Peringatan Arwah Semua Orang Kudus
2Mak 12:43-46, Mzm 130:1-2,3-4, 5-6a,6-7,8, 1Kor 15:12-34,
Yoh 6:37-40
“Ke manakah hidup sesusah mati?” Bolehkah ‘memanggil’ arwah orang yang meninggal untuk keperluan hidup sekarang?”2Mak 12:43-46, Mzm 130:1-2,3-4, 5-6a,6-7,8, 1Kor 15:12-34,
Yoh 6:37-40
Semua yang diberikan Bapa kepada-Ku akan datang kepada-Ku, dan barangsiapa datang kepada-Ku, ia tidak akan Kubuang. Sebab Aku telah turun dari sorga bukan untuk melakukan kehendak-Ku, tetapi untuk melakukan kehendak Dia yang telah mengutus Aku. Dan Inilah kehendak Dia yang telah mengutus Aku, yaitu supaya dari semua yang telah diberikan-Nya kepada-Ku jangan ada yang hilang, tetapi supaya Kubangkitkan pada akhir zaman. Sebab inilah kehendak Bapa-Ku, yaitu supaya setiap orang, yang melihat Anak dan yang percaya kepada-Nya beroleh hidup yang kekal, dan supaya Aku membangkitkannya pada akhir zaman."
Demikialah warta gembira buat kita hari ini.
PERMENUNGAN
Ada orang bilang bahwa ketika seseorang dilahirkan ke dunia ini, dia juga harus siap untuk mati. Sepintas mungkin kalimat ini terasa ‘kejam’, tapi memang itulah kenyataan hidup manusia. Semua yang pernah dilahirkan, hidup dan pasti harus mengalami kematian. Namun kematian itu bukan menjadi akhir dan tujuan hidup manusia. Iman kita mengajarkan bahwa akhir dari kehidupan manusia di dunia ini adalah menuju atau terarah ke kehidupan kekal, hidup bersama Tuhan dalam kebahagiaan di Surga. Tuhan sendiri mendambakan hal itu sebagaimana yang kita dengarkan dalam Injil tadi. Yesus menjadikan kita milikNya, Dia tidak menghendaki satupun dari miliknya hilang, tetapi supaya dibangkitkan pada akhir zaman. Tuhan merindukan hal itu, tetapi yang terjadi, di dalam hidup kita manusia tidak menanggapi kerinduan Tuhan itu dengan mengikuti atau mendengarkan Dia. Tentu kitapun merindukan orang-orang yang kita sayangi, anggota keluarga atau kerabat yang sudah meninggal agar mereka menikmati kehidupan yang kekal. Namun jelas bahwa untuk sampai ke kehidupan kekal itu, tidak secara otomatis ketika orang mati, tergantung bagaimana perilakuknya ketika masih hidup. Untuk masuk ke kehidupan kekal, melihat Tuhan di sana, seseorang harus memenuhi syarat dan syarat itu harus dilaksanakan sewaktu hidup di dunia. Syarat yang dituntut adalah percaya kepada Yesus yang adalah Tuhan, kepercayaan itu hendaknya diwujudkan pula dengan kesetiaan mendengar dan melaksanakan firman dan teladan hidup Yesus. Bila syarat ini sungguh dipenuhi semasa hidup seseorang di dunia, kita berharap dan percaya bahwa Tuhan memperkenankan mereka untuk menikmati kehidupan kekal. Kalau sekiranya ternyata selama hidup, seseorang kurang memenuhi tuntutan Tuhan, tentu setelah mereka mati, mereka tidak punya kesempatan lagi untuk melaksantakan tuntutan itu. Namun kita perlu tahu, sepenuhnya tergantung pada Tuhan sendiri. Akan tetapi mengingat belaskasihan dan kerinduan Tuhan sendiri agar semua yang menjadi milikNya, selamat dan karena kita merindukan hal itu kepada orang-orang yang telah meninggal, maka kita mendoakan mereka. Kita memohonkan belaskasihan, pengampunan dosa bagi orang yang sudah meninggal dan memohon kepada Tuhan supaya mereka diperkenankan menikmati kebahagiaan kekal.
Jelaslah bagi kita sebagai orang beriman, bahwa tujuan hidup kita adalah persatuan dengan Tuhan. Tujuan hidup itu kita peroleh secara sempurna sesudah kita meninggalkan hidup dunia ini. Kalau hal ini kita sungguh imani, tentu kitapun merindukan dan memohonkan kehidupan kekal bagi orang-orang, saudara-saudari, ataupu leluhur kita yang sudah meninggal. Dengan demikian, sungguh tidak kristiani bila seseorang masih menghalang-halangi seseorang yang sudah meninggal untuk masuk ke dalam kerajaan Suraga, dengan ‘memanggil-manggil’ mereka untuk urusan hidup dunia ini atau untuk urusan apapun. Justru seharusnya kita berdoa agar mereka ‘segera’ menikmati kebahagiaan kekal.
Peringatan hari ini juga, menjadi suatu ajakan dan permenungan bagi kita bahwa kitapun pasti akan mengalami kematian. Kematian adalah peristiwa hidup yang tidak ada seorangpun bisa menolahnya. Namun bagi kita yang percaya kepada Yesus Kristus, kematian bukan menjadi akhir dan tujuan hidup kita, tetapi kematian adalah jalan yang harus dilalui untuk menuju kehidupan kekal, melihat Yesus dalam kemuliaanNya. Kapan kematian itu tiba, tidak ada yang tahu. Agar kita kelak sampai dan masuk ke kehidupan kekal itu, kita harus memenuhi tuntutan yang dituntut oleh Tuhan selama kita hidup. Selama kita hidup adalah masa untuk mempersiapkan diri sehingga kalau memang sungguh merindukan kehidupan kekal kelak, maka pada hidup yang sekarang bolehlah kita hidup seperti prinsip, ‘hiduplah hari ini, seolah-olah inilah akhir hidup kita’. Tentu artinya, hidup yang senantiasa mempersiapkan diri dengan percaya, mengikuti Yesus sendiri. Sehingga ketika waktunya tiba, kita diperkenankan menikmati kehidupan kekal.
REFLEKSI HARIAN:
1. Siapa saja yang akan kita doakan hari ini?
2. Hiduplah hari ini, seolah-olah hari ini adalah akhir hidupmu.
Demikialah warta gembira buat kita hari ini.
PERMENUNGAN
Ada orang bilang bahwa ketika seseorang dilahirkan ke dunia ini, dia juga harus siap untuk mati. Sepintas mungkin kalimat ini terasa ‘kejam’, tapi memang itulah kenyataan hidup manusia. Semua yang pernah dilahirkan, hidup dan pasti harus mengalami kematian. Namun kematian itu bukan menjadi akhir dan tujuan hidup manusia. Iman kita mengajarkan bahwa akhir dari kehidupan manusia di dunia ini adalah menuju atau terarah ke kehidupan kekal, hidup bersama Tuhan dalam kebahagiaan di Surga. Tuhan sendiri mendambakan hal itu sebagaimana yang kita dengarkan dalam Injil tadi. Yesus menjadikan kita milikNya, Dia tidak menghendaki satupun dari miliknya hilang, tetapi supaya dibangkitkan pada akhir zaman. Tuhan merindukan hal itu, tetapi yang terjadi, di dalam hidup kita manusia tidak menanggapi kerinduan Tuhan itu dengan mengikuti atau mendengarkan Dia. Tentu kitapun merindukan orang-orang yang kita sayangi, anggota keluarga atau kerabat yang sudah meninggal agar mereka menikmati kehidupan yang kekal. Namun jelas bahwa untuk sampai ke kehidupan kekal itu, tidak secara otomatis ketika orang mati, tergantung bagaimana perilakuknya ketika masih hidup. Untuk masuk ke kehidupan kekal, melihat Tuhan di sana, seseorang harus memenuhi syarat dan syarat itu harus dilaksanakan sewaktu hidup di dunia. Syarat yang dituntut adalah percaya kepada Yesus yang adalah Tuhan, kepercayaan itu hendaknya diwujudkan pula dengan kesetiaan mendengar dan melaksanakan firman dan teladan hidup Yesus. Bila syarat ini sungguh dipenuhi semasa hidup seseorang di dunia, kita berharap dan percaya bahwa Tuhan memperkenankan mereka untuk menikmati kehidupan kekal. Kalau sekiranya ternyata selama hidup, seseorang kurang memenuhi tuntutan Tuhan, tentu setelah mereka mati, mereka tidak punya kesempatan lagi untuk melaksantakan tuntutan itu. Namun kita perlu tahu, sepenuhnya tergantung pada Tuhan sendiri. Akan tetapi mengingat belaskasihan dan kerinduan Tuhan sendiri agar semua yang menjadi milikNya, selamat dan karena kita merindukan hal itu kepada orang-orang yang telah meninggal, maka kita mendoakan mereka. Kita memohonkan belaskasihan, pengampunan dosa bagi orang yang sudah meninggal dan memohon kepada Tuhan supaya mereka diperkenankan menikmati kebahagiaan kekal.
Jelaslah bagi kita sebagai orang beriman, bahwa tujuan hidup kita adalah persatuan dengan Tuhan. Tujuan hidup itu kita peroleh secara sempurna sesudah kita meninggalkan hidup dunia ini. Kalau hal ini kita sungguh imani, tentu kitapun merindukan dan memohonkan kehidupan kekal bagi orang-orang, saudara-saudari, ataupu leluhur kita yang sudah meninggal. Dengan demikian, sungguh tidak kristiani bila seseorang masih menghalang-halangi seseorang yang sudah meninggal untuk masuk ke dalam kerajaan Suraga, dengan ‘memanggil-manggil’ mereka untuk urusan hidup dunia ini atau untuk urusan apapun. Justru seharusnya kita berdoa agar mereka ‘segera’ menikmati kebahagiaan kekal.
Peringatan hari ini juga, menjadi suatu ajakan dan permenungan bagi kita bahwa kitapun pasti akan mengalami kematian. Kematian adalah peristiwa hidup yang tidak ada seorangpun bisa menolahnya. Namun bagi kita yang percaya kepada Yesus Kristus, kematian bukan menjadi akhir dan tujuan hidup kita, tetapi kematian adalah jalan yang harus dilalui untuk menuju kehidupan kekal, melihat Yesus dalam kemuliaanNya. Kapan kematian itu tiba, tidak ada yang tahu. Agar kita kelak sampai dan masuk ke kehidupan kekal itu, kita harus memenuhi tuntutan yang dituntut oleh Tuhan selama kita hidup. Selama kita hidup adalah masa untuk mempersiapkan diri sehingga kalau memang sungguh merindukan kehidupan kekal kelak, maka pada hidup yang sekarang bolehlah kita hidup seperti prinsip, ‘hiduplah hari ini, seolah-olah inilah akhir hidup kita’. Tentu artinya, hidup yang senantiasa mempersiapkan diri dengan percaya, mengikuti Yesus sendiri. Sehingga ketika waktunya tiba, kita diperkenankan menikmati kehidupan kekal.
REFLEKSI HARIAN:
1. Siapa saja yang akan kita doakan hari ini?
2. Hiduplah hari ini, seolah-olah hari ini adalah akhir hidupmu.
0 comments:
Post a Comment
Syalom. Terimakasih atas kunjungan dan komentarnya.Semoga Tuhan memberkati para Saudara.