena iman, makanya mereka tidak mampu menangkap kehadiran Sang Mesias yang dijanjikan oleh para nabi, yakni Yesus sendiri yang telah hadir di tengah-tengah mereka, malahan mereka menolak Yesus adalah Mesias.
Yesus mengkritik orang-orang Farisi yang tetap hidup dalam manusia lama mereka.
Lewat sabda hari ini, Yesus juga mengingatkan kita bahwa ulah kesalehan atau hidup iman kita hendaknya ktia lakukan dengan penuh iman, yakni untuk semakin bersatu dengan Yesus. Persatuan kita dengan Yesus akan tampak dalam hidup yang selalu mengutakan kehendak Tuhan, setia melaksanakan sabda dan perintah Yesus. Orang yang bersatu dengan Yesus, berarti mereka menjadi manusia baru dalam Yesus. Namun yang seringkali terjadi, kita mengikuti Yesus tetapi kita hidup dalam manusia lama kita, yakni dengan hidup hanya menuruti kehendak diri, hidup dalam kelemahan dan dosa. Itu sama halnya kita menempela kain baru ke kain lama, atau menyimpan anggur yang baru ke kantong kulit yang tua, semuanya menjadi sia-sia. Sia-sialah kita mengatakan bahwa kita beriman atau melakukan ulah kesalehan karena kita tidak hidup dalam manusia baru dalam Tuhan. Amin.
0 comments:
Post a Comment
Syalom. Terimakasih atas kunjungan dan komentarnya.Semoga Tuhan memberkati para Saudara.