RENUNGAN HARI BIASA PEKAN XXXIV, Senin 21 Nopember 2011
Santa Perawan Maria Dipersembahkan kepada Allah
Dan 1:1-6,8-20, MT Dan 3:52,53,54,55,56, Luk 21:1-4
Santa Perawan Maria Dipersembahkan kepada Allah
Dan 1:1-6,8-20, MT Dan 3:52,53,54,55,56, Luk 21:1-4
BACAAN INJIL:
Ketika Yesus mengangkat muka-Nya, Ia melihat orang-orang kaya memasukkan persembahan mereka ke dalam peti persembahan. Ia melihat juga seorang janda miskin memasukkan dua peser ke dalam peti itu. Lalu Ia berkata: "Aku berkata kepadamu, sesungguhnya janda miskin ini memberi lebih banyak dari pada semua orang itu. Sebab mereka semua memberi persembahannya dari kelimpahannya, tetapi janda ini memberi dari kekurangannya, bahkan ia memberi seluruh nafkahnya."
RENUNGAN:
Dengan memberi pemberian kepada sesama, kita berbagi berkat dan kita tidak kehilangan.
Ketika permohonan bantuan dana untuk pembangunan Gereja disampaikan kepada bebrapa orang dan saat dimuat di FB gereja Katolik, banyak juga tanggapan yang kami terima. Ada yang dengan senang hati memberikan sumbangan, dengan memberitahukan kepada kami dan adapula yang memberi dengan diam-diam. Ada pula yang mengatakan, bahwa mereka tidak punya apa-apa untuk diberikan, hanya berdoa semoga pembangunan dapat berjalan dan selesai. Adapula orang yang mengkritik dengan mengatakan, “Kalau tidak punya uang untuk membangun Gereja, mengapa harus membangun Gereja, apalagi Gereja yang mahal, lebih baik membangun iman umat.” Adapula yang mengatakan, “Bikin malu katolik aja, karena mengemis lewat FB.”Ada pula paroki di Jakarta yang terbilang kaya membalas proposal dengan jawaban, "Dengan sangat menyesal kami tidak bisa membantu apa-apa, karena kami juga lagi membangun gereja stasi."
Memberi seringkali sulit untuk kita lakukan, seringkali kita lebih bangga bila mendapatkan sesuatu, merasa bahagia daripada memberi sesuatu kepada orang lain. Kita seringkali merasa kehilangan saat memberi, dan merasa mendapatkan sesuatu saat mendapatkan sesuatu dari sesama. Kita sulit memberi yang ada pada kita untuk berbagi dengan sesama, karena kita merasa takut kehilangan apa yang sudah ada pada kita, dan karena kita sendiri merasa kehilangan.
Hari ini Yesus berbicara tentang persembahan yang diberikan pada peti persembahan. Jelas bahwa uang yang diberikan adalah persembahan. Dari antara orang banyak yang memberi persembahan, Yesus melihat bahwa ada yang memberi persembahan banyak dan ada seorang janda yang memberi sedikit. Hal yang aneh bagi kita karena Yesus melihat berapa besar yang diberikan orang pada peti persembahan. Ini tentu bukan hal yang aneh, sebab biasanya orang yang memberi banyak mengusakan bagaimana supaya orang lain melihat pemberiannya itu, ini sudah hal yang biasa dilakukan. Hal ini bisa kita temukan dalam kehidupan sekarang ini, banyak orang-orang kaya atau para pejabat pada momen tertentu tampil sebagai orang-orang yang murah hati dengan membagi-bagikan uang, atau beras atau daging kepada orang lain, dan hal itu dipublikasikan atau mengundang wartawan supaya dipublikasikan. Ada pula yang memberi sumbangan kepada gereja tetapi harus diumumkan di depan gereja. Kalau tidak diumumkan, mereka akan marah atau menarik kembali pemberiannya. Dari pengalaman ini, maka tidak sulit kita mengerti bagaimana Yesus mengetahui bahwa ada yang memberi banyak pada peti persembahan.
Namun dari semua orang yang memasukkan uang ke peti persembahan, Yesus memuji persembahan seorang janda, yang hanya memberi sedikit, mungkin tidak ada apa-apanya dibandingkan pemberian orang kaya itu. Yesus memuji pemberian yang sedikit itu dibandingkan pemberian yang banyak. Beda halnya dengan kita, kita pasti akan lebih memuji, lebih mengagung-agungkan orang yang memberi banyak. Dalam hal ini Yesus memuji pemberian janda itu karena memberi dari kekurangannya, yang mungkin saja uangnya hanya itu, sedangkan pemberian orang kaya itu adalah pemberian dari kelebihannya, atau mungkin tidak seberapa dibandingkan dengan yang dihabiskan sehari-hari untuk makan atau kesengannya. Yesus memuji pemberian janda itu karena dia memberi dengan ketulusan hati, sedangkan orang kaya itu memberi tidak dengan tulus hati.
Memberi dengan tulus hati itulah membedakan pemberian seseorang itu, bukan soal banyaknya. Sebab bagi Tuhan pemberian persembahan yang banyak tetapi tidak dengan tulus hati, memberi dari kelimpahan, itu kuranglah bernilai. Namun betapa seringnya kita sulit untuk memberi persembahan kepada Allah lewat Gerejanya. Seringkali kita memberi dari kelimpahan atau sisa-sisa dari apa yang ada pada kita. Banyak dari kalangan umat saat memberi persembahan baik itu saat kolekte atau pada pemberian untuk kepentingan gereja, mereka memberi tidak dengan tulus, tetapi memberi apa yang mungkin tidak mereka perlukan lagi, misalnya ada yang memberi uang kolekte adalah uang yang tidak laku lagi dikedai-kedai, ada yang memberi uang terkecil dari dalam kantong atau dompetnya. Sering juga kita temui orang membagi-bagikan pakaian bekas yang tidak lagi dipakai, dengan alasan daripada busuk di gudang, dan dia membeli lagi pakaian yang mahal dan bagus untuk dirinya. Kedengaran hal ini bagus, tetapi dia memberi apa yang tidak lagi dia butuhkan.
Terkadang orang juga mengatakan bahwa pemberian itu kan yang penting tulus walaupun sedikit. Namun mari kita jujur merenungkan “Apakah kita memang tulus memberikan yang sedikit itu padahal sebenarnya kita bisa memberi lebih banyak karena kita sudah mendapatkan banyak berkat dari Tuhan?” Seringkali hal ini menjadi alasan yang kita pakai untuk memberi sedikit, karena kita tidak mau kehilangan dari apa yang ada pada kita, kita merasa rugi dan merasa kehilangan bila memberikan.
Adapula yang mengatakan bahwa mereka tidak bisa memberi apa-apa baik itu untuk sesama atau untuk gereja, dan mengatakan hanya bisa memberi doa. Benarkah mereka tidak mempunyai apa-apa atau tidak mendapatkan berkat dari Tuhan sehingga mereka tidak bisa memberi apa-apa, selain dari doa saja? Ini seringkali malah disalahgunakan sebagai alasan untuk tidak memberi apa-apa. Padahal sebenarnya dia sudah mendapatkan berkat dari Tuhan, sebenarnya bisa memberikan untuk persembahan, tetapi karena merasa masih kekurangan, karena tidak mau berbagi, makan menggunakan alasan itu sebagai alasan untuk tidak memberi.
Memang pemberian kita tidak diukur dari besar atau banyaknya, tetapi dari ketulusan hati kita dalam memberi. Namun ingatlah, Tuhan telah memberi kita hidup dan berkat, sehingga kitapun harus dengan jujur dan tulus memberikan persembahan kita, sebagian dari banyak berkat yang sudah kita terima dari Tuhan. Dalam hal ini, sebenarnya kita tidak memberi persembahan kepada Tuhan lewat Gereja, tetapi mengembalikan sedikit dari banyak berkat yang sudah kita terima. Juga pemberian yang dimaksudkan bukan hanya materi, tetapi diri dan hidup kita. Oleh karena itu pula, kita hendaknya memberikan yang terbaik sebagai persembahan kita, bukan persembahan atau pemberian dari sisa-sisa atau yang tidak kita perlukan. Semakin kita memberikan apa yang memang kita butuhkan, semakin besarlah nilai pemberian itu di hadapan Tuhan. Semoga kita berani memberi, berbagi berkat Tuhan kepada sesama kita, kepada Gereja dengan tulus. Semakin kita banyak memberi, semakin banyak pula kita mendapatkan berkat. Maka mari kita memberikan persembahan kepada Tuhan dengan tulus hati. Amin.
Ketika Yesus mengangkat muka-Nya, Ia melihat orang-orang kaya memasukkan persembahan mereka ke dalam peti persembahan. Ia melihat juga seorang janda miskin memasukkan dua peser ke dalam peti itu. Lalu Ia berkata: "Aku berkata kepadamu, sesungguhnya janda miskin ini memberi lebih banyak dari pada semua orang itu. Sebab mereka semua memberi persembahannya dari kelimpahannya, tetapi janda ini memberi dari kekurangannya, bahkan ia memberi seluruh nafkahnya."
RENUNGAN:
Dengan memberi pemberian kepada sesama, kita berbagi berkat dan kita tidak kehilangan.
Ketika permohonan bantuan dana untuk pembangunan Gereja disampaikan kepada bebrapa orang dan saat dimuat di FB gereja Katolik, banyak juga tanggapan yang kami terima. Ada yang dengan senang hati memberikan sumbangan, dengan memberitahukan kepada kami dan adapula yang memberi dengan diam-diam. Ada pula yang mengatakan, bahwa mereka tidak punya apa-apa untuk diberikan, hanya berdoa semoga pembangunan dapat berjalan dan selesai. Adapula orang yang mengkritik dengan mengatakan, “Kalau tidak punya uang untuk membangun Gereja, mengapa harus membangun Gereja, apalagi Gereja yang mahal, lebih baik membangun iman umat.” Adapula yang mengatakan, “Bikin malu katolik aja, karena mengemis lewat FB.”Ada pula paroki di Jakarta yang terbilang kaya membalas proposal dengan jawaban, "Dengan sangat menyesal kami tidak bisa membantu apa-apa, karena kami juga lagi membangun gereja stasi."
Memberi seringkali sulit untuk kita lakukan, seringkali kita lebih bangga bila mendapatkan sesuatu, merasa bahagia daripada memberi sesuatu kepada orang lain. Kita seringkali merasa kehilangan saat memberi, dan merasa mendapatkan sesuatu saat mendapatkan sesuatu dari sesama. Kita sulit memberi yang ada pada kita untuk berbagi dengan sesama, karena kita merasa takut kehilangan apa yang sudah ada pada kita, dan karena kita sendiri merasa kehilangan.
Hari ini Yesus berbicara tentang persembahan yang diberikan pada peti persembahan. Jelas bahwa uang yang diberikan adalah persembahan. Dari antara orang banyak yang memberi persembahan, Yesus melihat bahwa ada yang memberi persembahan banyak dan ada seorang janda yang memberi sedikit. Hal yang aneh bagi kita karena Yesus melihat berapa besar yang diberikan orang pada peti persembahan. Ini tentu bukan hal yang aneh, sebab biasanya orang yang memberi banyak mengusakan bagaimana supaya orang lain melihat pemberiannya itu, ini sudah hal yang biasa dilakukan. Hal ini bisa kita temukan dalam kehidupan sekarang ini, banyak orang-orang kaya atau para pejabat pada momen tertentu tampil sebagai orang-orang yang murah hati dengan membagi-bagikan uang, atau beras atau daging kepada orang lain, dan hal itu dipublikasikan atau mengundang wartawan supaya dipublikasikan. Ada pula yang memberi sumbangan kepada gereja tetapi harus diumumkan di depan gereja. Kalau tidak diumumkan, mereka akan marah atau menarik kembali pemberiannya. Dari pengalaman ini, maka tidak sulit kita mengerti bagaimana Yesus mengetahui bahwa ada yang memberi banyak pada peti persembahan.
Namun dari semua orang yang memasukkan uang ke peti persembahan, Yesus memuji persembahan seorang janda, yang hanya memberi sedikit, mungkin tidak ada apa-apanya dibandingkan pemberian orang kaya itu. Yesus memuji pemberian yang sedikit itu dibandingkan pemberian yang banyak. Beda halnya dengan kita, kita pasti akan lebih memuji, lebih mengagung-agungkan orang yang memberi banyak. Dalam hal ini Yesus memuji pemberian janda itu karena memberi dari kekurangannya, yang mungkin saja uangnya hanya itu, sedangkan pemberian orang kaya itu adalah pemberian dari kelebihannya, atau mungkin tidak seberapa dibandingkan dengan yang dihabiskan sehari-hari untuk makan atau kesengannya. Yesus memuji pemberian janda itu karena dia memberi dengan ketulusan hati, sedangkan orang kaya itu memberi tidak dengan tulus hati.
Memberi dengan tulus hati itulah membedakan pemberian seseorang itu, bukan soal banyaknya. Sebab bagi Tuhan pemberian persembahan yang banyak tetapi tidak dengan tulus hati, memberi dari kelimpahan, itu kuranglah bernilai. Namun betapa seringnya kita sulit untuk memberi persembahan kepada Allah lewat Gerejanya. Seringkali kita memberi dari kelimpahan atau sisa-sisa dari apa yang ada pada kita. Banyak dari kalangan umat saat memberi persembahan baik itu saat kolekte atau pada pemberian untuk kepentingan gereja, mereka memberi tidak dengan tulus, tetapi memberi apa yang mungkin tidak mereka perlukan lagi, misalnya ada yang memberi uang kolekte adalah uang yang tidak laku lagi dikedai-kedai, ada yang memberi uang terkecil dari dalam kantong atau dompetnya. Sering juga kita temui orang membagi-bagikan pakaian bekas yang tidak lagi dipakai, dengan alasan daripada busuk di gudang, dan dia membeli lagi pakaian yang mahal dan bagus untuk dirinya. Kedengaran hal ini bagus, tetapi dia memberi apa yang tidak lagi dia butuhkan.
Terkadang orang juga mengatakan bahwa pemberian itu kan yang penting tulus walaupun sedikit. Namun mari kita jujur merenungkan “Apakah kita memang tulus memberikan yang sedikit itu padahal sebenarnya kita bisa memberi lebih banyak karena kita sudah mendapatkan banyak berkat dari Tuhan?” Seringkali hal ini menjadi alasan yang kita pakai untuk memberi sedikit, karena kita tidak mau kehilangan dari apa yang ada pada kita, kita merasa rugi dan merasa kehilangan bila memberikan.
Adapula yang mengatakan bahwa mereka tidak bisa memberi apa-apa baik itu untuk sesama atau untuk gereja, dan mengatakan hanya bisa memberi doa. Benarkah mereka tidak mempunyai apa-apa atau tidak mendapatkan berkat dari Tuhan sehingga mereka tidak bisa memberi apa-apa, selain dari doa saja? Ini seringkali malah disalahgunakan sebagai alasan untuk tidak memberi apa-apa. Padahal sebenarnya dia sudah mendapatkan berkat dari Tuhan, sebenarnya bisa memberikan untuk persembahan, tetapi karena merasa masih kekurangan, karena tidak mau berbagi, makan menggunakan alasan itu sebagai alasan untuk tidak memberi.
Memang pemberian kita tidak diukur dari besar atau banyaknya, tetapi dari ketulusan hati kita dalam memberi. Namun ingatlah, Tuhan telah memberi kita hidup dan berkat, sehingga kitapun harus dengan jujur dan tulus memberikan persembahan kita, sebagian dari banyak berkat yang sudah kita terima dari Tuhan. Dalam hal ini, sebenarnya kita tidak memberi persembahan kepada Tuhan lewat Gereja, tetapi mengembalikan sedikit dari banyak berkat yang sudah kita terima. Juga pemberian yang dimaksudkan bukan hanya materi, tetapi diri dan hidup kita. Oleh karena itu pula, kita hendaknya memberikan yang terbaik sebagai persembahan kita, bukan persembahan atau pemberian dari sisa-sisa atau yang tidak kita perlukan. Semakin kita memberikan apa yang memang kita butuhkan, semakin besarlah nilai pemberian itu di hadapan Tuhan. Semoga kita berani memberi, berbagi berkat Tuhan kepada sesama kita, kepada Gereja dengan tulus. Semakin kita banyak memberi, semakin banyak pula kita mendapatkan berkat. Maka mari kita memberikan persembahan kepada Tuhan dengan tulus hati. Amin.
0 comments:
Post a Comment
Syalom. Terimakasih atas kunjungan dan komentarnya.Semoga Tuhan memberkati para Saudara.