RENUNGAN HARI BIASA PEKAN 13, Kamis 30 JUNI 2011
(Raymundus Lullus)
Kej 22:1-19, Mzm 115:1-2,3-4,5-6,8-9, Mat 9:1-8
(Raymundus Lullus)
Kej 22:1-19, Mzm 115:1-2,3-4,5-6,8-9, Mat 9:1-8
BACAAN INJIL:
Sesudah itu naiklah Yesus ke dalam perahu lalu menyeberang. Kemudian sampailah Ia ke kota-Nya sendiri. Maka dibawa oranglah kepada-Nya seorang lumpuh yang terbaring di tempat tidurnya. Ketika Yesus melihat iman mereka, berkatalah Ia kepada orang lumpuh itu: "Percayalah, hai anak-Ku, dosamu sudah diampuni." Maka berkatalah beberapa orang ahli Taurat dalam hatinya: "Ia menghujat Allah." Tetapi Yesus mengetahui pikiran mereka, lalu berkata: "Mengapa kamu memikirkan hal-hal yang jahat di dalam hatimu? Manakah lebih mudah, mengatakan: Dosamu sudah diampuni, atau mengatakan: Bangunlah dan berjalanlah? Tetapi supaya kamu tahu, bahwa di dunia ini Anak Manusia berkuasa mengampuni dosa" ?lalu berkatalah Ia kepada orang lumpuh itu?:"Bangunlah, angkatlah tempat tidurmu dan pulanglah ke rumahmu!" Dan orang itupun bangun lalu pulang. Maka orang banyak yang melihat hal itu takut lalu memuliakan Allah yang telah memberikan kuasa sedemikian itu kepada manusia.
RENUNGAN:
Hari-hari ini banyak anak muda atau orang tua yang bergembira karena mungkin anaknya lulus dan diterima di perguruan tinggi yang mereka inginkan. Tetapi banyak juga tentunya anak dan orang tua yang kecewa karena tidak lulus. Melihat keberhasilan anak yang lulus dan diterima di perguruan tinggi yang mereka inginkan bisa saja membuat kita merasa cemburu dan bisa berpikir lain, misalnya kita berpikir bahwa mereka lulus karena mungkin kebetulan saja mereka bisa lulus atau malah mungkin ada orang yang berpikir bahwa sebagian mereka lulus karena berbain curang. Memang kita seringkali dituntut dan seakan dididik menjadi yang terbaik dari pada orang lain, sehingga ketika kita menyaksikan bahwa orang lain mendapatkan lebih dari yang ada pada kita, kita bisa dcemburu dan bahkan mungkin berpikir negatif kepada orang lain itu.
Ketika Yesus mengampuni dosa orang lumpuh yang dibawa ke hadapan-Nya, malah ahli-ahli Taurat yang menyaksikan hal itu berpikiran bahwa Yesus menghujat Allah. Dengan mengatakan demikian, jelas bahwa Yesus mengembalikan identitas si sakit yang dianggap karena sakitnya disebabkan bahwa dia dikutuk oleh Allah. Dengan demikian si sakit bukanlah manusia terbuang dan harus disingkirkan. Sebab seringkali penyakit yang mematikan walaupun tidak secara langsung adalah manakala seseorang merasa terkututk dan disingkirkan banyak orang. Ahli-ahli Taurat yang mendengar itu justru menuduh Yesus yang bukan-bukan, bukannya malah disadarkan bahwa mereka selama ini menyingkirkan si sakit karena sakitnya. Mengetahui kejahatan hati para ahli Taurat justru Yesus semakin menunjukkan kuasa kasih-Nya dengan menyembuhkan orang lumpuh itu. Melihat kejadian itu, orang banyak itu akhirnya menjadi takut dan memuliakan Allah. Hanya memang injil tidak mengatakan dengan jelas apakah ahli-ahli Taurat itu juga akhirnya memuliakan Allah.
Dalam renungan Injil hari ini, kita diajak untuk menyadari bahwa anugerah Allah diberikan kepada setiap orang dan masing-masing berbeda-beda, sehingga kita tidak perlu cemburu, iri hari atau malah berpikir negatif bila orang lain berhasil atau memiliki sesuatu yang tidak ada pada kita sendiri. Sebab sebagaimana saya katakan tadi, Allah menganugerahkan berkat-Nya kepada semua orang dan Tuhan tahu apa yang kita butuhkan.
Rasa sombong dan ambisi untuk menjadi yang terbaik dari orang lain seringkali membuat kita iri, cemburu dan tidak bisa menghargai keberhasilan orang lain. Lebih parahnya karena kita sibuk berpikir bahwa kita harus menjadi yang terbaik dan orang lain tidak bisa melebihi kita, membuat kita lupa bahwa apa yang kita miliki adalah anugerah dari Tuhan. Tuhan memberikan anugerah itu selain karena kita butuhkan untuk hidup, juga dimaksud agar pemberian-Nya itu juga diamalkan untuk sesama terutama yang menderita dan kecil. Namun karena hidup kita lebih terarah untuk diri sendiri, kita menjadi lupa dan tidak punya waktu di sekitar kita banyak sesama yang menderita dan membutuhkan saluran berkat dari kita. Oleh karena itu, hari ini Yesus memberi teladan bahwa anugerah Allah yang kita terima hendaknya membuat kita juga semakin terbuka melihat sesama yang menderita dan berusaha berbagi berkat dengan mereka. Sehingga dengan demikian, kita menjadi saluran berkat Allah bagi sesama kita. Amin.
Sesudah itu naiklah Yesus ke dalam perahu lalu menyeberang. Kemudian sampailah Ia ke kota-Nya sendiri. Maka dibawa oranglah kepada-Nya seorang lumpuh yang terbaring di tempat tidurnya. Ketika Yesus melihat iman mereka, berkatalah Ia kepada orang lumpuh itu: "Percayalah, hai anak-Ku, dosamu sudah diampuni." Maka berkatalah beberapa orang ahli Taurat dalam hatinya: "Ia menghujat Allah." Tetapi Yesus mengetahui pikiran mereka, lalu berkata: "Mengapa kamu memikirkan hal-hal yang jahat di dalam hatimu? Manakah lebih mudah, mengatakan: Dosamu sudah diampuni, atau mengatakan: Bangunlah dan berjalanlah? Tetapi supaya kamu tahu, bahwa di dunia ini Anak Manusia berkuasa mengampuni dosa" ?lalu berkatalah Ia kepada orang lumpuh itu?:"Bangunlah, angkatlah tempat tidurmu dan pulanglah ke rumahmu!" Dan orang itupun bangun lalu pulang. Maka orang banyak yang melihat hal itu takut lalu memuliakan Allah yang telah memberikan kuasa sedemikian itu kepada manusia.
RENUNGAN:
Hari-hari ini banyak anak muda atau orang tua yang bergembira karena mungkin anaknya lulus dan diterima di perguruan tinggi yang mereka inginkan. Tetapi banyak juga tentunya anak dan orang tua yang kecewa karena tidak lulus. Melihat keberhasilan anak yang lulus dan diterima di perguruan tinggi yang mereka inginkan bisa saja membuat kita merasa cemburu dan bisa berpikir lain, misalnya kita berpikir bahwa mereka lulus karena mungkin kebetulan saja mereka bisa lulus atau malah mungkin ada orang yang berpikir bahwa sebagian mereka lulus karena berbain curang. Memang kita seringkali dituntut dan seakan dididik menjadi yang terbaik dari pada orang lain, sehingga ketika kita menyaksikan bahwa orang lain mendapatkan lebih dari yang ada pada kita, kita bisa dcemburu dan bahkan mungkin berpikir negatif kepada orang lain itu.
Ketika Yesus mengampuni dosa orang lumpuh yang dibawa ke hadapan-Nya, malah ahli-ahli Taurat yang menyaksikan hal itu berpikiran bahwa Yesus menghujat Allah. Dengan mengatakan demikian, jelas bahwa Yesus mengembalikan identitas si sakit yang dianggap karena sakitnya disebabkan bahwa dia dikutuk oleh Allah. Dengan demikian si sakit bukanlah manusia terbuang dan harus disingkirkan. Sebab seringkali penyakit yang mematikan walaupun tidak secara langsung adalah manakala seseorang merasa terkututk dan disingkirkan banyak orang. Ahli-ahli Taurat yang mendengar itu justru menuduh Yesus yang bukan-bukan, bukannya malah disadarkan bahwa mereka selama ini menyingkirkan si sakit karena sakitnya. Mengetahui kejahatan hati para ahli Taurat justru Yesus semakin menunjukkan kuasa kasih-Nya dengan menyembuhkan orang lumpuh itu. Melihat kejadian itu, orang banyak itu akhirnya menjadi takut dan memuliakan Allah. Hanya memang injil tidak mengatakan dengan jelas apakah ahli-ahli Taurat itu juga akhirnya memuliakan Allah.
Dalam renungan Injil hari ini, kita diajak untuk menyadari bahwa anugerah Allah diberikan kepada setiap orang dan masing-masing berbeda-beda, sehingga kita tidak perlu cemburu, iri hari atau malah berpikir negatif bila orang lain berhasil atau memiliki sesuatu yang tidak ada pada kita sendiri. Sebab sebagaimana saya katakan tadi, Allah menganugerahkan berkat-Nya kepada semua orang dan Tuhan tahu apa yang kita butuhkan.
Rasa sombong dan ambisi untuk menjadi yang terbaik dari orang lain seringkali membuat kita iri, cemburu dan tidak bisa menghargai keberhasilan orang lain. Lebih parahnya karena kita sibuk berpikir bahwa kita harus menjadi yang terbaik dan orang lain tidak bisa melebihi kita, membuat kita lupa bahwa apa yang kita miliki adalah anugerah dari Tuhan. Tuhan memberikan anugerah itu selain karena kita butuhkan untuk hidup, juga dimaksud agar pemberian-Nya itu juga diamalkan untuk sesama terutama yang menderita dan kecil. Namun karena hidup kita lebih terarah untuk diri sendiri, kita menjadi lupa dan tidak punya waktu di sekitar kita banyak sesama yang menderita dan membutuhkan saluran berkat dari kita. Oleh karena itu, hari ini Yesus memberi teladan bahwa anugerah Allah yang kita terima hendaknya membuat kita juga semakin terbuka melihat sesama yang menderita dan berusaha berbagi berkat dengan mereka. Sehingga dengan demikian, kita menjadi saluran berkat Allah bagi sesama kita. Amin.
0 comments:
Post a Comment
Syalom. Terimakasih atas kunjungan dan komentarnya.Semoga Tuhan memberkati para Saudara.