Sidang Agung Gereja Katolik Indonesia (SAGKI)2010: Sebuah Hajatan Iman
Pada tanggal 1-5 November 2010, para wakil umat katolik dari ke-37 Keuskupan dan Keuskupan Agung di Indonesia akan menyelenggarakan temu iman di Wisma Kinasih-Caringin-Bogor, Jawa Barat. Peristiwa ini merupakan ritual lima tahunan yang lasim disebut SAGKI (Sidang Agung Gereja Katolik Indonesia). Sekadar untuk mengingat bahwa SAGKI sebelumnya diselenggarakan pada tahun 2000. Pada kesempatan itu, umat Katolik Indonesia merumuskan jati diri dan perutusannya sebagai gereja komunitas basis. Lima tahun berselang, melalui SAGKI tahun 2005, mereka menegaskan kembali panggilan dan perutusannya sebagai sebuah gerakan menuju keadaban publik baru. Untuk tahun 2010, Para Uskup Indonesia memilih tema 'Dia Datang Supaya Semua Memperoleh Hidup Dalam Kelimpahan '(bdk. Yoh 10:10). Melalui tema ini, umat Katolik diajak untuk menyadari panggilannya sebagai 'Gereja yang diutus untuk mewartakan kabar gembira Yesus Kristus, sekaligus merayakan iman akan Yesus Kristus yang mereka alami setiap hari dalam hidup bermasyarakat di Indonesia.
Pribadi Yesus Kristus ( hidup dan karya-Nya) akan menjadi sentra perayaan SAGKI 2010. Dalam konteks ini, perayaan SAGKI 2010 juga dapat dipandang sebagai tindak lanjut dari Kongres Misi Asia I yang diselenggarakan di Chiangmai- Thailand pada tahun 2006 silam. Pada kesempatan itu, utusan umat katolik dari negara-negara Asia berkumpul dan merayakan imannya secara bersama dalam sebuah komunitas bangsa-bangsa Asia melalui sharing dan perayaan, melalui pertunjukan seni dan pentas budaya. Walaupun demikian, kita tetap menyadari bahwa, SAGKI 2010 bukanlah duplikat (penggandaan) Kongres Misi I di Chiangmai-Thailand. Kongres misi di Tahiland tetap kita anggap sebagai Ilham, yang memberikan inspirasi bagi umat Katolik Indonesia untuk merayakan pengalaman imannya dan mengemban perutusannya sebagai Gereja Katolik di Indonesia.
Apa yang khas dari SAGKI 2010
Bebeda dengan SAGKI terdahulu yang diisi dengan diskusi-diskusi ilmiah dan analisis-analis intelektual, SAGKI tahun 2010 lebih merupakan sebuah perayaan dan kesempatan untuk berbagi (sharing). Para peserta SAGKI akan merayakan dan mensharingkan pengalaman imannya tentang pribadi Yesus Kristus dalam konteks Indonesia. Lewat perayaan iman ini kita akan melihat sejauhmana Kristus sudah diterima dan memengaruhi hidup orang Katolik Indonesia. Kekayaan yang diperoleh dari hajatan ini diharapkan dapat menggerakkan semangat ber-evangelisasi umat katolik Indonesia ( revitalisasi semangat bermisi). Suasana kekeluargaan dan penuh keakraban akan menjadi warna yang mendominasi proses menutur dan mendengarkan kisah-kisah pribadi yang orisinal dari setiap peserta. Dengan demikian gambaran tentang Wajah Yesus bukan didasarkan pada hasil riset para ahli atau ulasan para cendekiawan tetapi dari pengalaman dan kesaksian iman setiap orang Katolik.
Narasi (menuturkan dan mendengarkan kisah) akan dipergunakan sebagai metode dalam pengungkapan iman. Setiap peserta yang mewakili umat katolik keuskupan akan mendapat kesempatan untuk menuturkan kisah (sharing iman) selama hari-hari SAGKI dalam kelompok-kelompok (narasi kelompok). Sementara yang lain akan diberi kesempatan untuk bercerita di depan publik (narasi publik). Narasi-narasi itulah yang akan dirangkum, direfleksi dan didalami dalam terang Kitab Suci dan Ajaran Gereja yang pada akhirnya memberikan petunjuk (indikator) kepada kita untuk mengetahui sejauhmana kita mengalami Kristus dalam pergulatan hidup setiap hari. Keberhasilan narasi amat tergantung dari peran serta aktif para peserta sendiri . Olehkarena itu diharapkan agar para utusan akan datang dengan bekal yang memadai untuk bercerita baik isi cerita ( apa yang hendak dituturkan) maupun kemasan ceritanya (bagaimana menuturkan kisah itu). Tentu Panitia SAGKI 2010 akan mempersiapkan dan menentukan kriteria bercerita kepada semua peserta yang akan mengikuti perayaan SAGKI. Panduan itu akan menjadi pedoman bagi para peserta untuk menyampaikan kesaksian hidup mereka secara kreatif dan leluasa degan menimba inpirasi dari I Yoh 1:3 'Apa yang telah kami lihat dan yang telah kami dengar itu, kami ceritakan kepada kamu juga, supaya kamu pun beroleh persekutuan dengan kami..dan supaya sukacita kami (kita) menjadi sempurna.'
Mengapa Menuturkan dan Mendengarkan Kisah (Narasi)
Pada saat seseorang menutur kisah, ia sebenarya 'membongkar' struktur dirinya kepada orang lain yang mendengarkannya. Lewat tuturan kisah, seseorang mengungkapkan siapa dia, dimana dia berada, dengan siapa dia berelasi. Manusia sendiri teridiri dari struktur-stuktur kisah . Kisahnya tidak dapat berdiri sendiri. Ia selalu memiliki kaitannya dengan ligkungan di sekelilingnya yang dilihat, disentuh, dirasakan dan dihayati). Dengan menuturkan kisah, akan nampak bagaimana ia mengalami sesuatu termasuk pengalamannya dengan Pribadi Yesus yang mungkin sulit dipahami bila didefinisikan secara ilmiah. Yesus sendiri dalam karya pewartaan-Nya baik di hadapan khlayak ramai maupun secara perorangan, selalu menggunakan kisah dan narasi. Tatkala Ia menjelaskan 'siapakah sesama', Yesus tidak memberikan definisi. Yesus malah memulainya dengan menuturkan kisah yang akhirnya kita kenal dengan sebut Orang Samaria yang Baik Hati (bdk. Luk.10: 25-37). Paus Yohanes Paulus II dalam dokumen Ecclesia in Asia yang dipromulgasikan pada tahun 1999 menandaskan bahwa narasi-menuturkan kisah merupakan pedagogi yang paling cocok untuk bangsa-bangsa (EA no 20). Gereja Katolik Indonesia sebagai bagian dari Gereja di Asia dalam pertemuan lima tahunannya menganggap bahwa SAGKI tahun 2010 merupakan suatu moment yang tepat untuk menjadikan metode narasi sebagai sarana berbagi pengalaman iman .
Pribadi Yesus Kristus adalah Isi Narasi
Yang akan dikisahkan oleh para peserta SAGKI adalah pengalaman imannya tentang Pribadi Yesus dalam konteks kehidupan bermasyarakat di Indonesia. Konteks masyarakat Indonesia memang sangat variatif dan kompleks. Namun di antara kompleksitasitu, para Uskup menjatuhkan pilihan pada tiga realitas yang dianggap sungguh dominan dan membutuhkan perhatian istimewa dari umat Katolik Indonesia. Ketiga realitas itu adalah kehidupan sosio-budaya, kehidupan sosio religius dan kehidupan sosio ekonomi
Ketiga kenyataan sosial tersebut akan direfleksikan dan disharingkan dalam tiga hari berturut-turut dibawa tiga tema yakni Mengenali Wajah Yesus dalam dialog dengan budaya lain (hari pertama sesi narasi); Mengenali Wajah Yesus dalam dialog dengan Agama dan Kepercayaan lain (hari kedua sesi narasi) dan Mengenali Wajah Yesus dalam Pergumulan Hidup Kaum Marjinal dan Terabaikan (hari ketiga sesi narasi ).
Pengenalan akan wajah Yesus itu juga akan nampak dalam seluruh rangkaian acara SAGKI2010, yakni dalam ekaristi yang bernuansa inkulturatif, dalam pentas budaya yang diadakan pada setiap akhir acara harian, melalui pendalaman dan pengendapan narasi dan tentunya dalam suasana spontanitas dan kekeluargaan yang tercipta selama SAGKI 2010.
Keterlibatan Semua Umat Katolik.
Betapapun yang akan hadir dalam acara SAGKI di Bogor adalah para utusan dari Keuskupan, Perayaan ini merupakan peristiwa iman semua umat Katolik Indonesia. Setiap Keuskupan akan mengirim enam hingga sepuluh orang sebagai utusan Keuskupan pada acara SAGKI. Diharapkan para utusan keuskupan adalah mereka yang akan sungguh-sungguh mewakili semua elemen umat Katolik yang berada dalam Keuskupan seperti komposisi awam dan rohaniwan, laki-laki dan perempuan dan juga mewakili lembaga atau organisasi gerejawi. Dengan demikian, para utusan sungguh-sungguh merepresentasi kekayaan dan keragaman yang ada dalam keuskupannya. Umat katolik yang tidak hadir dalam perayaan SAGKI di Bogor tetap diminta partisipasinya lewat doa, perayaan ekaristi dan juga dukungan moral serta sumbangan dana untuk kelancaran kegiatan SAGKI 2010. Kiranya perayaan iman ini membangkitkan semangat perutusan dalam diri kita sebagai gereja yang hidup, dinamis dan selaras jaman.
Rm. Agus Alfons Duka, SVDKetua Panitia SAGKI 2010
(HIDUP NO.32 8 Agustus 2010)
Pribadi Yesus Kristus ( hidup dan karya-Nya) akan menjadi sentra perayaan SAGKI 2010. Dalam konteks ini, perayaan SAGKI 2010 juga dapat dipandang sebagai tindak lanjut dari Kongres Misi Asia I yang diselenggarakan di Chiangmai- Thailand pada tahun 2006 silam. Pada kesempatan itu, utusan umat katolik dari negara-negara Asia berkumpul dan merayakan imannya secara bersama dalam sebuah komunitas bangsa-bangsa Asia melalui sharing dan perayaan, melalui pertunjukan seni dan pentas budaya. Walaupun demikian, kita tetap menyadari bahwa, SAGKI 2010 bukanlah duplikat (penggandaan) Kongres Misi I di Chiangmai-Thailand. Kongres misi di Tahiland tetap kita anggap sebagai Ilham, yang memberikan inspirasi bagi umat Katolik Indonesia untuk merayakan pengalaman imannya dan mengemban perutusannya sebagai Gereja Katolik di Indonesia.
Apa yang khas dari SAGKI 2010
Bebeda dengan SAGKI terdahulu yang diisi dengan diskusi-diskusi ilmiah dan analisis-analis intelektual, SAGKI tahun 2010 lebih merupakan sebuah perayaan dan kesempatan untuk berbagi (sharing). Para peserta SAGKI akan merayakan dan mensharingkan pengalaman imannya tentang pribadi Yesus Kristus dalam konteks Indonesia. Lewat perayaan iman ini kita akan melihat sejauhmana Kristus sudah diterima dan memengaruhi hidup orang Katolik Indonesia. Kekayaan yang diperoleh dari hajatan ini diharapkan dapat menggerakkan semangat ber-evangelisasi umat katolik Indonesia ( revitalisasi semangat bermisi). Suasana kekeluargaan dan penuh keakraban akan menjadi warna yang mendominasi proses menutur dan mendengarkan kisah-kisah pribadi yang orisinal dari setiap peserta. Dengan demikian gambaran tentang Wajah Yesus bukan didasarkan pada hasil riset para ahli atau ulasan para cendekiawan tetapi dari pengalaman dan kesaksian iman setiap orang Katolik.
Narasi (menuturkan dan mendengarkan kisah) akan dipergunakan sebagai metode dalam pengungkapan iman. Setiap peserta yang mewakili umat katolik keuskupan akan mendapat kesempatan untuk menuturkan kisah (sharing iman) selama hari-hari SAGKI dalam kelompok-kelompok (narasi kelompok). Sementara yang lain akan diberi kesempatan untuk bercerita di depan publik (narasi publik). Narasi-narasi itulah yang akan dirangkum, direfleksi dan didalami dalam terang Kitab Suci dan Ajaran Gereja yang pada akhirnya memberikan petunjuk (indikator) kepada kita untuk mengetahui sejauhmana kita mengalami Kristus dalam pergulatan hidup setiap hari. Keberhasilan narasi amat tergantung dari peran serta aktif para peserta sendiri . Olehkarena itu diharapkan agar para utusan akan datang dengan bekal yang memadai untuk bercerita baik isi cerita ( apa yang hendak dituturkan) maupun kemasan ceritanya (bagaimana menuturkan kisah itu). Tentu Panitia SAGKI 2010 akan mempersiapkan dan menentukan kriteria bercerita kepada semua peserta yang akan mengikuti perayaan SAGKI. Panduan itu akan menjadi pedoman bagi para peserta untuk menyampaikan kesaksian hidup mereka secara kreatif dan leluasa degan menimba inpirasi dari I Yoh 1:3 'Apa yang telah kami lihat dan yang telah kami dengar itu, kami ceritakan kepada kamu juga, supaya kamu pun beroleh persekutuan dengan kami..dan supaya sukacita kami (kita) menjadi sempurna.'
Mengapa Menuturkan dan Mendengarkan Kisah (Narasi)
Pada saat seseorang menutur kisah, ia sebenarya 'membongkar' struktur dirinya kepada orang lain yang mendengarkannya. Lewat tuturan kisah, seseorang mengungkapkan siapa dia, dimana dia berada, dengan siapa dia berelasi. Manusia sendiri teridiri dari struktur-stuktur kisah . Kisahnya tidak dapat berdiri sendiri. Ia selalu memiliki kaitannya dengan ligkungan di sekelilingnya yang dilihat, disentuh, dirasakan dan dihayati). Dengan menuturkan kisah, akan nampak bagaimana ia mengalami sesuatu termasuk pengalamannya dengan Pribadi Yesus yang mungkin sulit dipahami bila didefinisikan secara ilmiah. Yesus sendiri dalam karya pewartaan-Nya baik di hadapan khlayak ramai maupun secara perorangan, selalu menggunakan kisah dan narasi. Tatkala Ia menjelaskan 'siapakah sesama', Yesus tidak memberikan definisi. Yesus malah memulainya dengan menuturkan kisah yang akhirnya kita kenal dengan sebut Orang Samaria yang Baik Hati (bdk. Luk.10: 25-37). Paus Yohanes Paulus II dalam dokumen Ecclesia in Asia yang dipromulgasikan pada tahun 1999 menandaskan bahwa narasi-menuturkan kisah merupakan pedagogi yang paling cocok untuk bangsa-bangsa (EA no 20). Gereja Katolik Indonesia sebagai bagian dari Gereja di Asia dalam pertemuan lima tahunannya menganggap bahwa SAGKI tahun 2010 merupakan suatu moment yang tepat untuk menjadikan metode narasi sebagai sarana berbagi pengalaman iman .
Pribadi Yesus Kristus adalah Isi Narasi
Yang akan dikisahkan oleh para peserta SAGKI adalah pengalaman imannya tentang Pribadi Yesus dalam konteks kehidupan bermasyarakat di Indonesia. Konteks masyarakat Indonesia memang sangat variatif dan kompleks. Namun di antara kompleksitasitu, para Uskup menjatuhkan pilihan pada tiga realitas yang dianggap sungguh dominan dan membutuhkan perhatian istimewa dari umat Katolik Indonesia. Ketiga realitas itu adalah kehidupan sosio-budaya, kehidupan sosio religius dan kehidupan sosio ekonomi
Ketiga kenyataan sosial tersebut akan direfleksikan dan disharingkan dalam tiga hari berturut-turut dibawa tiga tema yakni Mengenali Wajah Yesus dalam dialog dengan budaya lain (hari pertama sesi narasi); Mengenali Wajah Yesus dalam dialog dengan Agama dan Kepercayaan lain (hari kedua sesi narasi) dan Mengenali Wajah Yesus dalam Pergumulan Hidup Kaum Marjinal dan Terabaikan (hari ketiga sesi narasi ).
Pengenalan akan wajah Yesus itu juga akan nampak dalam seluruh rangkaian acara SAGKI2010, yakni dalam ekaristi yang bernuansa inkulturatif, dalam pentas budaya yang diadakan pada setiap akhir acara harian, melalui pendalaman dan pengendapan narasi dan tentunya dalam suasana spontanitas dan kekeluargaan yang tercipta selama SAGKI 2010.
Keterlibatan Semua Umat Katolik.
Betapapun yang akan hadir dalam acara SAGKI di Bogor adalah para utusan dari Keuskupan, Perayaan ini merupakan peristiwa iman semua umat Katolik Indonesia. Setiap Keuskupan akan mengirim enam hingga sepuluh orang sebagai utusan Keuskupan pada acara SAGKI. Diharapkan para utusan keuskupan adalah mereka yang akan sungguh-sungguh mewakili semua elemen umat Katolik yang berada dalam Keuskupan seperti komposisi awam dan rohaniwan, laki-laki dan perempuan dan juga mewakili lembaga atau organisasi gerejawi. Dengan demikian, para utusan sungguh-sungguh merepresentasi kekayaan dan keragaman yang ada dalam keuskupannya. Umat katolik yang tidak hadir dalam perayaan SAGKI di Bogor tetap diminta partisipasinya lewat doa, perayaan ekaristi dan juga dukungan moral serta sumbangan dana untuk kelancaran kegiatan SAGKI 2010. Kiranya perayaan iman ini membangkitkan semangat perutusan dalam diri kita sebagai gereja yang hidup, dinamis dan selaras jaman.
Rm. Agus Alfons Duka, SVDKetua Panitia SAGKI 2010
(HIDUP NO.32 8 Agustus 2010)
0 comments:
Post a Comment
Syalom. Terimakasih atas kunjungan dan komentarnya.Semoga Tuhan memberkati para Saudara.