BARANG ROHANI/DEVOSI DI MATA KEBANYAKAN UMAT
PENGANTAR
Pernah terjadi suatu kecelakaan. Sebuah mobil baru yang ditumpangi satu keluarga ditabrak dari depan, mobil itu ringsek bagian depan, tetapi semua penumpang selamat. Salah satu penumpang dari keluarga itu berceolteh, “Wah, berkat pastor atas mobil ini gak manjur, kemarin baru diberkati, taunya hari ini sudah kecelakaan?” Menanggapi celoteh itu, ibunya menjawab, “Justru untung mobil ini sudah diberkati oleh pastor, sehingga walaupun kecelakaan, kita semua selamat, coba kalau belum diberkati, mungkin kita semua sudah mati.” Bisa dikatakan bahwa adanya barang-barang rohani atau devosi hanya ada dalam Gereja Katolik. Barang-barang rohani itu umumnya diberkati oleh imam dan begitu dihormati. Namun apakah pengertian dan penggunaan barang-barang rohani/devosi itu sudah seperti yang dimaksudkan? Atau apakah semua umat sudah memahami makna berkat bagi barang-barang rohani tersebut? Illustrasi yang buat di atas, mungkin bisa mewakili pemahaman benda-benda rohani atau berkat atas benda-benda rohani itu.
JIMAT DAN BARANG-BARANG ROHANI
Jimat dalam dunia kita, tentu bukan barang baru, kita pasti sudahpernah mendengar dan bahkan mungkin masih banyak orang yang menggunakannya. Secara umum dapat dikatakan bahwa jimat adalah benda yang diyakini mempunyai kekuatan tertentu melebihi kemampuan manusia. Jimat ini diperoleh dengan dipelajari/berguru atau diberi orang lain yang dianggap sakti. Orang bilang benda itu diisi oleh orang sakti dan dipakai untuk tujuan tertentu. Singkat kata, jimat itu dipake orang sebagai ‘pertahanan’ atau dianggap buat lindungi orang yang make, ntah itu biar kebal atau selamat dari marabahaya. Orang yang memakainya hanya berpegang dan percaya pada benda dan kekuatan yang ada di dalamnya. Hal ini tentu tidak sesuai dengan iman kristiani. Namun itulah yang masih terjadi dan mungkin masih terjadi dalam diri beberapa umat kristiani.
Kalaupun tidak lagi menggunakan jimat yang umumnya dari ‘dunia kegelapan’, tapi pola pikir seperti itu masih marak di kalangan umat kristiani dan mungkin lebih besar pada umat katolik. Saya katakana demikian, karena pola pikir demikian seringkali yang terjadi pada benda- benda rohani. Tidak sedikit umat katolik yang melihat bahwa berkat pastor itu seperti layaknya mantra sehingga barang-barang rohani yang diberkati oleh pastor seakan dianggap sebagai jimat, jimat rohani menggantikan jimat yang umum dalam hidup masyarakat. Yang seringterjadi sehubungan dengan hal ini adalah Rosario. Umat memakai Rosario bukan untuk berdoa tetapi hanya sebagai kalung hiasan, dan bahkan tidak sedikit yang menganggap sebagai ‘pelindung’ agar mereka terlindung dari marabahaya. Seakan yakin bahwa bila memakai Rosario, mereka akan selamat dari marabahaya dan Rosario itulah yang menjadi pokok. Olehkarena itulah seringkali, Rosario yang dicari adalah Rosario yang bisa dikalungkan. Seberapapun bagusnya Rosario itu tetapi kalau gak bisa dikalungkan, itu tetap gak menarik bagi mereka. Dengan pola pikir demikian, tanpa disadari umat akhirnya jatuh pada pola pikir ‘berkat dan benda-benda rohani’ dilihat tidak ada ubahnya seperti jimat. Pola pikir demikian tentunya keliru dan tidak sesuai dengan iman.
BERKAT DAN BENDA-BENDA ROHANI, BUKAN JIMAT.
Umat yang menganut pola pikir demikian, tidak bisa kita persalahkan. Hal itu bisa terjadi karena masih sebatas itulah pengetahuan mereka sehubungan dengan berkat dan devosi. Tapi kenyataannya, tidak sedikit pula orang-orang katolik yang berpendidikan tinggi jatuh pada pola pikir demikian. Umat masih terpusat pada berkat atau rumusan berkat dan benda rohani itu, berpikir bahwa rumusan doa itulah dan benda-benda itulah yang akan melindungi dan menyelamatkan mereka. Tidak sedikit umat yang belum sampai pada puncaknya atau yang inti, yakni Tuhan Allah.
Doa yang diucapkan untuk memberkati bukanlah rumusan mantra, tetapi permohonan dalam iman, yang memohon agar Tuhan berkenan ‘mengkuduskan’ atau memberkati benda-benda rohani itu, dan berkenan menjadikannya sebagai sarana kehadiran-Nya, sarana keselamatanNya yang menyelamatkan manusia. Doa berkat dan benda-benda rohani itu, hanya sebagai alat dan sarana, bukan menjadi subyek keselamatan dan kehadiran Tuhan. Dalam artian inipun yang kami maksudkan bahwa bukan dengan sendirinya doa itu dan benda-benda rohani itu bukan pada hakekatnya menjadi berkat. Bagi orang non katolik, Rosario yang sudah diberkati sekalipun, tidak akan bermakna apa-apa buatnya. Baginya itu tidak ubahnya hanya sebagai hiasan belaka atau hanya untaian manic-manik yang indah. Tetapi bagi orang katolik, itu sangat bermakna.
Secara singkat dapat kita katakana bahwa bagi orang katolik, benda-benda rohani yang sudah diberkati merupakan suatu cirri khas kekatolikan kita. Orang memakai dan menggunakannya sebagai salah satu bentuk untuk menunjukkan identitas kekatolikan. Tentu diharapkan bukan hanya sekedar mau memperkenalkan identitas kekatolikan, tettapi lebih dari itu. Dengan ,menggunakan barang-barang rohani, hendaknya kita diingatkan bahwa Tuhanlah yang menyelamatkan kita, kita diajak untuk selalu ingat akan Tuhan yang sudah berkenan memberkati benda-benda rohani itu. Jadi yang menjadi pusat bukanlah benda itu atau doa berkat, tetapi Tuhan sendiri. Dengan memakai Rosario, kita diharapkan senantiasa setia kepada Tuhan, seperti Bunda Maria yang menjadi teladan iman dalam kesetiaan kepada Tuhan. Jadi jelasnya bahwa bukan kepada benda itu kita percaya, bukan benda itu yang kita percayai akan menyelamatkan kita, tetapi iman kepada Tuhanlah satu-satunya yang menyelamatkan kita. Benda-benda rohani yang kita gunakan, diharapkan membantu kita sampai kepada hal itu.
PENUTUP
Sebagai penutup dari coretan kecil ini, dapat kita katakana bahwa doa berkat bukan mantra, benda-benda rohani bukan pula jimat. Doa berkat dan benda-benda rohani adalah alat atau sarana yang bisa membantu kita untuk senantiasa ingat dan beriman pada Tuhan. Tuhanlah dan iman kepadaNyalah yang menyelamatkan kita, bukan benda-benda rohani itu. Olehkarena itu, mari kita gunakan benda-benda rohani itu sesuai dengan tujuannya, jangan malah kita jatuh pada pemikiran bahwa itu sebagai jimat rohani kita.
Pernah terjadi suatu kecelakaan. Sebuah mobil baru yang ditumpangi satu keluarga ditabrak dari depan, mobil itu ringsek bagian depan, tetapi semua penumpang selamat. Salah satu penumpang dari keluarga itu berceolteh, “Wah, berkat pastor atas mobil ini gak manjur, kemarin baru diberkati, taunya hari ini sudah kecelakaan?” Menanggapi celoteh itu, ibunya menjawab, “Justru untung mobil ini sudah diberkati oleh pastor, sehingga walaupun kecelakaan, kita semua selamat, coba kalau belum diberkati, mungkin kita semua sudah mati.” Bisa dikatakan bahwa adanya barang-barang rohani atau devosi hanya ada dalam Gereja Katolik. Barang-barang rohani itu umumnya diberkati oleh imam dan begitu dihormati. Namun apakah pengertian dan penggunaan barang-barang rohani/devosi itu sudah seperti yang dimaksudkan? Atau apakah semua umat sudah memahami makna berkat bagi barang-barang rohani tersebut? Illustrasi yang buat di atas, mungkin bisa mewakili pemahaman benda-benda rohani atau berkat atas benda-benda rohani itu.
JIMAT DAN BARANG-BARANG ROHANI
Jimat dalam dunia kita, tentu bukan barang baru, kita pasti sudahpernah mendengar dan bahkan mungkin masih banyak orang yang menggunakannya. Secara umum dapat dikatakan bahwa jimat adalah benda yang diyakini mempunyai kekuatan tertentu melebihi kemampuan manusia. Jimat ini diperoleh dengan dipelajari/berguru atau diberi orang lain yang dianggap sakti. Orang bilang benda itu diisi oleh orang sakti dan dipakai untuk tujuan tertentu. Singkat kata, jimat itu dipake orang sebagai ‘pertahanan’ atau dianggap buat lindungi orang yang make, ntah itu biar kebal atau selamat dari marabahaya. Orang yang memakainya hanya berpegang dan percaya pada benda dan kekuatan yang ada di dalamnya. Hal ini tentu tidak sesuai dengan iman kristiani. Namun itulah yang masih terjadi dan mungkin masih terjadi dalam diri beberapa umat kristiani.
Kalaupun tidak lagi menggunakan jimat yang umumnya dari ‘dunia kegelapan’, tapi pola pikir seperti itu masih marak di kalangan umat kristiani dan mungkin lebih besar pada umat katolik. Saya katakana demikian, karena pola pikir demikian seringkali yang terjadi pada benda- benda rohani. Tidak sedikit umat katolik yang melihat bahwa berkat pastor itu seperti layaknya mantra sehingga barang-barang rohani yang diberkati oleh pastor seakan dianggap sebagai jimat, jimat rohani menggantikan jimat yang umum dalam hidup masyarakat. Yang seringterjadi sehubungan dengan hal ini adalah Rosario. Umat memakai Rosario bukan untuk berdoa tetapi hanya sebagai kalung hiasan, dan bahkan tidak sedikit yang menganggap sebagai ‘pelindung’ agar mereka terlindung dari marabahaya. Seakan yakin bahwa bila memakai Rosario, mereka akan selamat dari marabahaya dan Rosario itulah yang menjadi pokok. Olehkarena itulah seringkali, Rosario yang dicari adalah Rosario yang bisa dikalungkan. Seberapapun bagusnya Rosario itu tetapi kalau gak bisa dikalungkan, itu tetap gak menarik bagi mereka. Dengan pola pikir demikian, tanpa disadari umat akhirnya jatuh pada pola pikir ‘berkat dan benda-benda rohani’ dilihat tidak ada ubahnya seperti jimat. Pola pikir demikian tentunya keliru dan tidak sesuai dengan iman.
BERKAT DAN BENDA-BENDA ROHANI, BUKAN JIMAT.
Umat yang menganut pola pikir demikian, tidak bisa kita persalahkan. Hal itu bisa terjadi karena masih sebatas itulah pengetahuan mereka sehubungan dengan berkat dan devosi. Tapi kenyataannya, tidak sedikit pula orang-orang katolik yang berpendidikan tinggi jatuh pada pola pikir demikian. Umat masih terpusat pada berkat atau rumusan berkat dan benda rohani itu, berpikir bahwa rumusan doa itulah dan benda-benda itulah yang akan melindungi dan menyelamatkan mereka. Tidak sedikit umat yang belum sampai pada puncaknya atau yang inti, yakni Tuhan Allah.
Doa yang diucapkan untuk memberkati bukanlah rumusan mantra, tetapi permohonan dalam iman, yang memohon agar Tuhan berkenan ‘mengkuduskan’ atau memberkati benda-benda rohani itu, dan berkenan menjadikannya sebagai sarana kehadiran-Nya, sarana keselamatanNya yang menyelamatkan manusia. Doa berkat dan benda-benda rohani itu, hanya sebagai alat dan sarana, bukan menjadi subyek keselamatan dan kehadiran Tuhan. Dalam artian inipun yang kami maksudkan bahwa bukan dengan sendirinya doa itu dan benda-benda rohani itu bukan pada hakekatnya menjadi berkat. Bagi orang non katolik, Rosario yang sudah diberkati sekalipun, tidak akan bermakna apa-apa buatnya. Baginya itu tidak ubahnya hanya sebagai hiasan belaka atau hanya untaian manic-manik yang indah. Tetapi bagi orang katolik, itu sangat bermakna.
Secara singkat dapat kita katakana bahwa bagi orang katolik, benda-benda rohani yang sudah diberkati merupakan suatu cirri khas kekatolikan kita. Orang memakai dan menggunakannya sebagai salah satu bentuk untuk menunjukkan identitas kekatolikan. Tentu diharapkan bukan hanya sekedar mau memperkenalkan identitas kekatolikan, tettapi lebih dari itu. Dengan ,menggunakan barang-barang rohani, hendaknya kita diingatkan bahwa Tuhanlah yang menyelamatkan kita, kita diajak untuk selalu ingat akan Tuhan yang sudah berkenan memberkati benda-benda rohani itu. Jadi yang menjadi pusat bukanlah benda itu atau doa berkat, tetapi Tuhan sendiri. Dengan memakai Rosario, kita diharapkan senantiasa setia kepada Tuhan, seperti Bunda Maria yang menjadi teladan iman dalam kesetiaan kepada Tuhan. Jadi jelasnya bahwa bukan kepada benda itu kita percaya, bukan benda itu yang kita percayai akan menyelamatkan kita, tetapi iman kepada Tuhanlah satu-satunya yang menyelamatkan kita. Benda-benda rohani yang kita gunakan, diharapkan membantu kita sampai kepada hal itu.
PENUTUP
Sebagai penutup dari coretan kecil ini, dapat kita katakana bahwa doa berkat bukan mantra, benda-benda rohani bukan pula jimat. Doa berkat dan benda-benda rohani adalah alat atau sarana yang bisa membantu kita untuk senantiasa ingat dan beriman pada Tuhan. Tuhanlah dan iman kepadaNyalah yang menyelamatkan kita, bukan benda-benda rohani itu. Olehkarena itu, mari kita gunakan benda-benda rohani itu sesuai dengan tujuannya, jangan malah kita jatuh pada pemikiran bahwa itu sebagai jimat rohani kita.
0 comments:
Post a Comment
Syalom. Terimakasih atas kunjungan dan komentarnya.Semoga Tuhan memberkati para Saudara.