RENUNGAN HARI RABU DLM OKTAF PASKAH, 27 April 2011
Kis 3:1-10, Mzm 105:1-2,3-4,6-7,8-9, Luk 24:13-35
Kis 3:1-10, Mzm 105:1-2,3-4,6-7,8-9, Luk 24:13-35
"Kristus yang bangkit hadir dalam Sabda dan ekaristi kudus."
BACAAN INJIL:
Pada hari itu juga dua orang dari murid-murid Yesus pergi ke sebuah kampung bernama Emaus, yang terletak kira-kira tujuh mil jauhnya dari Yerusalem, dan mereka bercakap-cakap tentang segala sesuatu yang telah terjadi. Ketika mereka sedang bercakap-cakap dan bertukar pikiran, datanglah Yesus sendiri mendekati mereka, lalu berjalan bersama-sama dengan mereka. Tetapi ada sesuatu yang menghalangi mata mereka, sehingga mereka tidak dapat mengenal Dia. Yesus berkata kepada mereka: "Apakah yang kamu percakapkan sementara kamu berjalan?" Maka berhentilah mereka dengan muka muram. Seorang dari mereka, namanya Kleopas, menjawab-Nya: "Adakah Engkau satu-satunya orang asing di Yerusalem, yang tidak tahu apa yang terjadi di situ pada hari-hari belakangan ini?" Kata-Nya kepada mereka: "Apakah itu?" Jawab mereka: "Apa yang terjadi dengan Yesus orang Nazaret. Dia adalah seorang nabi, yang berkuasa dalam pekerjaan dan perkataan di hadapan Allah dan di depan seluruh bangsa kami. Tetapi imam-imam kepala dan pemimpin-pemimpin kami telah menyerahkan Dia untuk dihukum mati dan mereka telah menyalibkan-Nya. Padahal kami dahulu mengharapkan, bahwa Dialah yang datang untuk membebaskan bangsa Israel. Tetapi sementara itu telah lewat tiga hari, sejak semuanya itu terjadi. Tetapi beberapa perempuan dari kalangan kami telah mengejutkan kami: Pagi-pagi buta mereka telah pergi ke kubur, dan tidak menemukan mayat-Nya. Lalu mereka datang dengan berita, bahwa telah kelihatan kepada mereka malaikat-malaikat, yang mengatakan, bahwa Ia hidup. Dan beberapa teman kami telah pergi ke kubur itu dan mendapati, bahwa memang benar yang dikatakan perempuan-perempuan itu, tetapi Dia tidak mereka lihat." Lalu Ia berkata kepada mereka: "Hai kamu orang bodoh, betapa lambannya hatimu, sehingga kamu tidak percaya segala sesuatu, yang telah dikatakan para nabi! Bukankah Mesias harus menderita semuanya itu untuk masuk ke dalam kemuliaan-Nya?" Lalu Ia menjelaskan kepada mereka apa yang tertulis tentang Dia dalam seluruh Kitab Suci, mulai dari kitab-kitab Musa dan segala kitab nabi-nabi. Mereka mendekati kampung yang mereka tuju, lalu Ia berbuat seolah-olah hendak meneruskan perjalanan-Nya. Tetapi mereka sangat mendesak-Nya, katanya: "Tinggallah bersama-sama dengan kami, sebab hari telah menjelang malam dan matahari hampir terbenam." Lalu masuklah Ia untuk tinggal bersama-sama dengan mereka. Waktu Ia duduk makan dengan mereka, Ia mengambil roti, mengucap berkat, lalu memecah-mecahkannya dan memberikannya kepada mereka. Ketika itu terbukalah mata mereka dan merekapun mengenal Dia, tetapi Ia lenyap dari tengah-tengah mereka. Kata mereka seorang kepada yang lain: "Bukankah hati kita berkobar-kobar, ketika Ia berbicara dengan kita di tengah jalan dan ketika Ia menerangkan Kitab Suci kepada kita?" Lalu bangunlah mereka dan terus kembali ke Yerusalem. Di situ mereka mendapati kesebelas murid itu. Mereka sedang berkumpul bersama-sama dengan teman-teman mereka. Kata mereka itu: "Sesungguhnya Tuhan telah bangkit dan telah menampakkan diri kepada Simon." Lalu kedua orang itupun menceriterakan apa yang terjadi di tengah jalan dan bagaimana mereka mengenal Dia pada waktu Ia memecah-mecahkan roti.
Demikianlah Injil Tuhan bagi kita hari ini.
RENUNGAN:
Saat harapan dan keinginan kita tidak terwujud, pasti kita akan merasa kecewa. Semakin besar harapan dan keinginan yang tidak terwujud, semakin besar pula kekecewaan yang kita alami. Itulah yang dialami oleh dua orang murid Yesus yang sedang berjalan menuju Emaus para murid atas kematian Yesus. Mereka mengalami duka yang mendalam karena dengan matinya Yesus, harapan dan keinginan mereka merasa tidak terkabul. Harapan dan keinginan mereka adalah Yesus menyelamatkan dan membebaskan bangsa Israel dari penjajahan Rom. Mereka sangat berharap kepada Yesus karena bagi mereka Yesus adalah seorang nabi, yang berkuasa dalam pekerjaan dan perkataan di hadapan Allah dan di depan seluruh bangsa kami. Sehingga jelaslah bahwa mereka terpusat pada kehendak dan kepentingan mereka. Tampak jelas bahwa mereka berduka mendalam bukan terutama karena kematian Yesus, tetapi karena keinginan hati mereka tidak terpenuhi. Dalam duka itu juga diliputi rasa kecewa atas diri Yesus karena justru mati dan tidak memenuhi harapan dan keinginan mereka. Karena itulah mereka tidak bisa menyadari dan menangkap kehadiran Yesus yang menemui mereka dan berbincang-bincang dengan mereka dalam perjalanan, bahkan ketika Yesus menerangkan Kitab Suci. Mereka tidak mengenali Yesus tentu bukan karena wajah Yesus berubah setelah kebangkitannya, tetapi karena hati dan pikiran mereka terpusat pada harapan dan keinginan mereka yang telah ikut mati setelah kematian Yesus. Mereka akhirnya baru mengenali Yesus saat mereka makan bersama dan terutama saat Yesus mengambil roti, mengucap berkat, lalu memecah-mecahkannya dan memberikannya kepada mereka. Peristiwa itu sama seperti peristiwa perjamuan malam terakhir yang diperbuat oleh Yesus. Peristiwa itu membuka hari dan pikiran mereka sehingga mereka mengerti bahwa Yesus mati adalah untuk membagi-bagikan diri-Nya sebagai tebusan atas dosa manusia, agar manusia selamat.
Kita sebagai manusia ciptaan, diciptakan mempunya kehendak dan keinginan. Kehendak dan keinginan itu adalah baik, justru itu yang membedakan kita dengan makhluk ciptaan lain. Kehendak dan keinginan kita seringkali berperan dalam kehidupan beriman. Bahkan seringkali kita lebih mengutamakan kehendak dan keinginan kita sendiri dalam hidup beriman. Terlalu mengutamakan kehendak dan keinginan, itulah yang menjadi persoalan.
Sebab bila kehendak dan keinginan sudah lebih kita utamakan, itu berarti kita tidak percaya sungguh kepada Tuhan bahwa Tuhan yang mengasihi kita akan memberikan yang perlu dan terbaik kepada kita untuk hidup kita. Itu juga berarti kita bukan mengikuti Yesus tetapi memaksa Yesus untuk mengikuti kehendak dan keinginan kita. Bila ini yang terjadi, kita pasti sulit menangkap kehadiran Yesus dalam hidup kita, walaupun sebenarnya Dia selalu hadir dan memberikan berkat-Nya kepada kita. Oleh karena itu, baiklah kiranya kita tidak terlalu mengutamakan kehendak dan keinginan kita dalam beriman kepada Yesus, tetapi mencoba memehami kehendak dan keinginan Yesus atas hidup kita sehingga kita dapat menangkap dan mengenali kehadiran-Nya dalam hidup kita.
Dalam Injil hari ini sungguh menarik digambarkan bahwa hati kedua murid itu berkobar-kobar ketika Yesus menerangkan Kitab Suci. Tetapi mereka baru sungguh menyadari dan mengenali Yesus, baru setelah makan bersama dan waktu Yesus mengambil roti, mengucap berkat, lalu memecah-mecahkannya dan memberikannya kepada mereka. Makan bersama itu mengingatkan mereka akan perjamuan malam terakhir yang dibuat oleh Yesus. Perjamuan malam terakhir adalah awal dari perayaan Ekaristi yang kita rayakan hingga sekarang ini. Peristiwa ini mengingatkan kita bahwa kita akan mengenali dan bertemu dengan Yesus yang bangkit lewat Sabda-Nya yang kita baca lewat Kitab Suci atau yang dibacakan kepada kita sewaktu dalam perayaan Sabda atau Perayaan Ekaristi. Kristus yang bangkit hadir dalam Sabda dan ekaristi kudus. Namun kiranya kita sungguh akan mengenali dan bertemu dengan Yesus secara sempurna dalam perayaan Ekaristi, karena komuni kudus yang kita terima adalah tubuh dan darah Yesus sendiri. Maka baiklah kiranya kita rajin membaca kita suci agar kita merasakan pertemuan dengan Yesus. Terutama hendaknya kita rajin dan rindu merayakan perayaan Ekaristi agar pertemuan kita dengan Yesus semakin sempurna lewat menerima komuni kudus. Semoga membaca Kitab Suci atau mendengarkan Sabda Tuhan yang dibacakan dalam ibadah serta ekaristi hendaknya menjadi santapan harian kita. Amin.
BACAAN INJIL:
Pada hari itu juga dua orang dari murid-murid Yesus pergi ke sebuah kampung bernama Emaus, yang terletak kira-kira tujuh mil jauhnya dari Yerusalem, dan mereka bercakap-cakap tentang segala sesuatu yang telah terjadi. Ketika mereka sedang bercakap-cakap dan bertukar pikiran, datanglah Yesus sendiri mendekati mereka, lalu berjalan bersama-sama dengan mereka. Tetapi ada sesuatu yang menghalangi mata mereka, sehingga mereka tidak dapat mengenal Dia. Yesus berkata kepada mereka: "Apakah yang kamu percakapkan sementara kamu berjalan?" Maka berhentilah mereka dengan muka muram. Seorang dari mereka, namanya Kleopas, menjawab-Nya: "Adakah Engkau satu-satunya orang asing di Yerusalem, yang tidak tahu apa yang terjadi di situ pada hari-hari belakangan ini?" Kata-Nya kepada mereka: "Apakah itu?" Jawab mereka: "Apa yang terjadi dengan Yesus orang Nazaret. Dia adalah seorang nabi, yang berkuasa dalam pekerjaan dan perkataan di hadapan Allah dan di depan seluruh bangsa kami. Tetapi imam-imam kepala dan pemimpin-pemimpin kami telah menyerahkan Dia untuk dihukum mati dan mereka telah menyalibkan-Nya. Padahal kami dahulu mengharapkan, bahwa Dialah yang datang untuk membebaskan bangsa Israel. Tetapi sementara itu telah lewat tiga hari, sejak semuanya itu terjadi. Tetapi beberapa perempuan dari kalangan kami telah mengejutkan kami: Pagi-pagi buta mereka telah pergi ke kubur, dan tidak menemukan mayat-Nya. Lalu mereka datang dengan berita, bahwa telah kelihatan kepada mereka malaikat-malaikat, yang mengatakan, bahwa Ia hidup. Dan beberapa teman kami telah pergi ke kubur itu dan mendapati, bahwa memang benar yang dikatakan perempuan-perempuan itu, tetapi Dia tidak mereka lihat." Lalu Ia berkata kepada mereka: "Hai kamu orang bodoh, betapa lambannya hatimu, sehingga kamu tidak percaya segala sesuatu, yang telah dikatakan para nabi! Bukankah Mesias harus menderita semuanya itu untuk masuk ke dalam kemuliaan-Nya?" Lalu Ia menjelaskan kepada mereka apa yang tertulis tentang Dia dalam seluruh Kitab Suci, mulai dari kitab-kitab Musa dan segala kitab nabi-nabi. Mereka mendekati kampung yang mereka tuju, lalu Ia berbuat seolah-olah hendak meneruskan perjalanan-Nya. Tetapi mereka sangat mendesak-Nya, katanya: "Tinggallah bersama-sama dengan kami, sebab hari telah menjelang malam dan matahari hampir terbenam." Lalu masuklah Ia untuk tinggal bersama-sama dengan mereka. Waktu Ia duduk makan dengan mereka, Ia mengambil roti, mengucap berkat, lalu memecah-mecahkannya dan memberikannya kepada mereka. Ketika itu terbukalah mata mereka dan merekapun mengenal Dia, tetapi Ia lenyap dari tengah-tengah mereka. Kata mereka seorang kepada yang lain: "Bukankah hati kita berkobar-kobar, ketika Ia berbicara dengan kita di tengah jalan dan ketika Ia menerangkan Kitab Suci kepada kita?" Lalu bangunlah mereka dan terus kembali ke Yerusalem. Di situ mereka mendapati kesebelas murid itu. Mereka sedang berkumpul bersama-sama dengan teman-teman mereka. Kata mereka itu: "Sesungguhnya Tuhan telah bangkit dan telah menampakkan diri kepada Simon." Lalu kedua orang itupun menceriterakan apa yang terjadi di tengah jalan dan bagaimana mereka mengenal Dia pada waktu Ia memecah-mecahkan roti.
Demikianlah Injil Tuhan bagi kita hari ini.
RENUNGAN:
Saat harapan dan keinginan kita tidak terwujud, pasti kita akan merasa kecewa. Semakin besar harapan dan keinginan yang tidak terwujud, semakin besar pula kekecewaan yang kita alami. Itulah yang dialami oleh dua orang murid Yesus yang sedang berjalan menuju Emaus para murid atas kematian Yesus. Mereka mengalami duka yang mendalam karena dengan matinya Yesus, harapan dan keinginan mereka merasa tidak terkabul. Harapan dan keinginan mereka adalah Yesus menyelamatkan dan membebaskan bangsa Israel dari penjajahan Rom. Mereka sangat berharap kepada Yesus karena bagi mereka Yesus adalah seorang nabi, yang berkuasa dalam pekerjaan dan perkataan di hadapan Allah dan di depan seluruh bangsa kami. Sehingga jelaslah bahwa mereka terpusat pada kehendak dan kepentingan mereka. Tampak jelas bahwa mereka berduka mendalam bukan terutama karena kematian Yesus, tetapi karena keinginan hati mereka tidak terpenuhi. Dalam duka itu juga diliputi rasa kecewa atas diri Yesus karena justru mati dan tidak memenuhi harapan dan keinginan mereka. Karena itulah mereka tidak bisa menyadari dan menangkap kehadiran Yesus yang menemui mereka dan berbincang-bincang dengan mereka dalam perjalanan, bahkan ketika Yesus menerangkan Kitab Suci. Mereka tidak mengenali Yesus tentu bukan karena wajah Yesus berubah setelah kebangkitannya, tetapi karena hati dan pikiran mereka terpusat pada harapan dan keinginan mereka yang telah ikut mati setelah kematian Yesus. Mereka akhirnya baru mengenali Yesus saat mereka makan bersama dan terutama saat Yesus mengambil roti, mengucap berkat, lalu memecah-mecahkannya dan memberikannya kepada mereka. Peristiwa itu sama seperti peristiwa perjamuan malam terakhir yang diperbuat oleh Yesus. Peristiwa itu membuka hari dan pikiran mereka sehingga mereka mengerti bahwa Yesus mati adalah untuk membagi-bagikan diri-Nya sebagai tebusan atas dosa manusia, agar manusia selamat.
Kita sebagai manusia ciptaan, diciptakan mempunya kehendak dan keinginan. Kehendak dan keinginan itu adalah baik, justru itu yang membedakan kita dengan makhluk ciptaan lain. Kehendak dan keinginan kita seringkali berperan dalam kehidupan beriman. Bahkan seringkali kita lebih mengutamakan kehendak dan keinginan kita sendiri dalam hidup beriman. Terlalu mengutamakan kehendak dan keinginan, itulah yang menjadi persoalan.
Sebab bila kehendak dan keinginan sudah lebih kita utamakan, itu berarti kita tidak percaya sungguh kepada Tuhan bahwa Tuhan yang mengasihi kita akan memberikan yang perlu dan terbaik kepada kita untuk hidup kita. Itu juga berarti kita bukan mengikuti Yesus tetapi memaksa Yesus untuk mengikuti kehendak dan keinginan kita. Bila ini yang terjadi, kita pasti sulit menangkap kehadiran Yesus dalam hidup kita, walaupun sebenarnya Dia selalu hadir dan memberikan berkat-Nya kepada kita. Oleh karena itu, baiklah kiranya kita tidak terlalu mengutamakan kehendak dan keinginan kita dalam beriman kepada Yesus, tetapi mencoba memehami kehendak dan keinginan Yesus atas hidup kita sehingga kita dapat menangkap dan mengenali kehadiran-Nya dalam hidup kita.
Dalam Injil hari ini sungguh menarik digambarkan bahwa hati kedua murid itu berkobar-kobar ketika Yesus menerangkan Kitab Suci. Tetapi mereka baru sungguh menyadari dan mengenali Yesus, baru setelah makan bersama dan waktu Yesus mengambil roti, mengucap berkat, lalu memecah-mecahkannya dan memberikannya kepada mereka. Makan bersama itu mengingatkan mereka akan perjamuan malam terakhir yang dibuat oleh Yesus. Perjamuan malam terakhir adalah awal dari perayaan Ekaristi yang kita rayakan hingga sekarang ini. Peristiwa ini mengingatkan kita bahwa kita akan mengenali dan bertemu dengan Yesus yang bangkit lewat Sabda-Nya yang kita baca lewat Kitab Suci atau yang dibacakan kepada kita sewaktu dalam perayaan Sabda atau Perayaan Ekaristi. Kristus yang bangkit hadir dalam Sabda dan ekaristi kudus. Namun kiranya kita sungguh akan mengenali dan bertemu dengan Yesus secara sempurna dalam perayaan Ekaristi, karena komuni kudus yang kita terima adalah tubuh dan darah Yesus sendiri. Maka baiklah kiranya kita rajin membaca kita suci agar kita merasakan pertemuan dengan Yesus. Terutama hendaknya kita rajin dan rindu merayakan perayaan Ekaristi agar pertemuan kita dengan Yesus semakin sempurna lewat menerima komuni kudus. Semoga membaca Kitab Suci atau mendengarkan Sabda Tuhan yang dibacakan dalam ibadah serta ekaristi hendaknya menjadi santapan harian kita. Amin.
0 comments:
Post a Comment
Syalom. Terimakasih atas kunjungan dan komentarnya.Semoga Tuhan memberkati para Saudara.