Cina batalkan tahbisan uskup Handan
Pentahbisan Uskup Koajutor Handan Mgr Joseph Sun Jigen dari Propinsi Hebei dilaporkan telah dibatalkan karena tekanan dari pemerintah Cina.
Sumber Gereja menyebutkan Uskup terpilih Sun, yang telah mendapat persetujuan dari Paus, saat ini sedang dalam “pengawasan” pejabat pemerintah di Ibukota Shijiazhuang.
Mgr Sun, bersama dengan anggota dewan keuskupan Pastor John Huai Jianting, dijemput oleh aparat keamanan segera setelah dia menyelesaikan retret menjelang tahbisan pada 26 Juni lalu di Propinsi Henan.
Mereka dipaksa masuk ke dalam mobil polisi dan ketika mereka hendak mencapai Handan, Pastor Huai melawan dan mencoba untuk melompat keluar. Polisi kemudian memindahkankan pastor tersebut ke mobil polisi lain dan membawanya kembali ke keuskupan. Mereka lalu membawa Uskup Sun sendirian ke Shijiazhuang.
Uskup Handan Mgr Stephen Yang Xiangtai, 89, langsung terkena serangan jantung ketika mendengar kabar tersebut. Ia kemudian dirawat di RS Dazhong yang dikelola keuskupan.
Situasi yang kacau ini membuat para suster dari tarekat diosesan Mother of Our Lord memulai puasa dan secara bergantian selama 24 jam melakukan adorasi Sakramen Mahakudus untuk mendoakan keuskupan mereka.
Sumber-sumber Gereja menyebutkan Uskup terpilih Sun dalam kondisi baik, namun pejabat setempat terus mengawasinya.
Keuskupan terus menolak keberadaan Uskup Joseph Guo Jincai dari Chengde yang ditahbisakan tanpa mandat paus. Sumber Gereja mengatakan para imam dari keuskupan tersebut terus mendesak agar mandat dari paus dibacakan selama upacara pentahbisan. Karena itu Konferensi Para Uskup China (BCCCC) yang mendapat sanksi pemerintah belum mengeluarkan pernyataan sama sekali.
Tahbisan ilegal di Leshan akan jalan terus
Sementara itu, rencana tahbisan uskup pada 29 Juni tanpa mandate paus sudah dipastikan akan dijalankan di keuskupan Leshan, sebelah tenggara Cina.
Uskup Linyi Mgr Johan Fang Xingyao, selaku ketua Asosiasi Katolik Patriotik Cina (CCPA) akan menjadi selebran utama dalam pentahbisan Pastor Paul Lei Shiyin.
Uskup Tangshang Mgr Peter Fang Jianping dan Uskup Wanzhou Mgr Paul He Zeqing (Wanxian) akan menjadi konselebran dan semua pastor paroki dan para suster dari keuskupan Leshan akan menghadiri upacara tersebut, kata seorang pastor dari Leshan.
“Pastor Lei akan menjadi uskup resmi sesuai peraturan dan kebijakan Cina. Kami berharap Tahta Suci akan merestuinya. Kalau tidak, tahbisan hanya akan sesuai dengan kondisi dan kebijakan negara,” katanya.
Hingga hari ini, BCCCC belum menerima penolakan yang jelas atas calon uskup Leshan, kata Pastor Joseph Yang Yu, jurubicara CCPA dan BCCCC.
BCCCC telah melakukan penelitian mendalam dan menemukan bahwa “Pastor Lei memiliki iman yang kuat dan taat serta sangat disegani di kalangan imam dan umat,” katanya, dan menambahkan bahwa hal itu membuat Pastor Lei menjadi calon uskup Leshan yang paling cocok.
Akan tetapi, seorang pengamat Gereja yang dekat dengan Vatikan sebelumnya mengatakan bahwa ia dan banyak uskup dan imam yang dekat dengan Vatikan sudah mengetahui penolakan terhadap Pastor Lei tapi menolak untuk memberikan penjelasan.
Anthony Lam Sui-ki, peneliti senior dari Holy Spirit Study Centre di Keuskupan Hong Kong, mengatakan, sungguh sebuah tragedi bahwa beberapa imam yang tidak memenuhi persyaratan Gereja mendapat dukungan dari pejabat pemerintah untuk menjadi uskup.
Beda dengan Cina bagian selatan, yang memiliki latarbelakang Katolik yang kuat, Gereja di Sichuan berada di bawah pengaruh pemerintah karena propinsi tersebut hanya punya satu uskup tua yang membuat Gereja di regio tersebut sulit untuk mendapatkan persetujuan bersama, katanya.
Disadur dari :cathnewsindonesia.com , Tanggal publikasi: 28 Juni 2011
Sumber Gereja menyebutkan Uskup terpilih Sun, yang telah mendapat persetujuan dari Paus, saat ini sedang dalam “pengawasan” pejabat pemerintah di Ibukota Shijiazhuang.
Mgr Sun, bersama dengan anggota dewan keuskupan Pastor John Huai Jianting, dijemput oleh aparat keamanan segera setelah dia menyelesaikan retret menjelang tahbisan pada 26 Juni lalu di Propinsi Henan.
Mereka dipaksa masuk ke dalam mobil polisi dan ketika mereka hendak mencapai Handan, Pastor Huai melawan dan mencoba untuk melompat keluar. Polisi kemudian memindahkankan pastor tersebut ke mobil polisi lain dan membawanya kembali ke keuskupan. Mereka lalu membawa Uskup Sun sendirian ke Shijiazhuang.
Uskup Handan Mgr Stephen Yang Xiangtai, 89, langsung terkena serangan jantung ketika mendengar kabar tersebut. Ia kemudian dirawat di RS Dazhong yang dikelola keuskupan.
Situasi yang kacau ini membuat para suster dari tarekat diosesan Mother of Our Lord memulai puasa dan secara bergantian selama 24 jam melakukan adorasi Sakramen Mahakudus untuk mendoakan keuskupan mereka.
Sumber-sumber Gereja menyebutkan Uskup terpilih Sun dalam kondisi baik, namun pejabat setempat terus mengawasinya.
Keuskupan terus menolak keberadaan Uskup Joseph Guo Jincai dari Chengde yang ditahbisakan tanpa mandat paus. Sumber Gereja mengatakan para imam dari keuskupan tersebut terus mendesak agar mandat dari paus dibacakan selama upacara pentahbisan. Karena itu Konferensi Para Uskup China (BCCCC) yang mendapat sanksi pemerintah belum mengeluarkan pernyataan sama sekali.
Tahbisan ilegal di Leshan akan jalan terus
Sementara itu, rencana tahbisan uskup pada 29 Juni tanpa mandate paus sudah dipastikan akan dijalankan di keuskupan Leshan, sebelah tenggara Cina.
Uskup Linyi Mgr Johan Fang Xingyao, selaku ketua Asosiasi Katolik Patriotik Cina (CCPA) akan menjadi selebran utama dalam pentahbisan Pastor Paul Lei Shiyin.
Uskup Tangshang Mgr Peter Fang Jianping dan Uskup Wanzhou Mgr Paul He Zeqing (Wanxian) akan menjadi konselebran dan semua pastor paroki dan para suster dari keuskupan Leshan akan menghadiri upacara tersebut, kata seorang pastor dari Leshan.
“Pastor Lei akan menjadi uskup resmi sesuai peraturan dan kebijakan Cina. Kami berharap Tahta Suci akan merestuinya. Kalau tidak, tahbisan hanya akan sesuai dengan kondisi dan kebijakan negara,” katanya.
Hingga hari ini, BCCCC belum menerima penolakan yang jelas atas calon uskup Leshan, kata Pastor Joseph Yang Yu, jurubicara CCPA dan BCCCC.
BCCCC telah melakukan penelitian mendalam dan menemukan bahwa “Pastor Lei memiliki iman yang kuat dan taat serta sangat disegani di kalangan imam dan umat,” katanya, dan menambahkan bahwa hal itu membuat Pastor Lei menjadi calon uskup Leshan yang paling cocok.
Akan tetapi, seorang pengamat Gereja yang dekat dengan Vatikan sebelumnya mengatakan bahwa ia dan banyak uskup dan imam yang dekat dengan Vatikan sudah mengetahui penolakan terhadap Pastor Lei tapi menolak untuk memberikan penjelasan.
Anthony Lam Sui-ki, peneliti senior dari Holy Spirit Study Centre di Keuskupan Hong Kong, mengatakan, sungguh sebuah tragedi bahwa beberapa imam yang tidak memenuhi persyaratan Gereja mendapat dukungan dari pejabat pemerintah untuk menjadi uskup.
Beda dengan Cina bagian selatan, yang memiliki latarbelakang Katolik yang kuat, Gereja di Sichuan berada di bawah pengaruh pemerintah karena propinsi tersebut hanya punya satu uskup tua yang membuat Gereja di regio tersebut sulit untuk mendapatkan persetujuan bersama, katanya.
Disadur dari :cathnewsindonesia.com , Tanggal publikasi: 28 Juni 2011
0 comments:
Post a Comment
Syalom. Terimakasih atas kunjungan dan komentarnya.Semoga Tuhan memberkati para Saudara.