RENUNGAN HARI MINGGU BIASA PEKAN XXII, Minggu 27 Agustus 2011Yer 20:7-9, Mzm 63:2,3-4,5-6,8-9, Rm 12:1-2, Mat 16:21-27
BACAAN INJIL: Mat 16:21-27
“Barangsiapa ingin menjadi murid-Mu, harus menyangkal diri.”
Sejak waktu itu Yesus mulai menyatakan kepada murid-murid-Nya bahwa Ia harus pergi ke Yerusalem dan menanggung banyak penderitaan dari pihak tua-tua, imam-imam kepala dan ahli-ahli Taurat, lalu dibunuh dan dibangkitkan pada hari ketiga. Tetapi Petrus menarik Yesus ke samping dan menegor Dia, katanya: "Tuhan, kiranya Allah menjauhkan hal itu! Hal itu sekali-kali takkan menimpa Engkau." Maka Yesus berpaling dan berkata kepada Petrus: "Enyahlah Iblis. Engkau suatu batu sandungan bagi-Ku, sebab engkau bukan memikirkan apa yang dipikirkan Allah, melainkan apa yang dipikirkan manusia." Lalu Yesus berkata kepada murid-murid-Nya: "Setiap orang yang mau mengikut Aku, ia harus menyangkal dirinya, memikul salibnya dan mengikut Aku. Karena barangsiapa mau menyelamatkan nyawanya, ia akan kehilangan nyawanya; tetapi barangsiapa kehilangan nyawanya karena Aku, ia akan memperolehnya. Apa gunanya seorang memperoleh seluruh dunia tetapi kehilangan nyawanya? Dan apakah yang dapat diberikannya sebagai ganti nyawanya? Sebab Anak Manusia akan datang dalam kemuliaan Bapa-Nya diiringi malaikat-malaikat-Nya; pada waktu itu Ia akan membalas setiap orang menurut perbuatannya.
RENUNGAN:
Satu setengah tahun lalu saya pindah ke paroki yang sekarang. Sebelumnya saya bertugas di paroki Santa Maria Pertolongan Orang Kristen Sidikalang. Saya bertugas di paroki itu selama 7 tahun. Saat pimpinan meminta saya bertugas di paroki Tigalingga, saya tidak bisa menolak karena memang kaul ketaatan. Saya dengan senang hati menerimanya, meskipun di depan saya, saya tahun tugas berat yang sudah menungguh. Tugas berat itu bukan karena medannya yang sulit, bukan juga karena lebih pedesaan dibanding paroki sebelumnya, tetapi di paroki baru sudah ada fondasi bangunan Gereja paroki yang sudah 2 tahun terbengkalai karena kekurangan dana. Pembangunan Gereja paroki sungguh menjadi tugas yang berat, bahkan sangat berat mengingat bangunan itu sungguh besar dengan biaya 2 setengah milyar dupiah, padahal paroki itu ada di pedesaan, jumlah umat tidak seberapa dan ekonomi umat juga tidak mendukung. Pimpinan tentu berharap agar saya melayani umat dengan baik dan juga dapat menyelesaikan bangunan yang tertunda, yang sudah dimulai konfrater sebelumnya. Umat tentu juga berharap bahwa saya membawa harapan baru untuk melanjutkan pembangunan gereja paroki yang mereka rindukan. Ini yang berat, bukan medan atau suasana pedesaan. Walaupun demikian saya mencoba taat menerima tugas itu dengan suatu pikiran bahwa saya datang untuk melayani umat dan menyerahkan semuanya pada Tuhan.
Mungkin pengalaman di atas bisa sedikit menjadi gambaran untuk mengerti Injil hari ini. Yesus mengatakan kepada para murid bahwa Dia harus pergi ke Jerusalem dan di sana Dia akan menanggung banyak penderitaan dari pihak tua-tua, imam-imam kepala dan ahli-ahli Taurat, lalu dibunuh dan dibangkitkan pada hari ketiga. Yesus harus pergi ke Jerusalem untuk melaksanakan kehendak Allah, untuk mewartakan Kerajaan Allah. Yesus tahu dari pengalaman para nabi terdahulu bahwa di Yerusalem Dia pasti mengalami penderitaan dari pihak tua-tua, imam-imam kepala dan ahli-ahli Taurat. Yesus tetap pergi ke Yerusalem, tidak menolak resiko pewartaan itu karena taat setia pada kehendak Allah. Justru Petrus yang tidak siap menerima kenyataan itu terjadi kepada Yesus. Petrus berpikir demikian, karena menurut adat kebiasaan saat itu, orang yang menderita, mati dihukum dan sakit diyakini karena dikutuk oleh Allah. Sehingga bila Yesus mengalami semuanya itu, bagiknya dan bagi banyak orang seakan bahwa Yesus juga berarti dikutuk oleh Allah. Juga karena gambaran Mesias bagi mereka adalah Mesias yang gagah perkasa dan tidak mati dihukum. Yesus mengecam dengan keras pikiran dan keberatan Petrus dengan berkata, “Eyahlah engkau iblis!” Teguran Yesus sungguh bertolak belakang dengan pujian Yesus pada Minggu kemarin, yang memuji Petrus karena mengenal Yesus adalah Mesias. Namun yang dihardik oleh Yesus dan disebut iblis bukanlah pribadi petrus tetapi pikiran manusia yang menghalangi Petrus untuk mengimani bahwa Yesus adalah Mesias sebagaimana dikehendaki oleh Allah.
Apa yang dialami oleh Yesus dan Petrus mungkin juga kita alami. Kita berusaha hidup setia dalam iman, hidup berbuat baik, tetapi kita tahu pasti tantangan dan persoalan dengan hidup setia dalam iman. Dalam dunia sekarang, bila kita hidup setia dalam iman, melaksanakan kehendak Allah, itu berarti kita harus siap menyangkal diri. Menyangkal diri itu berarti kita harus bisa mengekang dan bahkan meninggalkan kehendak atau keinginan diri yang tidak sesuai dengan kehendak Allah. Ini tantangan dari dalam diri yang justru seringkali lebih sulit untuk diatasi. Bila kita berusaha hidup setia dalam iman kepada Yesus, bisa saja kita tidak naik jabatan atau pangkat. Bila kita mau hidup jujur, berlaku benar dan adil, bisa saja kita disingkirkan dalam pergaulan hidup. Tantangan dan persoalan ini pasti kita akan hadapi dan ini yang seringkali membuat kita surut sehingga tidak lagi berusaha setia pada Yesus. Masih ada persoalan dan penderitaan lain yang pasti kita hadapi. Karena setiap orang pasti tidak luput dari persoalan dan penderitaan, juga termasuk orang beriman.
Namun yakinlah bahwa dalam penderitaan hidup, Allah selalu menyayangi dan beserta kita. Penyakit, kemiskinan, penderitaan bukanlah karena Allah mengutuk kita, tetapi dalam situasi demikian, Allah selalu menyayangi dan memberkati kita. Oleh karena itu, mari kita berusaha setia mengikuti Yesus dalam seluruh hidup kita. Penderitaan dan persoalan yang datang menghampiri kita, mari kita jalani sebagai salib kita. Yesus sendiri mengatakan bahwa orang yang menjadi muri-Nya harus siap menyangkal diri dan memikul salibnya. Kesetiaan kita mengikuti Yesus walaupun kita harus menderita, justru kita menyelamatkan nyawa kita dan kita akan menemukan kebahagiaan sejati. Oleh karena itu, mari kita mohon kepada Yesus, agar Dia mengenyahkan iblis dalam diri kita yang menghalangi kita untuk setia percaya kepada-Nya. Amin.
“Barangsiapa ingin menjadi murid-Mu, harus menyangkal diri.”
Sejak waktu itu Yesus mulai menyatakan kepada murid-murid-Nya bahwa Ia harus pergi ke Yerusalem dan menanggung banyak penderitaan dari pihak tua-tua, imam-imam kepala dan ahli-ahli Taurat, lalu dibunuh dan dibangkitkan pada hari ketiga. Tetapi Petrus menarik Yesus ke samping dan menegor Dia, katanya: "Tuhan, kiranya Allah menjauhkan hal itu! Hal itu sekali-kali takkan menimpa Engkau." Maka Yesus berpaling dan berkata kepada Petrus: "Enyahlah Iblis. Engkau suatu batu sandungan bagi-Ku, sebab engkau bukan memikirkan apa yang dipikirkan Allah, melainkan apa yang dipikirkan manusia." Lalu Yesus berkata kepada murid-murid-Nya: "Setiap orang yang mau mengikut Aku, ia harus menyangkal dirinya, memikul salibnya dan mengikut Aku. Karena barangsiapa mau menyelamatkan nyawanya, ia akan kehilangan nyawanya; tetapi barangsiapa kehilangan nyawanya karena Aku, ia akan memperolehnya. Apa gunanya seorang memperoleh seluruh dunia tetapi kehilangan nyawanya? Dan apakah yang dapat diberikannya sebagai ganti nyawanya? Sebab Anak Manusia akan datang dalam kemuliaan Bapa-Nya diiringi malaikat-malaikat-Nya; pada waktu itu Ia akan membalas setiap orang menurut perbuatannya.
RENUNGAN:
Satu setengah tahun lalu saya pindah ke paroki yang sekarang. Sebelumnya saya bertugas di paroki Santa Maria Pertolongan Orang Kristen Sidikalang. Saya bertugas di paroki itu selama 7 tahun. Saat pimpinan meminta saya bertugas di paroki Tigalingga, saya tidak bisa menolak karena memang kaul ketaatan. Saya dengan senang hati menerimanya, meskipun di depan saya, saya tahun tugas berat yang sudah menungguh. Tugas berat itu bukan karena medannya yang sulit, bukan juga karena lebih pedesaan dibanding paroki sebelumnya, tetapi di paroki baru sudah ada fondasi bangunan Gereja paroki yang sudah 2 tahun terbengkalai karena kekurangan dana. Pembangunan Gereja paroki sungguh menjadi tugas yang berat, bahkan sangat berat mengingat bangunan itu sungguh besar dengan biaya 2 setengah milyar dupiah, padahal paroki itu ada di pedesaan, jumlah umat tidak seberapa dan ekonomi umat juga tidak mendukung. Pimpinan tentu berharap agar saya melayani umat dengan baik dan juga dapat menyelesaikan bangunan yang tertunda, yang sudah dimulai konfrater sebelumnya. Umat tentu juga berharap bahwa saya membawa harapan baru untuk melanjutkan pembangunan gereja paroki yang mereka rindukan. Ini yang berat, bukan medan atau suasana pedesaan. Walaupun demikian saya mencoba taat menerima tugas itu dengan suatu pikiran bahwa saya datang untuk melayani umat dan menyerahkan semuanya pada Tuhan.
Mungkin pengalaman di atas bisa sedikit menjadi gambaran untuk mengerti Injil hari ini. Yesus mengatakan kepada para murid bahwa Dia harus pergi ke Jerusalem dan di sana Dia akan menanggung banyak penderitaan dari pihak tua-tua, imam-imam kepala dan ahli-ahli Taurat, lalu dibunuh dan dibangkitkan pada hari ketiga. Yesus harus pergi ke Jerusalem untuk melaksanakan kehendak Allah, untuk mewartakan Kerajaan Allah. Yesus tahu dari pengalaman para nabi terdahulu bahwa di Yerusalem Dia pasti mengalami penderitaan dari pihak tua-tua, imam-imam kepala dan ahli-ahli Taurat. Yesus tetap pergi ke Yerusalem, tidak menolak resiko pewartaan itu karena taat setia pada kehendak Allah. Justru Petrus yang tidak siap menerima kenyataan itu terjadi kepada Yesus. Petrus berpikir demikian, karena menurut adat kebiasaan saat itu, orang yang menderita, mati dihukum dan sakit diyakini karena dikutuk oleh Allah. Sehingga bila Yesus mengalami semuanya itu, bagiknya dan bagi banyak orang seakan bahwa Yesus juga berarti dikutuk oleh Allah. Juga karena gambaran Mesias bagi mereka adalah Mesias yang gagah perkasa dan tidak mati dihukum. Yesus mengecam dengan keras pikiran dan keberatan Petrus dengan berkata, “Eyahlah engkau iblis!” Teguran Yesus sungguh bertolak belakang dengan pujian Yesus pada Minggu kemarin, yang memuji Petrus karena mengenal Yesus adalah Mesias. Namun yang dihardik oleh Yesus dan disebut iblis bukanlah pribadi petrus tetapi pikiran manusia yang menghalangi Petrus untuk mengimani bahwa Yesus adalah Mesias sebagaimana dikehendaki oleh Allah.
Apa yang dialami oleh Yesus dan Petrus mungkin juga kita alami. Kita berusaha hidup setia dalam iman, hidup berbuat baik, tetapi kita tahu pasti tantangan dan persoalan dengan hidup setia dalam iman. Dalam dunia sekarang, bila kita hidup setia dalam iman, melaksanakan kehendak Allah, itu berarti kita harus siap menyangkal diri. Menyangkal diri itu berarti kita harus bisa mengekang dan bahkan meninggalkan kehendak atau keinginan diri yang tidak sesuai dengan kehendak Allah. Ini tantangan dari dalam diri yang justru seringkali lebih sulit untuk diatasi. Bila kita berusaha hidup setia dalam iman kepada Yesus, bisa saja kita tidak naik jabatan atau pangkat. Bila kita mau hidup jujur, berlaku benar dan adil, bisa saja kita disingkirkan dalam pergaulan hidup. Tantangan dan persoalan ini pasti kita akan hadapi dan ini yang seringkali membuat kita surut sehingga tidak lagi berusaha setia pada Yesus. Masih ada persoalan dan penderitaan lain yang pasti kita hadapi. Karena setiap orang pasti tidak luput dari persoalan dan penderitaan, juga termasuk orang beriman.
Namun yakinlah bahwa dalam penderitaan hidup, Allah selalu menyayangi dan beserta kita. Penyakit, kemiskinan, penderitaan bukanlah karena Allah mengutuk kita, tetapi dalam situasi demikian, Allah selalu menyayangi dan memberkati kita. Oleh karena itu, mari kita berusaha setia mengikuti Yesus dalam seluruh hidup kita. Penderitaan dan persoalan yang datang menghampiri kita, mari kita jalani sebagai salib kita. Yesus sendiri mengatakan bahwa orang yang menjadi muri-Nya harus siap menyangkal diri dan memikul salibnya. Kesetiaan kita mengikuti Yesus walaupun kita harus menderita, justru kita menyelamatkan nyawa kita dan kita akan menemukan kebahagiaan sejati. Oleh karena itu, mari kita mohon kepada Yesus, agar Dia mengenyahkan iblis dalam diri kita yang menghalangi kita untuk setia percaya kepada-Nya. Amin.
0 comments:
Post a Comment
Syalom. Terimakasih atas kunjungan dan komentarnya.Semoga Tuhan memberkati para Saudara.