Renungan 8 Nopember 2010
Tit 1:1-9, Mzm 24:1-2,3-4ab,5-6, Luk 17:1-6
(Elisabeth dr Tritunggal)
“Mengapa masih ada penderitaan, kejahatan dan orang-orang jahat di dunia ini?”Tit 1:1-9, Mzm 24:1-2,3-4ab,5-6, Luk 17:1-6
(Elisabeth dr Tritunggal)
Yesus berkata kepada murid-murid-Nya: "Tidak mungkin tidak akan ada penyesatan, tetapi celakalah orang yang mengadakannya. Adalah lebih baik baginya jika sebuah batu kilangan diikatkan pada lehernya, lalu ia dilemparkan ke dalam laut, dari pada menyesatkan salah satu dari orang-orang yang lemah ini. Jagalah dirimu! Jikalau saudaramu berbuat dosa, tegorlah dia, dan jikalau ia menyesal, ampunilah dia. Bahkan jikalau ia berbuat dosa terhadap engkau tujuh kali sehari dan tujuh kali ia kembali kepadamu dan berkata: Aku menyesal, engkau harus mengampuni dia." Lalu kata rasul-rasul itu kepada Tuhan: "Tambahkanlah iman kami!" Jawab Tuhan: "Kalau sekiranya kamu mempunyai iman sebesar biji sesawi saja, kamu dapat berkata kepada pohon ara ini: Terbantunlah engkau dan tertanamlah di dalam laut, dan ia akan taat kepadamu." Demikianlah Warta gembira bagi kita hari ini.
PERMENUNGAN:
Seringkali orang bertanya, “Mengapa masih ada kejahatan dan orang-orang jahat di dunia ini?” “Mengapa masih ada penderitaan?” “Mengapa Tuhan tidak langsung menghapus penderitaan dan menghukm orang-orang jahat?”
Pertanyaan-pertanyaan sejenis ini muncul karena kita melihat bahwa dalam hidup ini, begitu banyak penderitaan yang terjadi, begitu banyaknya kejahatan yang terjadi. Karena hidup ini nampaknya tidak semakin baik, bisa saja membuat orang berputus asa, bukan hanya melontarkan pertanyaan di atas, tetapi bisa jadi sampai pada suatu pemikira, keyakinan yang mengatakan bahwa Tuhan itu sudah ‘mati’, Tuhan itu tidak lagi peduli dengan hidup manusia, Tuhan itu tidak ada lagi dalam hidup sekarang ini.
Ketika kita mengalami semuanya itu, mungkin rasanya penjelasan teologis dan biblis tentang adanya penderitaan dalam hidup manusia, masih belum cukup untuk melegakan hati kita. Tetapi hari ini jelas dikatakan kepada kita, bahwa Tuhan senantiasa berpihak kepada manusia yang menderita yang lemah, Tuhan sangat tidak berkenan pada kejahatan dan kepada orang-orang yang menyebabkan orang lain menderita. Bahkan Tuhan tidak hanya tidak berkenan kepada orang-orang yang berbuat jahat dan menyebabkan orang lemah tersesat, malah dengan jelas mengatakan bahwa orang-orang demikian lebih baik ‘lenyap’dari kehidupan ini. Namun kenyataannya, manusia seringkali dengan gampang jatuh dalam dosa. Tetap walaupun demikian, Tuhan yang mengasihi manusia, senantiasa merindukan manusia itu selamat.
Oleh karena itulah, Tuhan mengingatkan kita agar selalu waspada, agar tidak jatuh ke dalam dosa, dan tidak menyebabkan orang lain tersesat. Hal ini perlu kita renungkan dengan sungguh-sungguh. Bisa saja kita tidak melakukan kejahatan langsung dengan orang lain, tetapi karena ulah dan perilaku kita, orang lain menjadi tersesat dan berdosa. Misalnya saja, kita terbiasa hidup mewah dan seakan pamer kekayaan di depan banyak orang. Atau kita memberi nasihat yang tidak baik dan benar kepada orang lain. Hal ini tanpa kita sadari membuat orang lain cemburu, bahkan mungkin menjadikan orang lain merencanakan sesuatu yang tidak baik kepada kita. Nah, ini bisa dikatakan karena ulah kita, orang lain jadi tersesat. Bisa pula ketika ada orang yang bersalah kepada kita, dia meminta maaf kepada kita, ingin bertobat tetapi kita menolaknya. Penolakan kita itu, bisa menjadikan dia semakin tersesat karena ditolak.
Nasihat Tuhan agar kita mau memaafkan orang lain yang bersalah tentu sebagai peringatan kepada kita bahwa kita juga pasti bisa salah sehingga membutuhkan pengampunan dari Tuhan dan juga dari sesama kita. Sebagaimana kita doakan dalam doa Bapa kami, “…..ampunilah keselahan kami, seperti kamipun mengampuni yang bersalah kepada kami,” ini menyiratkan bahwa syarat utama mendapat pengampunan dari Tuhan adalah bila kita juga mau dan berkenan mengampuni orang yang bersalah kepada kita.
Apa yang dinasihatkan oleh Yesus di atas memang suatu hal yang sulit secara manusiawi. Oleh karena itulah para rasul mengatakan, “Tuhan, tambahkanlah iman kami.” Secara manusiawi, rasanya sulit mengerti adanya kejahatan dan orang-orang jahat, sulit mengerti untuk mengampuni orang yang bersalah, sulit menghindar atau terlepas dari kejahatan atau salah, tetapi dalam iman, hal itu pasti bisa kita jalani. Oleh karena itu, selain upaya dari kita, Yesus mengajak kita, agar selalu hidup dalam iman, berusaha untuk memelihara dan memperdalam iman kita. Imanlah kiranya yang menjadi andalan kita dalam hidup ini. Tanpa iman, kita tidak akan mampu bertahan dalam hidup ini.
REFLEKSI PRIBADI:
1. Adakah orang lain yang menderita, tersesat karena hidupku?
2. Apakah kita berani mengampuni orang yang bersalah kepada kita?
3. Carilah cara untuk memperalam iman Anda selama sehari ini.
PERMENUNGAN:
Seringkali orang bertanya, “Mengapa masih ada kejahatan dan orang-orang jahat di dunia ini?” “Mengapa masih ada penderitaan?” “Mengapa Tuhan tidak langsung menghapus penderitaan dan menghukm orang-orang jahat?”
Pertanyaan-pertanyaan sejenis ini muncul karena kita melihat bahwa dalam hidup ini, begitu banyak penderitaan yang terjadi, begitu banyaknya kejahatan yang terjadi. Karena hidup ini nampaknya tidak semakin baik, bisa saja membuat orang berputus asa, bukan hanya melontarkan pertanyaan di atas, tetapi bisa jadi sampai pada suatu pemikira, keyakinan yang mengatakan bahwa Tuhan itu sudah ‘mati’, Tuhan itu tidak lagi peduli dengan hidup manusia, Tuhan itu tidak ada lagi dalam hidup sekarang ini.
Ketika kita mengalami semuanya itu, mungkin rasanya penjelasan teologis dan biblis tentang adanya penderitaan dalam hidup manusia, masih belum cukup untuk melegakan hati kita. Tetapi hari ini jelas dikatakan kepada kita, bahwa Tuhan senantiasa berpihak kepada manusia yang menderita yang lemah, Tuhan sangat tidak berkenan pada kejahatan dan kepada orang-orang yang menyebabkan orang lain menderita. Bahkan Tuhan tidak hanya tidak berkenan kepada orang-orang yang berbuat jahat dan menyebabkan orang lemah tersesat, malah dengan jelas mengatakan bahwa orang-orang demikian lebih baik ‘lenyap’dari kehidupan ini. Namun kenyataannya, manusia seringkali dengan gampang jatuh dalam dosa. Tetap walaupun demikian, Tuhan yang mengasihi manusia, senantiasa merindukan manusia itu selamat.
Oleh karena itulah, Tuhan mengingatkan kita agar selalu waspada, agar tidak jatuh ke dalam dosa, dan tidak menyebabkan orang lain tersesat. Hal ini perlu kita renungkan dengan sungguh-sungguh. Bisa saja kita tidak melakukan kejahatan langsung dengan orang lain, tetapi karena ulah dan perilaku kita, orang lain menjadi tersesat dan berdosa. Misalnya saja, kita terbiasa hidup mewah dan seakan pamer kekayaan di depan banyak orang. Atau kita memberi nasihat yang tidak baik dan benar kepada orang lain. Hal ini tanpa kita sadari membuat orang lain cemburu, bahkan mungkin menjadikan orang lain merencanakan sesuatu yang tidak baik kepada kita. Nah, ini bisa dikatakan karena ulah kita, orang lain jadi tersesat. Bisa pula ketika ada orang yang bersalah kepada kita, dia meminta maaf kepada kita, ingin bertobat tetapi kita menolaknya. Penolakan kita itu, bisa menjadikan dia semakin tersesat karena ditolak.
Nasihat Tuhan agar kita mau memaafkan orang lain yang bersalah tentu sebagai peringatan kepada kita bahwa kita juga pasti bisa salah sehingga membutuhkan pengampunan dari Tuhan dan juga dari sesama kita. Sebagaimana kita doakan dalam doa Bapa kami, “…..ampunilah keselahan kami, seperti kamipun mengampuni yang bersalah kepada kami,” ini menyiratkan bahwa syarat utama mendapat pengampunan dari Tuhan adalah bila kita juga mau dan berkenan mengampuni orang yang bersalah kepada kita.
Apa yang dinasihatkan oleh Yesus di atas memang suatu hal yang sulit secara manusiawi. Oleh karena itulah para rasul mengatakan, “Tuhan, tambahkanlah iman kami.” Secara manusiawi, rasanya sulit mengerti adanya kejahatan dan orang-orang jahat, sulit mengerti untuk mengampuni orang yang bersalah, sulit menghindar atau terlepas dari kejahatan atau salah, tetapi dalam iman, hal itu pasti bisa kita jalani. Oleh karena itu, selain upaya dari kita, Yesus mengajak kita, agar selalu hidup dalam iman, berusaha untuk memelihara dan memperdalam iman kita. Imanlah kiranya yang menjadi andalan kita dalam hidup ini. Tanpa iman, kita tidak akan mampu bertahan dalam hidup ini.
REFLEKSI PRIBADI:
1. Adakah orang lain yang menderita, tersesat karena hidupku?
2. Apakah kita berani mengampuni orang yang bersalah kepada kita?
3. Carilah cara untuk memperalam iman Anda selama sehari ini.
0 comments:
Post a Comment
Syalom. Terimakasih atas kunjungan dan komentarnya.Semoga Tuhan memberkati para Saudara.