RENUNGAN HARI BIASA: KAMIS 26 SEPTEMBER 2013
(Kosmas & Damianus, Gaspar Strangassinger, Elzear & Delfina Ordo III)
Hag. 1:1-8; Mzm. 149:1-2,3-4,5-6a,9b; Luk. 9:7-9
BACAAN INJIL:
Herodes, raja wilayah, mendengar segala yang terjadi itu dan iapun merasa cemas, sebab ada orang yang mengatakan, bahwa Yohanes telah bangkit dari antara orang mati. Ada lagi yang mengatakan, bahwa Elia telah muncul kembali, dan ada pula yang mengatakan, bahwa seorang dari nabi-nabi dahulu telah bangkit. Tetapi Herodes berkata: "Yohanes telah kupenggal kepalanya. Siapa gerangan Dia ini, yang kabarnya melakukan hal-hal demikian?" Lalu ia berusaha supaya dapat bertemu dengan Yesus.
RENUNGAN:
Baru-baru ini kita membaca berita tentang pendirian Gereja Santa Bernadet di Tangerang di demo oleh massa intoleransi. Gereja ini sudah menunggu ijin pembangunan selama 23 tahun dan setelah mendapat ijin dan tempat yang baru, tetapi mendapat penolakan dati keolompok islam. Issu yang beredar sebab dari penolakan ini adalah bukan soal menyalahi aturan tetapi ketakutan akan terjadinya kristenisasi. Memang sering terjadi bahwa pendirian Gereja dan juga kegiatan sosial yang dilakukan oleh umat kristiani selalu dengan alasan kristenisasi.
Kehadiran Gereja dan kristiani memang seringkali mendapat hambatan dan tangangan dari kelompok tertentu, meskipun sebanarnya kehadirannya adalah untuk mewartakan sukacita, kebenaran dan cinta kasih. Tantangan yang demikian sudah terjadi sejak dahulu dan pasti akan sampai selamanya. Hal demikian pula yang kita dengarkan dalam injil hari ini.
Ketika Herodes mendengar tentang Yesus, dia begitu cemas. Baru mendengar tentang Yesus, Herodes langsung cemas dan ingin bertemu dengan Yesus. Walaupun dia ingin bertemu dengan Yesus, tentu bukan karena dia mau bertobat dan percaya kepada Yesus. Hal ini kami katakan karena pada awal jelas dikatakan bahwa dia cemas ketika mendengar kehadiran Yesus.
Mungkin saja kita berpikir bahwa Herodes cemas memang karena merasa bersalah karena telah membunuh Yohanes Pembaptis yang pernah menegurnya karena berbuat dosa.
Namun kiranya kecemasan karena bersalah telah membunuh seorang nabi, itu tidak ada dalam kamus Herodes karena pada dasarnya dia sangat jahat. Dia cemas karena berpikir bahwa orang yang pernah dia bunuh telah bangkit kembali. Dia berpikir bahwa Yohanes yang telah dibunuhnya dan bangkit lagi untuk menghukumnya atas kesalahan yang telah diperbuat. Selain itu, dia cemas karena takut bahwa Yesus juga akan mengkritik dan mengungakap kejahatannya.
Kehadiran Yesus membuat Herodes cemas karena dia mendengar bahwa Yesus punya banyak pengaruh dan banyak orang yang mengikuti Yesus. Herodes cemas karena kehadiran Yesus menjadi ancaman atas kekuasaannya, berpikir bahwa orang akan lebih mengikuti Yesus daripada dirinya sendiri.
Memang sebagaimana kita alami sendiri, kehadiran Yesus dari dulu hingga sekarang lewat kehadiran Gereja, seringkali mendapat tantangan dari orang-orang atau kelompok. Penolakan bisa terjadi karena ketakutan kristenisasi, karena menganggap ajaran yang dianut itu lebih baik dari yang lainnya. Egoisme yang berlebihan ini seringkali bereaksi penolakan terhadap apa saja yang berbeda dengan dirinya. Walaupun kita bingung, kalau memang ajarannya baik, kenapa harus takut dengan ajaran yang lain?
Dengan demikian, walaupun mendapat tantangan, Kerajaan Allah harus tetap diwartakan. Yesus tetap mewartakan Kerajaan Allah meskipun mendapat tantangan dan bahkan pada akhirnya mati di salib.
Kitapun hendaknya demikian. Kita tidak usah takut menjadi pengikuti Yesus, juga tidak takut mewartakan Kerajaan Allah, senan Yesus Tuhan kita sudah terlebih dahulu mengalaminya dan mengalahkan semuanya. Kita harus Yakin bahwa kebenaran dan Kerajaan Allah harus diwartakan, apapun resikonya, semi hidup kekal dan demi hidup lebih baik.
Namun kita juga hendaknya bukan menjadi Herodes-Herodes baru yang merasa terancam dan cemas karena orang lain yang berbeda dengan kita. Kita bisa menjadi Herodes baru manakala kit merasa diri lebih baik dari orang lain, sehingga menganggap bahwa orang yang berbeda atau lebih baik dari kita, sebagai ancaman.
Kitapun seringkali cemas dan menganggap orang baik dan benar sebagai ancaman, karena kita sudah nyaman dalam hidup kita yang jahat atau tidak baik, sehingga merasa dengan kehadiran orang baik dan benar, akan membongkar kejahatan kita. Bila kita demikian, kita menjadi Herodes-herodes baru dalam hidup sekarang ini. Namun sebaliknya, sebagai pengikut Yesus, kita harus malah berani mewartakan kebenaran walaupun akan menghadapi resiko. Amin.
0 comments:
Post a Comment
Syalom. Terimakasih atas kunjungan dan komentarnya.Semoga Tuhan memberkati para Saudara.