RENUNGAN HARI MINGGU ADVEN IV TAHUN B, 18 Desember 2011
2Sam 7:1-5,8b-12,14a,16, Mzm 89:2-3,4-5,27,29, Rm 16:25-27, Luk 1:26-3
2Sam 7:1-5,8b-12,14a,16, Mzm 89:2-3,4-5,27,29, Rm 16:25-27, Luk 1:26-3
BACAAN INJIL: Luk 1:26-3
“Engkau akan mengandung dan melahirkan seorang Putera.”
Pada suatu hari Allah mengutus malaikat Gabriel pergi ke sebuah kota di Galilea bernama Nazaret, kepada seorang perawan yang bertunangan dengan seorang bernama Yusuf dari keluarga Daud; nama perawan itu Maria. Ketika malaikat itu masuk ke rumah Maria, ia berkata: "Salam, hai engkau yang dikaruniai, Tuhan menyertai engkau." Maria terkejut mendengar perkataan itu, lalu bertanya di dalam hatinya, apakah arti salam itu. Kata malaikat itu kepadanya: "Jangan takut, hai Maria, sebab engkau beroleh kasih karunia di hadapan Allah. Sesungguhnya engkau akan mengandung dan akan melahirkan seorang anak laki-laki dan hendaklah engkau menamai Dia Yesus. Ia akan menjadi besar dan akan disebut Anak Allah Yang Mahatinggi. Dan Tuhan Allah akan mengaruniakan kepada-Nya takhta Daud, bapa leluhur-Nya, dan Ia akan menjadi raja atas kaum keturunan Yakub sampai selama-lamanya dan Kerajaan-Nya tidak akan berkesudahan." Kata Maria kepada malaikat itu: "Bagaimana hal itu mungkin terjadi, karena aku belum bersuami?" Jawab malaikat itu kepadanya: "Roh Kudus akan turun atasmu dan kuasa Allah Yang Mahatinggi akan menaungi engkau; sebab itu anak yang akan kaulahirkan itu akan disebut kudus, Anak Allah. Dan sesungguhnya, Elisabet, sanakmu itu, iapun sedang mengandung seorang anak laki-laki pada hari tuanya dan inilah bulan yang keenam bagi dia, yang disebut mandul itu. Sebab bagi Allah tidak ada yang mustahil." Kata Maria: "Sesungguhnya aku ini adalah hamba Tuhan; jadilah padaku menurut perkataanmu itu." Lalu malaikat itu meninggalkan dia.
RENUNGAN:
"Sesungguhnya aku ini adalah hamba Tuhan; jadilah padaku menurut perkataanmu itu."
Hari raya Natal sudah mendekat dan kepada kita hari ini ditampilkan tokoh bunda Maria. Kalau beberapa minggu sebelumnya kepada kita ditampilkan tokoh Yohanes Pemandi yang menyerukan kedatangan Tuhan Yesus dan menyerukan pertobatan, hari ini kepada kita ditawarkan bunda Maria yang menjadi teladan kita dalam menyambut kedatangan Tuhan kita Yesus Kristus.
Apa yang perlu kita persiapkan dalam menyambut kelahiran Tuhan Yesus yang sudah semakin mendekat? Untuk itu mari kita renungkan Injil hari ini yang berbicara tentang Maria, yang menjadi teladan iman bagi kita.
Maria adalah wanita yang masih muda dan manusia biasa seperti kita. Sebagai manusia biasa tentu wajar bahwa dia kaget ketika malaikat Gabriel datang mengunjungi dia. Maria sadar bahwa dia bukan siapa-siapa, manusia biasa, tetapi melaikat Allah berkenan mengunjunginya. Kekagetan Maria semakin memuncak ketika malaikat Gabriel mengatakan bahwa dia akan mengandung dan melahirkan seorang anak laki-laki yang harus dinamainya Yesus, anak itu akan disebut Anak Allah Yang Mahatinggi. Bagi Maria ini tentu hal yang mustahil, sebab dia sendiri belum menikah, masih hanya bertunangan dengan Yusuf. Jadi suatu hal yang mustahil bahwa dia akan mengandung, melahirkan seorang anak laki-laki. Selain itu dia juga sadar resiko yang harus dihadapinya bila dia mengandung sebelum menikah, yakni hukum rajam sampai mati. Maria lebih bingung lagi karena dikatakan bahwa anak yang dia kandung adalah disebut kudus dan anak Allah. Tentu Maria sadar dan berpikir bagaimana mungkin bahwa dirinya sebagai manusia biasa tetapi dipakai oleh Allah mengandung dan melahirkan Anak Allah yang kudus. Dalam kebingungannya itu, malaikan Tuhan menyatakan bahwa Roh Kudus akan menyertainya senantiasa dan juga meneguhkan iman Maria dengan mengatakan perbuatan Allah yang sungguh besar terjadi pada saudarinya Elisabet yang sudah mengandung 6 bulan padahal Elisabet dikatakan mandul. Penjelasan dan janji malaikat itu menguatkan Maria sehingga dia berani berkata, “Aku ini hamba Tuhan, terjadilah padaku menurut perkataanmu.” Maria sungguh berani menerima dan percaya akan pernyataan Allah lewat malaikat Allah. Maria sungguh percaya bahwa Allah tentu akan memenuhi janji-Nya dan tidak akan mendatangkan kemalangan bagi dirinya. Iman Maria nyata dalam percaya akan janji Allah bahwa Allah akan setia pada janji-Nya, terungkap dalam keyakinan bahwa Allah akan senantiasa memberi berkat sukacita kepada umat-Nya, bukan kemalangan, dan iman Maria terungkap dalam sikap berlaku sebagai hamba yang siap menerima dan melaksanakan kehendak Tuhan.
Sungguh memang layaklah Maria menjadi teladan iman, juga dalam mempersiapkan diri menyambut kelahiran Tuhan kita Yesus Kristus. Maka yang perlu kita persiapkan adalah iman kepada Tuhan. Maria kita perbaharui dan perdalam iman kita, bahwa yang sendang kita nanti-natikan kelahiran-Nya adalah Anak Allah yang kudus. Kelahiran Yesus adalah pemenuhan janji Allah kepada Maria dan kepada kita semua, bahwa Allah akan senantiasa menyertai kita, bahwa Allah tinggal diam bersama dengan kita manusia. Tuhan yang hadir dan menyertai manusia, Dia tidak akan membiarkan kita dalam kemalangan, Dia akan memberi kita berkat sukacita seperti yang diberikan-Nya kepada bunda Maria. Dengan demikian, kita merayakan Natal dengan kegembiraan iman, bahwa Tuhan memenuhi janji-Nya untuk senantiasa menyertai kita.
Kiranya kita perlu memperbaharui iman bahwa Allah senantiasa menyertai hidup kita dan mengaungerahkan berkat-Nya kepada kita, Dia tidak pernah memberi hukuman atau kemalangan kepada manusia. Saat ini kiranya orang begitu sulit mengakui bahwa Tuhan menyertai hidupnya dan Tuhan lah yang telah menganugerahkan hidup dan berkat-Nya sehingga kita bisa hidup dan memiliki apa yang kita miliki sekarang ini. Banyak orang menganggap bahwa hidup dan semua yang ada padanya bukan karena kasih dan berkat Tuhan, tetapi menganggap semuanya itu adalah karena kerja kerasnya, usahanya dan karena itu menganggap semuanya adalah miliknya yang hanya untuk dia nikmati sendiri. Hal yang demikian juga mungkin sering terjadi atas kita. Maka baiklah iman kita, kita perbaharui bahwa hidup kita dan semua yang ada pada kita, adalah karena Tuhan menyertai hidup kita dan Dia pula telah menganugerahkan berkat-Nya kepada kita.
Sehubungan dengan hal ini, coba kita renungkan apa yang dikatakan Tuhan kepada Daud. Daud ingin mendirikan rumah bagi Tuhan. Apa yang direncanakan Daud adalah baik, tetapi Tuhan tidak menghendakinya. Tindakan Daud seakan menyiratkan bahwa dia telah sanggup mendirikan rumah bagi Allah karena dia telah mempunyai kekayaan dan sudah makmur. Daud ingin menyenangkan Tuhan dengan mendirikan rumah buat Tuhan. Tuhan tidak menghendakinya. Yang Tuhan kehendaki adalah iman kepada-Nya bahwa Tuhanlah sumber segala yang baik. Allah menghendaki agar Daud senantiasa sadar bahwa Allah senantiasa setia pada janji-Nya kepada Daud dan keturunannya, bahwa Allah senantiasa memberkati mereka. Allah menghendaki agar Daud senantiasa menyadari bahwa hidup dan segala sesuatu yang dia miliki saat itu adalah semata-mata karena Allah telah memenuhi janjinya kepada Daud. Iman inilah yang harus senantiasa ada dalam diri Daud, bukan membangun rumah bagi Tuhan. Karena bisa saja Daud mendirikan rumah bagi Tuhan, bukan untuk memuliakan Tuhan tetapi karena menganggap bahwa dirinya sudah mampu dan untuk membanggakan diri di hadapan sesama dan di hadapan Allah.
Sama halnya dengan zaman ini, banyak orang ingin menyenangkan Allah dengan memberi sumbangan ini itu, membangun gereja atau yang lainnya, tetapi itu bukan karena iman untuk memuliakan Allah, tetapi bisa jadi untuk kebanggaan diri, memperlihatkan kepada sesama bahwa dia punya banyak dan mampu melakukan seperti yang dilakukan Tuhan terhadap manusia. Sebab bisa jadi orang itu melakukan banyak hal yang dianggap mau menyenangkan Tuhan, tetapi tidak hidup melakukan kehendak Tuhan. Tuhan tidak membutuhkan itu, yang lebih dimintai oleh Tuhan adalah iman bahwa Tuhanlah sumber hidup dan segala sesuatu berkat yang ada pada kita manusia. Dengan kesadaran ini, tentu kita seperti Maria, senantiasa bersyukur akan hidup dan terutama bahwa kita adalah hamba Tuhan yang harus siap melaksanakan kehendak Tuhan kapanpun dan di manapun. Maria dengan keteguhan iman mengatakan bahwa dirinya adalah hamba Tuhan, dan siap melaksanakan kehendak Tuhan yang dinyatakan kepadanya. Maria juga sebagai hamba Tuhan, memasrahkan seluruh hidupnya kepada penyelenggaraan Tuhan.
Dengan demikian kita diajak memperbaharui iman, bahwa hidup dan semua yang kita miliki adalah anugerah Tuhan. Sehingga kita selalu sadar bahwa kita adalah hamba Tuhan, harus siap melaksanakan sabda dan kehendak Tuhan kapanpun dan di manapun. Dan sebagai hamba Tuhan, kita senantiasa berserah diri pada Tuhan, karena percaya bahwa Tuhan akan senantiasa menyertai kita dan akan memberikan yang terbaik kepada kita, Tuhan tidak akan pernah memasukkan dan membiarkan kita hidup dalam kemalangan.
Maka semoga, kita memperbaharui iman kita akan Tuhan seperti iman bunda Maria. Amin.
“Engkau akan mengandung dan melahirkan seorang Putera.”
Pada suatu hari Allah mengutus malaikat Gabriel pergi ke sebuah kota di Galilea bernama Nazaret, kepada seorang perawan yang bertunangan dengan seorang bernama Yusuf dari keluarga Daud; nama perawan itu Maria. Ketika malaikat itu masuk ke rumah Maria, ia berkata: "Salam, hai engkau yang dikaruniai, Tuhan menyertai engkau." Maria terkejut mendengar perkataan itu, lalu bertanya di dalam hatinya, apakah arti salam itu. Kata malaikat itu kepadanya: "Jangan takut, hai Maria, sebab engkau beroleh kasih karunia di hadapan Allah. Sesungguhnya engkau akan mengandung dan akan melahirkan seorang anak laki-laki dan hendaklah engkau menamai Dia Yesus. Ia akan menjadi besar dan akan disebut Anak Allah Yang Mahatinggi. Dan Tuhan Allah akan mengaruniakan kepada-Nya takhta Daud, bapa leluhur-Nya, dan Ia akan menjadi raja atas kaum keturunan Yakub sampai selama-lamanya dan Kerajaan-Nya tidak akan berkesudahan." Kata Maria kepada malaikat itu: "Bagaimana hal itu mungkin terjadi, karena aku belum bersuami?" Jawab malaikat itu kepadanya: "Roh Kudus akan turun atasmu dan kuasa Allah Yang Mahatinggi akan menaungi engkau; sebab itu anak yang akan kaulahirkan itu akan disebut kudus, Anak Allah. Dan sesungguhnya, Elisabet, sanakmu itu, iapun sedang mengandung seorang anak laki-laki pada hari tuanya dan inilah bulan yang keenam bagi dia, yang disebut mandul itu. Sebab bagi Allah tidak ada yang mustahil." Kata Maria: "Sesungguhnya aku ini adalah hamba Tuhan; jadilah padaku menurut perkataanmu itu." Lalu malaikat itu meninggalkan dia.
RENUNGAN:
"Sesungguhnya aku ini adalah hamba Tuhan; jadilah padaku menurut perkataanmu itu."
Hari raya Natal sudah mendekat dan kepada kita hari ini ditampilkan tokoh bunda Maria. Kalau beberapa minggu sebelumnya kepada kita ditampilkan tokoh Yohanes Pemandi yang menyerukan kedatangan Tuhan Yesus dan menyerukan pertobatan, hari ini kepada kita ditawarkan bunda Maria yang menjadi teladan kita dalam menyambut kedatangan Tuhan kita Yesus Kristus.
Apa yang perlu kita persiapkan dalam menyambut kelahiran Tuhan Yesus yang sudah semakin mendekat? Untuk itu mari kita renungkan Injil hari ini yang berbicara tentang Maria, yang menjadi teladan iman bagi kita.
Maria adalah wanita yang masih muda dan manusia biasa seperti kita. Sebagai manusia biasa tentu wajar bahwa dia kaget ketika malaikat Gabriel datang mengunjungi dia. Maria sadar bahwa dia bukan siapa-siapa, manusia biasa, tetapi melaikat Allah berkenan mengunjunginya. Kekagetan Maria semakin memuncak ketika malaikat Gabriel mengatakan bahwa dia akan mengandung dan melahirkan seorang anak laki-laki yang harus dinamainya Yesus, anak itu akan disebut Anak Allah Yang Mahatinggi. Bagi Maria ini tentu hal yang mustahil, sebab dia sendiri belum menikah, masih hanya bertunangan dengan Yusuf. Jadi suatu hal yang mustahil bahwa dia akan mengandung, melahirkan seorang anak laki-laki. Selain itu dia juga sadar resiko yang harus dihadapinya bila dia mengandung sebelum menikah, yakni hukum rajam sampai mati. Maria lebih bingung lagi karena dikatakan bahwa anak yang dia kandung adalah disebut kudus dan anak Allah. Tentu Maria sadar dan berpikir bagaimana mungkin bahwa dirinya sebagai manusia biasa tetapi dipakai oleh Allah mengandung dan melahirkan Anak Allah yang kudus. Dalam kebingungannya itu, malaikan Tuhan menyatakan bahwa Roh Kudus akan menyertainya senantiasa dan juga meneguhkan iman Maria dengan mengatakan perbuatan Allah yang sungguh besar terjadi pada saudarinya Elisabet yang sudah mengandung 6 bulan padahal Elisabet dikatakan mandul. Penjelasan dan janji malaikat itu menguatkan Maria sehingga dia berani berkata, “Aku ini hamba Tuhan, terjadilah padaku menurut perkataanmu.” Maria sungguh berani menerima dan percaya akan pernyataan Allah lewat malaikat Allah. Maria sungguh percaya bahwa Allah tentu akan memenuhi janji-Nya dan tidak akan mendatangkan kemalangan bagi dirinya. Iman Maria nyata dalam percaya akan janji Allah bahwa Allah akan setia pada janji-Nya, terungkap dalam keyakinan bahwa Allah akan senantiasa memberi berkat sukacita kepada umat-Nya, bukan kemalangan, dan iman Maria terungkap dalam sikap berlaku sebagai hamba yang siap menerima dan melaksanakan kehendak Tuhan.
Sungguh memang layaklah Maria menjadi teladan iman, juga dalam mempersiapkan diri menyambut kelahiran Tuhan kita Yesus Kristus. Maka yang perlu kita persiapkan adalah iman kepada Tuhan. Maria kita perbaharui dan perdalam iman kita, bahwa yang sendang kita nanti-natikan kelahiran-Nya adalah Anak Allah yang kudus. Kelahiran Yesus adalah pemenuhan janji Allah kepada Maria dan kepada kita semua, bahwa Allah akan senantiasa menyertai kita, bahwa Allah tinggal diam bersama dengan kita manusia. Tuhan yang hadir dan menyertai manusia, Dia tidak akan membiarkan kita dalam kemalangan, Dia akan memberi kita berkat sukacita seperti yang diberikan-Nya kepada bunda Maria. Dengan demikian, kita merayakan Natal dengan kegembiraan iman, bahwa Tuhan memenuhi janji-Nya untuk senantiasa menyertai kita.
Kiranya kita perlu memperbaharui iman bahwa Allah senantiasa menyertai hidup kita dan mengaungerahkan berkat-Nya kepada kita, Dia tidak pernah memberi hukuman atau kemalangan kepada manusia. Saat ini kiranya orang begitu sulit mengakui bahwa Tuhan menyertai hidupnya dan Tuhan lah yang telah menganugerahkan hidup dan berkat-Nya sehingga kita bisa hidup dan memiliki apa yang kita miliki sekarang ini. Banyak orang menganggap bahwa hidup dan semua yang ada padanya bukan karena kasih dan berkat Tuhan, tetapi menganggap semuanya itu adalah karena kerja kerasnya, usahanya dan karena itu menganggap semuanya adalah miliknya yang hanya untuk dia nikmati sendiri. Hal yang demikian juga mungkin sering terjadi atas kita. Maka baiklah iman kita, kita perbaharui bahwa hidup kita dan semua yang ada pada kita, adalah karena Tuhan menyertai hidup kita dan Dia pula telah menganugerahkan berkat-Nya kepada kita.
Sehubungan dengan hal ini, coba kita renungkan apa yang dikatakan Tuhan kepada Daud. Daud ingin mendirikan rumah bagi Tuhan. Apa yang direncanakan Daud adalah baik, tetapi Tuhan tidak menghendakinya. Tindakan Daud seakan menyiratkan bahwa dia telah sanggup mendirikan rumah bagi Allah karena dia telah mempunyai kekayaan dan sudah makmur. Daud ingin menyenangkan Tuhan dengan mendirikan rumah buat Tuhan. Tuhan tidak menghendakinya. Yang Tuhan kehendaki adalah iman kepada-Nya bahwa Tuhanlah sumber segala yang baik. Allah menghendaki agar Daud senantiasa sadar bahwa Allah senantiasa setia pada janji-Nya kepada Daud dan keturunannya, bahwa Allah senantiasa memberkati mereka. Allah menghendaki agar Daud senantiasa menyadari bahwa hidup dan segala sesuatu yang dia miliki saat itu adalah semata-mata karena Allah telah memenuhi janjinya kepada Daud. Iman inilah yang harus senantiasa ada dalam diri Daud, bukan membangun rumah bagi Tuhan. Karena bisa saja Daud mendirikan rumah bagi Tuhan, bukan untuk memuliakan Tuhan tetapi karena menganggap bahwa dirinya sudah mampu dan untuk membanggakan diri di hadapan sesama dan di hadapan Allah.
Sama halnya dengan zaman ini, banyak orang ingin menyenangkan Allah dengan memberi sumbangan ini itu, membangun gereja atau yang lainnya, tetapi itu bukan karena iman untuk memuliakan Allah, tetapi bisa jadi untuk kebanggaan diri, memperlihatkan kepada sesama bahwa dia punya banyak dan mampu melakukan seperti yang dilakukan Tuhan terhadap manusia. Sebab bisa jadi orang itu melakukan banyak hal yang dianggap mau menyenangkan Tuhan, tetapi tidak hidup melakukan kehendak Tuhan. Tuhan tidak membutuhkan itu, yang lebih dimintai oleh Tuhan adalah iman bahwa Tuhanlah sumber hidup dan segala sesuatu berkat yang ada pada kita manusia. Dengan kesadaran ini, tentu kita seperti Maria, senantiasa bersyukur akan hidup dan terutama bahwa kita adalah hamba Tuhan yang harus siap melaksanakan kehendak Tuhan kapanpun dan di manapun. Maria dengan keteguhan iman mengatakan bahwa dirinya adalah hamba Tuhan, dan siap melaksanakan kehendak Tuhan yang dinyatakan kepadanya. Maria juga sebagai hamba Tuhan, memasrahkan seluruh hidupnya kepada penyelenggaraan Tuhan.
Dengan demikian kita diajak memperbaharui iman, bahwa hidup dan semua yang kita miliki adalah anugerah Tuhan. Sehingga kita selalu sadar bahwa kita adalah hamba Tuhan, harus siap melaksanakan sabda dan kehendak Tuhan kapanpun dan di manapun. Dan sebagai hamba Tuhan, kita senantiasa berserah diri pada Tuhan, karena percaya bahwa Tuhan akan senantiasa menyertai kita dan akan memberikan yang terbaik kepada kita, Tuhan tidak akan pernah memasukkan dan membiarkan kita hidup dalam kemalangan.
Maka semoga, kita memperbaharui iman kita akan Tuhan seperti iman bunda Maria. Amin.
0 comments:
Post a Comment
Syalom. Terimakasih atas kunjungan dan komentarnya.Semoga Tuhan memberkati para Saudara.