RENUNGAN HARI BIASA PEKAN XXII, Sabtu 3 September 2011
Gregorius Agung
Kol 1:21-23, Mzm 54:3-4,6,8, Luk 6:1-5
Gregorius Agung
Kol 1:21-23, Mzm 54:3-4,6,8, Luk 6:1-5
BACAAN INJIL:
Pada suatu hari Sabat, ketika Yesus berjalan di ladang gandum, murid-murid-Nya memetik bulir gandum dan memakannya, sementara mereka menggisarnya dengan tangannya. Tetapi beberapa orang Farisi berkata: "Mengapa kamu berbuat sesuatu yang tidak diperbolehkan pada hari Sabat?" Lalu Yesus menjawab mereka: "Tidakkah kamu baca apa yang dilakukan oleh Daud, ketika ia dan mereka yang mengikutinya lapar, bagaimana ia masuk ke dalam Rumah Allah dan mengambil roti sajian, lalu memakannya dan memberikannya kepada pengikut-pengikutnya, padahal roti itu tidak boleh dimakan kecuali oleh imam-imam?" Kata Yesus lagi kepada mereka: "Anak Manusia adalah Tuhan atas hari Sabat."
RENUNGAN:
“Anak Manusia adalah Tuhan atas hari Sabat.”
Kata-kata Yesus ini seakan pembelaan diri yang membenarkan perbuatan para murid yang memetik gandum dari ‘ladang orang lain’ saat mereka lewat dan itu terjadi pada hari Sabat pula. Orang Farisi saat melihat hal ini, menegur dengan megatakan mengapa mereka melakukannya pada hari Sabat. Kita tidak tahu pasti perbuatan apa yang mereka maksudkan. Mungkin yang dimaksudkan adalah memetik gandum orang lain pada hari Sabat. Ini dianggap suatu perbuatan yang dilarang pada hari Sabat. Yah jelas memetik gandum orang lain dan memakannya tentu tidak baik, baik itu dilakukan pada hari biasa atau pada hari Sabat.
Mendengar itu Yesus menjawab dengan mengungkapkan apa yang dilakukan oleh Daud dan pada akhir kata-kata-Nya Yesus mengatakan bahwa “Anak Manusia adalah Tuhan atas hari Sabat.” Jawaban Yesus seakan membenarkan perbuatan tidak baik yang dilakukan para murid. Namun bukan itu yang dimaksudkan oleh Yesus. Tetapi lewat teguran orang Farisi, Yesus pergunakan sebagai kesempatan untuk menegur orang Farisi yang bersikap munafik, mereka banyak membuat hukum dan taat pada hukum yang mereka buat, tetapi tidak berlaku cintakasih kepada sesama. Mereka lebih mengutamakan hukum daripada cintakasih kepada Allah yang nyata bagi sesama.
Selain itu mereka taat pada hukum, rajin menjalankan ibadah, tetapi hati mereka penuh dengan kebusukan dan mereka tidak menerima dan percaya bahwa Mesias telah hadir dalam Yesus. Mereka tidak mengenal dan menerima Yesus adalah Mesias. Mereka menganggap bahwa dengan taat pada hukum, itu sudah cukup untuk diselamatkan. Mereka merasa hidupnya baik dan suci sehingga mereka dengan mudah menuduh orang melanggar aturan terutama bila tidak seperti yang mereka lakukan.
Hal yang demikian kerap terjadi dalam diri kita. Banyak orang menganggap bahwa dengan taat pada aturan itu sudah cukup untuk diselamatkan. Tidak jarang pula orang taat pada aturan, merasa diri baik tetapi mereka melupakan cinta kasih kepada sesama. Kadang juga kita mengatakan diri beriman kepada Allah, tetapi dalam kenyataan hidup, Yesus bukanlah kita anggap sebagai yang paling berharga, di atas segala-galanya. Kita kerap jatuh pada kesombongan rohani, menganggap diri sudah baik karena taat pada aturan sehingga dengan mudah mengkritik dan menilai orang lain bila tidak taat pada aturan atau tidak melakukan seperti yang kita lakukan.
Oleh karena itu, baiklah kita merenungkan bahwa dalam beriman kita baik bila taat pada aturan, tetapi janganlah melupakan cinta kasih kepada sesama kita. Iman kepada Yesus juga harus nyata dalam sikap hidup baha Yesus melebihi segala sesuatu. Kita juga harus waspada jangan sampai jatuh kepada kesombongan rohani, maka kita harus selalu dengan rendah hati. Baiklah kita menjadi pelaku kebaikan, bukan sebagai pengkritik dan penilai orang lain. Amin.
Pada suatu hari Sabat, ketika Yesus berjalan di ladang gandum, murid-murid-Nya memetik bulir gandum dan memakannya, sementara mereka menggisarnya dengan tangannya. Tetapi beberapa orang Farisi berkata: "Mengapa kamu berbuat sesuatu yang tidak diperbolehkan pada hari Sabat?" Lalu Yesus menjawab mereka: "Tidakkah kamu baca apa yang dilakukan oleh Daud, ketika ia dan mereka yang mengikutinya lapar, bagaimana ia masuk ke dalam Rumah Allah dan mengambil roti sajian, lalu memakannya dan memberikannya kepada pengikut-pengikutnya, padahal roti itu tidak boleh dimakan kecuali oleh imam-imam?" Kata Yesus lagi kepada mereka: "Anak Manusia adalah Tuhan atas hari Sabat."
RENUNGAN:
“Anak Manusia adalah Tuhan atas hari Sabat.”
Kata-kata Yesus ini seakan pembelaan diri yang membenarkan perbuatan para murid yang memetik gandum dari ‘ladang orang lain’ saat mereka lewat dan itu terjadi pada hari Sabat pula. Orang Farisi saat melihat hal ini, menegur dengan megatakan mengapa mereka melakukannya pada hari Sabat. Kita tidak tahu pasti perbuatan apa yang mereka maksudkan. Mungkin yang dimaksudkan adalah memetik gandum orang lain pada hari Sabat. Ini dianggap suatu perbuatan yang dilarang pada hari Sabat. Yah jelas memetik gandum orang lain dan memakannya tentu tidak baik, baik itu dilakukan pada hari biasa atau pada hari Sabat.
Mendengar itu Yesus menjawab dengan mengungkapkan apa yang dilakukan oleh Daud dan pada akhir kata-kata-Nya Yesus mengatakan bahwa “Anak Manusia adalah Tuhan atas hari Sabat.” Jawaban Yesus seakan membenarkan perbuatan tidak baik yang dilakukan para murid. Namun bukan itu yang dimaksudkan oleh Yesus. Tetapi lewat teguran orang Farisi, Yesus pergunakan sebagai kesempatan untuk menegur orang Farisi yang bersikap munafik, mereka banyak membuat hukum dan taat pada hukum yang mereka buat, tetapi tidak berlaku cintakasih kepada sesama. Mereka lebih mengutamakan hukum daripada cintakasih kepada Allah yang nyata bagi sesama.
Selain itu mereka taat pada hukum, rajin menjalankan ibadah, tetapi hati mereka penuh dengan kebusukan dan mereka tidak menerima dan percaya bahwa Mesias telah hadir dalam Yesus. Mereka tidak mengenal dan menerima Yesus adalah Mesias. Mereka menganggap bahwa dengan taat pada hukum, itu sudah cukup untuk diselamatkan. Mereka merasa hidupnya baik dan suci sehingga mereka dengan mudah menuduh orang melanggar aturan terutama bila tidak seperti yang mereka lakukan.
Hal yang demikian kerap terjadi dalam diri kita. Banyak orang menganggap bahwa dengan taat pada aturan itu sudah cukup untuk diselamatkan. Tidak jarang pula orang taat pada aturan, merasa diri baik tetapi mereka melupakan cinta kasih kepada sesama. Kadang juga kita mengatakan diri beriman kepada Allah, tetapi dalam kenyataan hidup, Yesus bukanlah kita anggap sebagai yang paling berharga, di atas segala-galanya. Kita kerap jatuh pada kesombongan rohani, menganggap diri sudah baik karena taat pada aturan sehingga dengan mudah mengkritik dan menilai orang lain bila tidak taat pada aturan atau tidak melakukan seperti yang kita lakukan.
Oleh karena itu, baiklah kita merenungkan bahwa dalam beriman kita baik bila taat pada aturan, tetapi janganlah melupakan cinta kasih kepada sesama kita. Iman kepada Yesus juga harus nyata dalam sikap hidup baha Yesus melebihi segala sesuatu. Kita juga harus waspada jangan sampai jatuh kepada kesombongan rohani, maka kita harus selalu dengan rendah hati. Baiklah kita menjadi pelaku kebaikan, bukan sebagai pengkritik dan penilai orang lain. Amin.
0 comments:
Post a Comment
Syalom. Terimakasih atas kunjungan dan komentarnya.Semoga Tuhan memberkati para Saudara.